Upacara itu akan diadakan hari ini.
Ariastella diikat dengan sebuah tali dan kepalanya di tutupi oleh sebuah kain hitam. Dia dituntun oleh beberapa orang menuju entah kemana.
Dari suara yang di hasilkan di sekitar, sepertinya mereka berada di ruang terbuka sepatu yang beradu dengan suara rerunputan, ditambah lagi suara yang berasal dari sekitar.
Terdengar ramai.
Dia didudukkan pada sesuatu yang terasa keras. Apa ini kursi?
"Selamat datang semua hadirin!"
Acara lelang di mulai.
"Ini adalah yang telah ditunggu-tunggu. Saya yakin para hadirin sekalian sudah tau siapa yang ada di hadapan kita saat ini. Putri Kekaisaran kita!"
Penutup kepala Ariastella di buka. Cahaya langsung membuat matanya terasa perih, dia berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya.
Ariastella terdiam.
Ada banyak kursi di depan sana. Semua orang yang ada di sana bisa dipastikan adalah para penyihir hitam. Ada yang berpakaian rapi, tampak seperti bangsawan atau mungkin memiliki kekuasaan cukup besar disini.
Tepat seperti dugaannya. Mereka berada di luar ruangan. Mereka berada di taman yang di tutupi oleh kain berwarna putih yang bergerak karena angin.
Mata Ariastella langsung berhenti pada Rosie yang berdiri di hadapannya.
"Apa tidurmu nyenyak, Tuan Putri?" Rosie tersenyum dengan bibirnya yang merah. "Karena Ayahmu bukan tipe orang yang suka menunggu, kau juga pasti seperti itu. Kita mulai saja."
Rosie berbalik menatap para hadirin yang berada di sana. "Saya tidak perlu menjelaskan sepertinya, para hadirin sekalian pasti sudah tau kualitasnya. Dia adalah Putri Ariastella yang memiliki darah campuran antara Kaisar dan Penyihir yang dapat melihat masa depan. Dengan hal tersebut nilainya tentu tidak akan murah, ditambah lagi kesulitan untuk menangkapnya kemari."
Dia bagai seekor hewan yang di penjual belikan disini. Sayangnya tidak ada yang bisa menolongnya sekarang. Dia hanya bisa pasrah.
Orang-orang mulai melakukan penawaran. Harga yang tidak main-main.
Ariastella dapat melihat orang-orang yang menatap ke arahnya dengan lapar. Dia yakin, jika dia berada di sini tanpa Rosie dia sudah akan mati karena orang-orang ini pasti berusaha untuk mendapatkannya. Mengerikan, dia bersyukur ada Rosie disini.
"Lima ratus ribu koin emas!"
Harga fantastis itu membuat Ariastella menoleh. Darahnya dapat di jual dengan harga sebesar itu? Orang-orang ini sangat kaya raya kah?
Tepuk tangan riuh menandakan jika final dari lelang tersebut telah terjadi. Seorang penyihir hitam dengan umur yang Ariastella yakin sudah sangat tua memenangkan segelas penuh darahnya.
Pelayan membawa sebuah troli berisi gelas emas berbagai ukuran. Tampaknya ini yang mereka katakan sebagai harga paling tinggi.
Rosie mendekat, dia melepaskan ikatan tangan Ariastella. "Buka mulutmu."
Ariastella tentu menolak namun seorang pelayan mendekat dan membuka paksa mulut Ariastella, memasukkan sebuah kain bersamaan dengan pergelangan tangannya yang di robek oleh sebuah belati tajam.
"Argh!" Teriakan tertahan itu membuat semua orang yang ada di sana malah bertepuk tangan dengan riuh.
Ariastella menggigit kuat kain yang melintang di mulutnya. Dia bisa melihat jelas darahnya yang mengalir begitu saja dari pergelangan tangannya hingga mengalir ke jari-jarinya dan jatuh ke dalam sebuah gelas yang sempat ia lihat tadi.
Hal yang sama terjadi pada tangan lain Ariastella. Jika tidak mengeluarkan darah lagi, maka tangannya akan di lukai lagi.
Tidak kuat lagi.
Ariastella bisa melihat orang-orang yang bersorak sorai bahkan melihat jelas beberapa orang yang telah mendapatkan hadiah mereka berseru.
Emas-emas dalam jumlah besar langsung berada di sekitar Ariastella yang hampir kehilangan kesadarannya.
Kain di mulut Ariastella di lepas. Nafasnya memburu dan rasanya dia akan segera jatuh. Darahnya seperti habis.
Ariastella menatap kedua tangannya. Semua darah, luka sayatan itu bahkan sampai ke lengannya. Penyihir hitam benar-benar gila.
"Kau mau pingsan?"
Rosie berjongkok di hadapan Ariastella yang sudah sangat pucat dengan nafas memburu.
Rosie tersenyum, dia meraih tangan Ariastella dan memasukan jari Ariastella yang penuh dengan darah ke dalam mulutnya.
"Menjijikkan..." Ariastella mengatakan itu namun dia tidak bisa untuk sekedar menarik tangannya dari Rosie yang tersenyum.
Setelah mengatakan itu kesadaran Ariastella hilang.
Penyihir hitam gila.
***
Meskipun perang dinyatakan telah selesai namun tidak ada satupun yang pergi dari medan perang tersebut. Orang-orang masih bersiaga dan tetap berjaga, mereka semua memilihkan fisik mereka dan mempersiapkan semua yang akan terjadi.
Tigera menguap, dia menatap laki-laki bermata gelap itu menghela nafas. Berulang kali.
"Hei, Tigera." Harimau besar itu menatap seakan memberikan tatapan bertanya. "Apa yang terjadi padanya disana?"
Meskipun terlihat tenang, nyatanya Rei sama khawatirnya dengan Kaillos. Dia hanya tidak menunjukkan itu.
Saat dia mendapatkan suara itu dan membaca semuanya rasanya seperti ada sesuatu yang menekan dadanya, kakinya seperti ingin berlari ke tempat dimana gadis itu berada. Namun, atas permintaan gadis itu dia tidak bisa melakukan apapun. Dia tau kemungkinan terburuk akan terjadi jika dia tidak pergi, namun dia juga tidak bisa gegabah.
"Master."
Ceilo datang dengan sebuah piring berisi buah. Biasanya dia tentu akan menyukai itu, makanan yang sering ia makan. Biasanya akan ada seseorang yang berkomentar karena yang seharian Rei makan hanya buah.
Ceilo meletakkan buah-buahan itu di atas meja yang terdapat visual dari daerah perkemahan mereka yang di lingkupi oleh sihir pelindung. "Elang yang dikirimkan tidak kembali."
Beberapa elang dikirimkan untuk melihat daerah musuh, namun tidak satupun yang kembali. Ini pertanda buruk.
"Kita tinggu beberapa hari lagi."
Ceilo mengangguk pelan. "Master, setidaknya makanlah sesuatu."
Rei mengangguk pelan. Dia tidak bisa berpikir baik, nyatanya kakinya terus ingin berlari kesana dan menarik gadis itu kembali namun di tiap tindakan ada kemungkinan buruk yang tidak ingin terjadi.
Kaillos juga terlihat ingin melakukan hal yang sama. Mereka sedang menyusun beberapa rencana, mereka sedang mempersiapkan ramuan untuk menangkal sihir hitam sebanyak mungkin sebelum menyerang.
"Master, sangat menyukai Tuan Putri, kan?"
Rei melirik Ceilo yang tersenyum. "Tidak."
Ceilo tersenyum. Meskipun selalu mengelak dan menolak, nyatanya sejak dulu Ceilo tau jika Tuan Putri mereka adalah pemenang di hati Masternya. Meskipun terlihat cuek dan tidak peduli, nyatanya Rei selalu ada di setiap bagian hidup Ariastella.
"Setidaknya, biarkan Yang Mulia tau tentang perasaan Master." Rei menoleh pada Ceilo yang berjalan keluar dari tendanya setelah mengatakan hal tersebut.
Diamlah.
Tidak ada waktu untuk hal tidak jelas seperti itu. Buang-buang waktu saja. Lagipula semua sudah tidak bisa dikatakan lagi, sudah sia-sia.
Rei mendengkus. Dia meraih sepotong apel di atas meja sebelum memakannya.
. . .
4 Agustus 2024
Tandai typooo
![](https://img.wattpad.com/cover/229786262-288-k301219.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
FantasiThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...