Ia tidak begitu ingat kejadian malam tadi, tapi dia tau jika ada ruang rahasia di gudang senjata.
Saat dia bangun Ayahnya sedang duduk di pinggir kasur sambil membaca beberapa berkas, Pamannya tampak tidur nyenyak sambil memegang beberapa helai rambutnya. Kadang dia agak takut dengan Pamannya yang seperti ini.
"Ayah."
Kaillos menoleh, dia meletakkan kertas yang ia baca di atas kasur, perlahan mengangkat Ariastella ke gendongannya.
"Tidurmu nyenyak?"
Ariastella mengangguk, dia memeluk Ayahnya dengan satu tangannya masih memegang boneka kesayangannya. Ia tidak begitu ingat, tapi ia rasa di kehidupannya dulu dia tidak begitu mendapatkan kasih sayang. Entah dari Ayah atau Ibunya. Sejujurnya dia senang di peluk seperti ini, rasanya hangat dan tenang.
"Kenapa aku di kamar Ayah?"
Kaillos meraih kertas-kertas yang sempat ia baca, dia membawa Ariastella untuk duduk di sofa. Gadis kecil itu duduk di pangkuannya.
"Kau ketiduran."
Ariastella tidak begitu ingat, tapi dia pergi ke penjara bawah tanah dan melihat anak kecil berambut putih itu. Hal lain yang ia ingat hanya pelukan sang Ayah, dan tangannya yang terluka selebihnya dia tidak ingat apa-apa.
Menatap tangannya yang tidak ada bekas luka atau apapun, pakaian yang ia pakai juga tidak lagi ada bercak darah. Seingatnya gaunnya terkena darah dari luka ditangannya.
"Selamat pagi!"
Ariastella mengangkat kepala. "Pagi Paman."
Cassiel duduk di samping Ariastella. "Kau tidur dengan nyenyak?"
Ariastella mengangguk. Dia memperhatikan rambut panjang Pamannya yang sangat mirip dengannya. Jika Pamannya pernah menikah dulu dan memiliki anak mungkin Ariastella bisa saja dikira anak Pamannya karena mereka sangat mirip. Bahkan Ayah dan Pamannya tidak jauh beda. Kalau Pamannya tidak memiliki rambut yang panjang mungkin Ariastella tidak dapat membedakan keduanya.
"Kau mau menyentuhnya?"
Terlalu lama memperhatikan rambut perak itu, Ariastella tidak sadar jika Cassiel menatapnya sejak tadi.
"Boleh?"
Cassiel tersenyum. "Apa yang tidak untuk keponakan kesayanganku." Cassiel sedikit menunduk, dia membiarkan tangan kecil Ariastella memegang helaian rambutnya. "Kau mengemaskan sekali." Cassiel memberikan satu ciuman di pipi Ariastella. Yang berakhir dengan gadis kecil itu yang menangis karena kaget.
Tapi Pamannya mana peduli, dia malah memeluk Ariastella dan memberikan lebih banyak ciuman di pipi gadis kecil itu.
Dia suka menjadi kecil, semua yang ia inginkan akan dituruti tapi dia benci saat orang menciumnya. Rasanya geli dan tidak nyaman. Tapi tampaknya Pamannya tidak peduli.
"Ayah.. "
Kaillos meraih Ariastella yang sudah menangis, tenaga gadis kecil itu sudah habis untuk melawan Pamannya namun berakhir dengan kekalahan telak. Pamannya malah tertawa seperti tidak ada dosa sedangkan dia menangis. Bahkan pipinya digigit hingga memerah.
Tersenyum kecil, Kaillos menghapus air mata mata Ariastella. Gadis kecil itu meremas kemeja yang dipakai sang Ayah dengan tatapan tidak bersahabat pada Pamannya yang memberikan senyuman cerah.
"Paman jahat."
Cassiel menaikkan sebelah alisnya, dia tersenyum lebih lebar lagi. "Kalau aku jahat tidak akan aku lepaskan kau tadi."
Ariastella memberikan tatapan penuh permusuhan tapi tampaknya itu malah kelihatan mengemaskan di mata Pamannya hingga sekali lagi dia dicium. Sekali lagi dia menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
FantasíaThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...