❗DI PART INI MENGANDUNG BEBERAPA ADEGAN KEKERASAN! MOHON JANGAN DI TIRU, KARENA INI HANYA SEBUAH CERITA FIKSI!
Mohon kerjasamanya yagesya, kalo ada adegan kekerasan atau hal-hal buruk yang ada di cerita ini jangan di tiru. Kalian cukup membaca saja, buang hal buruknya dan ikuti hal positif nya🙏
"Satu-satunya hal yang lebih melelahkan daripada depresi adalah berpura-pura bahwa kamu tidak merasakannya."
***
Maura yang sedang duduk bersandar di ranjangnya, mengerjakan tugas di laptop yang ada di atas pangkuannya, di kejutkan dengan suara pintu kamar yang di buka sangat kasar.
Brak!
Matanya membulat melihat Dion yang kini sedang mengunci pintu kamarnya, dia meletakkan laptopnya ke nakas lalu turun dari ranjang menghampiri Dion dengan perasaan was-was.
"Bang, kenapa?"
"Sini kamu!"geram Dion lalu menyeret tubuh Maura, mendorongnya hingga terbentur dinding membuat sang empu meringis karena kepalanya terbentur dinding.
"Ngomong apa kamu ke Bang Damas, hah?!"bentak Dion seraya menarik dengan kuat rambut sepinggang Maura yang tergerai.
Maura meringis pelan seraya memegang tangan Dion yang sedang menjambak rambutnya."Bang, sakitt. Maura gak ngomong apa-apa, kok."
Dion menyeringai lalu meraih vas bunga yang ada di meja sampingnya, melemparkan vas itu ke dinding tepat di sebelah kepala Maura membuat gadis itu langsung terkejut.
Prang!
Pecahan beling dari vas bunga itu kini sudah berserakan di sekitar tubuhnya, badan Maura bergetar hebat melihat hal gila yang baru saja di lakukan oleh Dion di depan matanya sendiri.
"Ngomong apa kamu ke Bang Damas, Maura?!"bentak Dion lebih keras dari sebelumnya membuat Maura berjengit kaget.
Dion yang semula berlutut kini berdiri, mendekati nakas Maura lalu menghempaskan segala sesuatu yang ada di sana. Sehingga gelas yang semula utuh kini menjadi kepingan di lantai, lalu jam bekker yang semula baik-baik saja kini sudah tak terbentuk.
Maura memejamkan matanya, kedua tangannya di gunakan untuk menutup telinganya. Kepalanya berdengung, tubuhnya semakin bergetar sampai bibirnya kini sudah pucat pasi. Maura sangat ketakutan saat melihat Dion kesetanan, meskipun dia selalu berpura-pura menjadi pemberani. Namun di balik itu semua dia sangat ketakutan.
"Bang Dion jangan, Maura takut,"lirih gadis itu sembari terisak. Dia trauma dengan kemarahan Dion yang seperti ini, karena dulu dia pernah menjadi sasarannya sampai masuk rumah sakit karena kepalanya di benturkan ke dinding dengan keras. Meskipun dia bilang kepada keluarganya jika itu kecelakaan, karena Maura selalu di ancam Dion agar tak membeberkan semua kebejatannya kepada keluarganya.
Dion menyeringai seperti iblis, dia melepaskan sabuk pinggangnya lalu berjalan mendekati Maura yang masih terduduk di lantai.
Plak!
Plak!
Dua pukulan keras sudah mendarat dengan mulus di kedua lengan Maura. Kini dia menekuk lututnya di hadapan Maura lalu mencengkeram dagu gadis itu, membuat kepalanya terdongak dengan paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Pain
Teen FictionDari sekian banyaknya rasa sakit, kenapa dari keluarga yang paling mengesankan rasa sakitnya. *** #Highest Rank 3 in Brokenhome [26Sep2021] #Highest Rank 1 in Anaksma [10Okto2021] #Highest Rank 3 in Brokenhome[23Okto2021] #Highest Rank 2 in Brokenho...