13. Mata

7.8K 1.1K 16
                                    

Beberapa hari lagi, perayaan yang tampaknya telah ditunggu oleh banyak orang. Saat di umumkan jika akan ada perayaan untuk Putri Raja, para rakyat menyambut dengan suka cita. Apalagi setiap perayaan ini nantinya akan selalu dibagikan sembako bagi para rakyat yang membutuhkan sebagai rasa bahagia atas ulang tahun dan ditemukannya Putri Ariastella.

Disaat itu juga dia akan dikenalkan pada publik, banyak yang tampak sangat bersemangat untuk hari penting yang dibuat dadakan itu.

Ariastella baru selesai dengan kelas tata kramanya, dia baru saja berjalan menuju ruang kerja sang Ayah yang berada di lantai yang sama dengan perpustakaan tempat ia belajar.

"Kau sudah selesai?"

Rei tampak baru keluar dari sebuah ruangan, penyihir itu sedang memakan buah dengan tangan lain memegang beberapa lembar kertas.

"Yup. Kau sedang sibuk, ya?" Ariastella memperhatikan Rei yang berjalan sambil membaca kertas-kertas di tangan penyihir itu.

"Perayaan semakin dekat dan banyak hal yang harus disiapkan, apalagi keamanan." Rei menoleh pada Ariastella. "Kau mau ke Kaillos?"

Ariastella mengangguk. "Ayah tadi memanggil, tapi aku masih kelas jadi sekarang aku perginya."

Rei mengangguk, penyihir itu kembali membaca kertas-kertas yang tampaknya penting.

Ksatria yang menjaga pintu memberikan salam sebelum membuka pintu.

Kaillos tampak sedang memperhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh laki-laki berambut hijau yang tampak serius menjelaskan. Pamannya juga ada disana.

"Ayah."

Kaillos menoleh, dia menggerakkan tangannya agar Ariastella mendekat. Raja itu mengangkat Ariastella dipangkuannya.

"Ayah sibuk?"

Kaillos mengangguk. "Sedikit. Tunggu sebentar."

Ariastella mengangguk. Dia memperhatikan laki-laki berambut yang sedang menjelaskan, mata Ariastella tidak sengaja menatap mata hijau laki-laki itu.

"Hei," suara berat dari junjungan tertinggi yang ada di negara itu membuat siapapun yang mendengar menggigil. "Perhatikan kemana kau melihat."

Laki-laki berambut hijau itu seketika pucat, tangan gemetar dengan pandangan dialihkan ke tempat lain.

Ariastella menghela nafas, dia cuma memperhatikan. Tidak sengaja pula, tapi gara-gara itu dia jadi membuat seseorang terkena masalah.

"Lanjutkan." Cassiel tersenyum, dia meyakinkan agar laki-laki berambut hijau itu kembali menjelaskan apa yang sempat tertunda tadi.

Dengan takut-takut, laki-laki berambut hijau itu kembali melanjutkan apa yang tertunda tadi.

Laki-laki berambut hijau yang ternyata adalah mata-mata yang Raja tempatkan untuk memata-matai orang-orang yang dikabarkan pemicu dari kudeta yang sedang panas dibeberapa daerah, laki-laki itu pamit setelah memberikan laporan tertulis tentang semua hal penting yang terjadi di tempat ia memata-matai.

"Sudah makan?" Kaillos menepuk puncak kepala Ariastella, kali ini rambut Ariastella diikat ekor kuda dengan sebuah pita besar sebagai hiasan ditengah kunciran rambut gadis itu.

"Ini belum jam makan siang, Ayah."

Kaillos tersenyum. "Tapi Ayah lapar, bagaimana kalau kita makan duluan?"

Sebenarnya dia belum terlalu lapar, dia sampai makan beberapa camilan sebelum kelas tadi. Tapi sebagai anak yang baik dan sayang dengan nyawanya, Ariastella mengangguk.

TAWS (2) - AriastellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang