Irisdina mengunjungi Lidya yang sedang mengintrogasi seorang desertir KGB, dia penasaran melihat Lidya dalam menangani tawanan tapi Irisdina terkejut melihat Lidya yang baru keluar ruangan dengan seragam yang penuh darah.
"Lidya-san ... apa yang terjadi padamu ?" Irisdina terkejut melihat Lidya berlumuran darah.
"Hanya darah tawanan yang terciprat." Lidya menjawab dengan santai.
"Apa yang kau lakukan ?" Irisdina mulai bertanya pada Lidya
"Aku mencongkel matanya ... dia menghinaku terus menerus hingga batas kesabaranku habis ... dan aku mencongkel matanya dengan tanganku sendiri ... tak menggunakan alat..." Lidya masih menjawab dengan santai sembari menjilat darah yang ada di tangannya.
"Huh ? Mengerikan sekali." Irisdina sedikit takut pada Lidya.
"Di Spetsnaz ... hal ini hanya aku yang biasa melakukannya ... daripada harus mencabut kuku mereka satu persatu dengan kunci inggris lebih baik aku mencongkel mata mereka agar mereka mau menurut." Lidya sedikit dingin memberi tahu sedikit tentang kebiasaannya
"Sudah berapa orang kau congkel matanya ?" Irisdina mencoba mengorek informasi dari Lidya.
"Kalau disini 7 orang sudah dicongkel matanya ... sementara sejauh ini aku sudah mencongkel 22 orang." Lidya selesai menjilat darah yang ada di tangannya.
"Daripada itu ... mari bersihkan dirimu ... aku ingin mengajakmu berbincang." Irisdina mengajak Lidya untuk membersihkan diri.
Disaat Irisdina bicara Lidya sibuk membersihkan dirinya dari noda darah dan bersih kembali dalam waktu 5 menit.
Ketika Lidya mengibas-ngibaskan jas hitamnya, Irisdina melihat tangan Lidya yang dipasang perban dan itu membuat Irisdina penasaran.
"Uhm ... Lidya-san ... kenapa tanganmu diperban ?" Irisdina sedikit heran melihat tangan Lidya diperban.
"Uhm ini ? Untuk mengurangi benturan .... asal kau tahu aku sering bertarung makanya aku pasang ini untuk mengurangi benturan." Lidya menunjukan perban pada lengannya.
"Mengerikan sekali .... tapi kau sangat tangguh Lidya-san." Irisdina menepuk pundak Lidya.
"Hahaha ... tak perlu memujiku begitu." Lidya merapikan perban dengan mulut.
Irisdina membawa Lidya ke ruangannya untuk berbincang dengan Lidya, karena berkat bantuan Lidya semuanya bisa menghentikan tembak menembak.
Lidya membuat teh hijau untuk Irisdina sementara Irisdina membuat kue, keduanya nampak senang satu sama lain. Setelah keduanya selesai membuat teh dan kue mereka duduk bersama untuk berbincang satu sama lain.
"Aku masih penasaran padamu... kenapa kau bisa jadi pengawal komandan Pramashenko ?" Irisdina mulai bertanya tentang asal muasal Lidya.
"Dulu aku itu hanya petarung jalanan ... tapi semua berubah ketika Pramashenko menjadi menteri ekonomi ... pada masanya ekonomi Rusia melesat pada posisi satu dunia ... dan aku tak sengaja bertemu dengannya ketika dia melakukan pengecekan di tempat tinggalku yaitu di Odessa .. dia sepertinya menyadari bakatku dan dia mengangkatku menjadi pengawalnya ... untuk mempertajam kemampuanku dia memasukanku kedalam Spetsnaz ... karena komandan Northern sebelumnya dibunuh maka komandan Pramashenko ditugaskan menjadi komandan Northern ... dan aku ditugaskan menjadi pengawal pribadinya." Lidya bercerita sembari menenggak teh yang ada didepannya.
"Sungguh kisah yang menarik darimu ... Lidya-san."(Irisdina)
"Aku penasaran kenapa STASI ingin memburu anggota batalionmu ya ?" Lidya menyingkap dua lengannya di depan dadanya seperti orang yang bertanya pertanyaan kritis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnated As Commander Of The Northern Parliament
FanfictionMenceritakan seorang pemuda yang terbunuh dalam sebuah kecelakaan dan diberikan kesempatan kedua untuk memimpin armada gadis kapal dari Northern Parliament.