Pada umur ke lima belas dia kembali debut dan kali ini dia resmi dinobatkan sebagai Putri Mahkota yang akan meneruskan kerajaan nantinya.
Di ulang tahunnya yang keenam belas dia mendapatkan hadiah tanah dan sebuah taman bunga besar di Istana.
"Ada undangan minum teh dari Nona Iliana." Ceilo memberikan sebuah undangan yang telah di pilah-pilah dari banyak undangan yang ada. "Dia anak dari Duke Aslan."
Ariastella membaca undangan minum teh itu, sambil meminum segelas susu. Walau dia sudah enam belas tahun dia masih mencintai susu. Rei sering mengejeknya tapi Ariastella tidak peduli. "Oh, yang kelihatan baik itu?"
Ceilo mengangguk. "Ya, dia kelihatan paling baik diantara yang lain."
Mengangguk beberapa kali Asteria meletakkan undangan tersebut di atas meja. "Kau akan ikut, kan?"
Ceilo tersenyum, pakaian ksatria yang dipakai oleh Ceilo membuat aura Ceilo semakin cerah. Dia bukan lagi anak penuh rasa takut seperti saat bertemu dengan Ariastella, Ceilo telah diangkat menjadi prajurit dan akhirnya menjadi penjaga Ariastella, sekaligus teman Ariastella.
"Tentu saja, Tuan Putri. Saya akan selalu ikut kemana pun Tuan Putri pergi." Ceilo menundukkan kepalanya, memberikan hormat.
"Bahkan ke neraka?"
Ceilo menoleh, dia menunduk dan membiarkan Guru sihirnya lewat kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Ariastella.
"Jika saya bisa saya akan ikut." Ceilo menjawab dengan mantap tapi malah mengundang decakan dari mulut penyihir berambut merah yang sedang memakan apel.
"Kau terlalu patuh, mirip anjing saja." Rei memutar bola matanya.
"Hei, tidak sopan mengatai orang lain nama hewan!" Ariastella menatap Rei yang mengangkat bahu. "Kau selalu saja berkata kasar, Rei."
"Ayolah, aku bukan ada di usia aku harus mengikuti apa yang kau katakan." Rei mendengkus, rambut merah yang diikat menjadi satu dengan pita berwarna hitam itu tampak jatuh di bahu penyihir itu. Mata hitam kelam itu melirik keluar jendela. "Sekalipun aku mengatakan semua nama binatang padanya dia akan tetap tersenyum dengan menyebalkan." Rei melirik Ceilo.
"Karena saya tau kalau Master tidak benar-benar mengatakan hal buruk seperti itu." Ceilo tersenyum cerah, ini kenapa Ariastella sangat menyukai Ceilo. Selalu membawa aura positif dan hangat tidak seperti penyihir di hadapannya yang selalu membawa suasana gelap.
Rei berdecak. "Terserah."
Ceilo hanya tersenyum, dia kembali menyortir surat-surat yang berasal dari berbagai tempat yang semuanya untuk Ariastella, tapi dia juga memiliki peran untuk mengecek surat-surat itu. Bisa saja ada hal berbahaya yang di bawa.
Ariastella memakan kue yang di campur dengan buah-buahan yang di buat oleh para koki atas permintaannya. Dia minta agar kue itu di buat karena tau jika Rei akan kembali hari ini.
Sekitar tiga bulan yang lalu Rei meminta ijin untuk pergi sementara waktu, katanya ingin bersemedi dan apalah itu untuk mengumpulkan energinya yang mulai kembali sejak usianya semakin dewasa. Tampaknya kekuatan Rei yang sempat hilang saat masih kecil mulai kembali saat Rei menginjak umur tujuh belas tahun.
"Apa kau menyukainya?" Ariastella menatap Rei yang memakan kue buah itu dengan santai setelah selesai memakan apel.
"Tidak enak."
Ariastella tersenyum masam. "Tidak enak tapi kau terus memakannya." Ariastella melipat kedua tangannya di depan dada.
"Aku hanya menghargai." Rei mengangkat bahu, dia memakan kue itu hingga suapan terakhir sebelum bersandar pada sandaran kursi. "Lima dari sepuluh lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
FantasíaThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...