"Bukannya tidak bersyukur, tapi kadang lelah dengan keadaan rumah."
***
Melodi membulatkan matanya saat pasien yang baru saja datang ternyata Maura, dengan gerakan cepat Melodi langsung memeriksanya. Setelah memasang infus di tangan Maura. Melodi langsung meminta susternya untuk mengambil beberapa obat yang dia pinta.
Wanita itu memeriksa beberapa bagian tubuh Maura, mencari tau apa penyebab gadis itu sampai tak sadarkan diri. Sampai akhirnya beberapa menit kemudian Maura sadar.
"Ra, gimana si?"panik Melodi saat melihat Maura mulai membuka matanya.
"Kak Melodi?"gumam Maura bingung.
Melodi menghela nafas pelan."Kamu tadi di bawa ke sini sama keluarga kamu,"jelas Melodi yang maksud dengan kebingungan Maura.
"Terus? Aku kenapa kok bisa gini?"Maura menatap tangan kirinya yang terdapat infus di sana.
"Harus banget sampe di infus?"lanjut Maura.
"Iya lah, puas bikin tubuh sendiri rusak?"sarkas Melodi."Ra, kamu itu punya banyak penyakit. Udah tau tipes masih aja telat makan, iya kan?"
Maura menghela nafas pelan."Perut aku sakit bangett tadi kak. Kepala juga nyut-nyutan sampe udah gak kuat banget nahannya."
"Gagal ginjal kamu udah kronis Ra, dan itu udah sejak lama. Tapi kenapa kamu malah justru berhenti cuci darah beberapa bulan ini?"marah Melodi, dia hanya khawatir dengan Maura yang sudah di anggap seperti adiknya sendiri.
"Aku capek Kak, bosen tau kadang rasanya. Yaudah gitu mau mati ya berarti udah takdir aku."
"Aku gak ngerti sama jalan pikiran kamu Ra."
"Mental aku juga sakit Kak."gumam Maura menatap langit-langit kamarnya.
"Mak---"
"Dok, gimana apa keluarga pasien sudah bisa menjenguk?"tanya seorang suster membuat ucapan Melodi terpotong.
Melodi menatap Maura sejenak."Ra, Kakak harus bilang ke mereka kalo kamu sakit ya?"izin Melodi.
"Gak! Plis sekali lagi bantu aku. Bilang ke mereka kalo aku cuma kelelahan ya,"mohon Maura.
Melodi menghela nafas berat."Yaudah, kali ini aja ya?"
Maura mengangguk-anggukkan kepalanya seraya mengembangkan senyumannya."Makasih."
Melodi mengangguk, wanita itu langsung berjalan ke luar ruangan Maura untuk menemui keluarga gadis itu.
Ceklek
Begitu mendengar suara pintu terbuka, dengan spontan Atika dan yang lainnya langsung bangkit dari kursinya.
"Melodi, gimana keadaan Maura?"
Melodi menarik sudut bibirnya. Masih peduli ternyata. Batin Melodi.
"Tante tenang aja. Maura cuma kelelahan dan membutuhkan waktu beberapa hari untuk di rawat,"jelas Melodi."Tante boleh masuk. Melodi permisi dulu,"lanjutnya seraya berjalan pergi untuk memeriksa pasien yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Pain
Teen FictionDari sekian banyaknya rasa sakit, kenapa dari keluarga yang paling mengesankan rasa sakitnya. *** #Highest Rank 3 in Brokenhome [26Sep2021] #Highest Rank 1 in Anaksma [10Okto2021] #Highest Rank 3 in Brokenhome[23Okto2021] #Highest Rank 2 in Brokenho...