Persiapan sudah hampir selesai.
Itu yang Ariastella dengar dari Ceilo. Katanya baik penyihir maupun ksatria semua sudah di persiapkan untuk melawan apapun yang mungkin terjadi. Bahkan perang sekalipun.
Apa perempuan itu sangat berbahaya? Dari cerita yang dikatakan Rei memang wanita itu terdengar menyeramkan. Menikah hanya untuk mendapatkan kekuatan, saat tidak berguna lagi akan di buang. Itu sudah salah satu ciri-ciri manusia yang tidak masuk akal.
Ariastella menatap telapak tangannya, dia berlatih sangat keras untuk ini. Dia tidak yakin akan diizinkan melawan jika benar terjadi hal yang tidak diinginkan itu, namun dia harus bisa merubah semua yang ia lihat itu.
Hari ini adalah hari pertunangan sekaligus ulang tahun Liezel. Ariastella terlalu bersemangat dengan pertunangan itu sampai lupa dengan hari ulang tahun Loria. Hubungan mereka tidak baik-baik amat sih, hanya saja tidak mungkin ia tidak membawa hadiah, kan? Bisa-bisa kehormatan kekaisaran tercoreng hanya karena ia tidak memberikan hadiah yang tidak seberapa bagi kas istana.
Satu set perhiasan yang terbuat dari batu permata adalah yang menjadi hadiah yang Liezel berikan. Telah di bungkus dengan baik oleh Loria. Itu sebenarnya hadiah yang sudah di siapkan oleh Austun, sepertinya Austun tau kalau Ariastella akan lupa.
"Yang Mulia."
Suara ketukan pintu dan suara Ceilo membuat Ariastella yang baru selesai di rias menoleh.
Seperti biasa, Ceilo akan tetap jadi favorit para pelayan kemanapun ksatria muda itu pergi. Lihat saja wajah merona para pelayan saat Ceilo dengan pakaian ksatrianya masuk.
"Tunggu sebentar." Ariastella berdiri, dia mengecek sekali lagi dirinya di sebuah cermin yang cukup tinggi hingga kakinya dapat terlihat. "Aku terlihat bagus?"
Ceilo tersenyum. "Hanya memakai pakaian latihan saja Tuan Putri sudah sangat cantik, apalagi memakai gaun cantik."
Ariastella melirik Ceilo. "Harusnya kau katakan itu pada wanita yang kau sukai, Ceilo, bukan padaku."
"Saya belum memikirkan itu, Yang Mulia." Ceilo tersenyum. Dia melirik ke arah para pelayan namun para pelayan langsung membuang muka dengan wajah memerah padam. Dia bukan tebar pesona, hanya merasa di perhatikan jadi ia menoleh. "Mari, Yang Mulia."
Sebuah gaun berwarna merah maroon bercampur hitam, dengan sebuah pita berwarna hitam di pinggang membuat kesan elegan pada Ariastella. Rambutnya diikat setengah dan diberikan hiasan pita kecil. Ini semua cocok.
Di perjalanan menuju kereta kuda mereka yang telah menunggu, ada Rei. Itu karena perjalanan yang mereka tempuh akan menggunakan portal. Pesta yang diadakan bukan berada pada kediaman yang biasa digunakan oleh keluarga Liezel, namun di sebuah Mansion yang berada agak lebih jauh, jadi penyihir perlu digunakan.
"Kau rapi sekali, Rei." Ariastella berhenti di hadapan Rei yang berpakaian rapi, bahkan jubah penyihir yang biasa di gunakan tidak ada. Rei menggunakan baju yang sangat formal.
"Diamlah."
Seperti biasa, Rei tidak akan membalas semua yang dikatakan oleh Ariastella dengan baik. Itu biasa.
Ariastella naik ke dalam kereta begitu juga Ceilo, namun Rei kali ini ikut masuk membuat Ariastella mengerutkan kening melihat penyihir itu.
"Oh, Rei akhirnya ikut juga, hm." Ariastella melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan mengarah pada Rei yang mendengkus.
"Ini perintah Kaisar. Kau kira aku akan mau pergi?" Rei memutar bola matanya. "Lebih baik aku melatih para orang bodoh itu."
Oh, apa Rei keceplosan?
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
خيال (فانتازيا)The Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...