Ada hawa dingin yang menyapu lembut kulitnya, membuat kelopak mata gadis kecil yang terbaring di atas tempat tidur terbuka.
Matanya menatap langit-langit kamar, lalu beralih menatap sekitar. Matanya berhenti pada jendela yang terbuka dengan gorden yang bergerak tertiup angin. Warna oranye yang memasuki jendela membuat Ariastella yakin sekarang sudah sore.
Ariastella menatap sekitar, ini kamarnya. Tapi kenapa dia berada disini? Terakhir ia ingat dia berada di ruang singgasana dan diberikan segelas susu, saat dia menerima kembali bonekanya dadanya tiba-tiba terasa panas dan dia tidak bisa merasakan jari-jarinya lagi.
Dia diracuni?
Melirik kesamping, Ariastella menemukan boneka kesayangannya. Meraih boneka itu, Ariastella mengusap boneka kesayangannya. Ya, mungkin dia memang tidak pernah diinginkan oleh siapapun. Bahkan orangtuanya.
Ditemukan di danau merupakan salah satu tanda jika sang Ibu mungkin saja sengaja membuangnya, dan kemudian kemarin adalah bukti jika Ayahnya juga tidak menginginkannya.
Atau, dia memang sengaja dibuang saat itu oleh keduanya, namun karena Ariastella muncul saat itu dihadapan Raja, sang Raja jadi turun tangan langsung.
"Ah, Tuan Putri sudah bangun?"
Ariastella menoleh, menatap laki-laki dengan rambut diikat berwarna galap. Dengan senyuman datang mendekat, dia duduk di pinggir ranjang Ariastella.
Mengecek suhu tubuh dan jari-jari Ariastella, laki-laki itu tersenyum. "Ini berita yang baik."
"Kenapa aku masih hidup?"
Laki-laki itu menatap kaget, tidak menyangka pertanyaan seperti itu keluar dari mulut anak berumur enam tahun.
"Tentu saj--"
"Aku keracunan, 'kan?"
Laki-laki itu tersenyum. "Tuan Putri sangat menarik. Perkenalkan, aku adalah tabib diistana. Aku rasa bukan kewenanganku untuk membicarakan hal tersebut."
Ariastella membuang muka, dia memeluk bonekanya semakin erat. "Ayah.. Membenciku.." sang tabib hanya diam. "Susu itu ada racunnya, aku tau. Tapi bodohnya tetap aku minum."
Austun tersenyum kecil. "Umur Tuan Putri masih kecil, tapi bisa tau semua itu."
Ariastella hanya diam, dia tetap menutup mulutnya. Kalau dia tidak diinginkan kenapa dia masih berada disini sekarang?
"Raja hampir membunuhku tadi pagi."
Tidak ingin terpancing, Ariastella hanya diam masih dengan posisinya yang sama.
"Yang Mulia takut jika Tuan Putri bukanlah anaknya, melainkan anak dari anggota Kerajaan lain. Itu membuatnya tidak memiliki pilihan lain, dan dia memang melakukan satu kesalahan. Saat Tuan Putri datang, saya sudah katakan untuk menunggu, tapi Yang Mulia tidak melakukan itu. Yang Mulia juga hanya mengikuti insting, karena itu semua jadi berantakan."
Tetap diam, Ariastella menutup mulutnya. Sekali menyedihkan, tetap akan menyediakan bahkan di kehidupan barunya. Lebih baik dia tinggal di Panti jika seperti ini. Suster dan Rene tidak akan melakukan hal kejam seperti itu padanya. Padahal sang Raja adalah Ayahnya, atau itu hanya kebohongan?
"Anda tau berapa lama anda tidak sadarkan diri?"
Ariastella melirik, gadis kecil itu menatap laki-laki bersurai gelap yang tersenyum tenang, sedang membereskan beberapa botol obat yang baru Ariastella sadari ada di atas narkas.
Austun menatap gadis kecil yang hanya diam, wajah pucat itu masih kentara. "Anda mau minum?"
Ariastella terdiam, lalu mengangguk pelan. Lehernya memang terasa kering sejak tadi, tapi dia enggan bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
FantasiaThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...