HP | 32

28.4K 1.9K 39
                                    

"Bahkan aku masih ingat bagaimana sakitnya tangan itu menampar serta menyiksaku, bagaimana sakitnya perkataan itu menusuk hatiku. Hingga aku trauma dalam segala hal."

***

Rintik gerimis di malam hari membuat hawa dingin semakin terasa, jalanan raya pun mulai basah terkena air hujan yang semakin deras.

Maura, dia sedang berdiri di pinggir jalan menunggu taksi lewat. Ini sudah jam 9 malam lebih, dia baru saja hendak pulang setelah selesai kerja. Masih dengan seragam putih abu-abu yang melekat di tubuhnya, memang Maura akan berganti baju pelayan jika kerja lalu saat pulang kembali memakai seragamnya. Setelah mendapat taksi gadis itu langsung naik, segera menuju ke rumahnya.

Sampai beberapa menit kemudian taksi yang dia tumpangi berhenti di depan gerbang rumahnya, Maura segera turun dan memasuki rumahnya. Gadis itu sedikit terkejut saat melihat mobil orang tuanya dan Abangnya terparkir di garasi. Yang menandakan mereka sudah pulang, padahal biasanya mereka pulang pagi.

Dengan keberanian yang sudah terkumpul Maura membuka pintu rumahnya.

"Maura!"

Maura langsung menghentikan langkahnya baru saja hendak menaiki tangga, tetapi suara Mamanya membuat dia membalikkan badannya.

"Jam berapa sekarang? Lagi-lagi kamu pulang malam?"tanya Atika. Maura tau dari tatapannya Atika terlihat sangat marah.

"Maaf, Ma."

"Jadi gini selama Mama sibuk kerja? Kamu masih pergi dan pulang malem?"murka Atika membuat Maura langsung menundukkan kepalanya.

"Ya ampun Maura. Kamu baru pulang jam segini? Kemana aja Ra?"tanya Dara yang baru saja menuruni tangga bersama Dion.

Maura menatap Dara dan Dion secara bergantian. Pasti dirinya akan di marahi lagi oleh mereka.

"Kemana aja Ra? Masih inget pulang ya?"sindir Dion seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Maura abis dari rumah Bella. ngerjain tugas,"alibi Maura.

"Tugas? Sampai selarut ini?"desis Atika.

"Maaf Ma."

Atika yang sudah geram pun pergi begitu saja meninggalkan Maura.

"Punya otak di pake! Mau sampe kapan kaya gitu terus?"tanya Dion tajam.

"Gak sadar bangett, udah bikin Bang Damas meninggal. Sekarang keasikan ngelayap sampe malem,"lanjut Dion.

"Bang udah. Mungkin tugasnya banyak,"ucap Dara membuat Dion langsung pergi.

Dara menatap Maura dengan nanar. Jujur dia tidak tega melihat Maura yang selalu di sudutkan oleh Mamanya dan Dion."Ra, kamu ke kamar aja. Pasti capek kan,"ujar Dara membuat Maura langsung berlalu.

[23:15]

Maura yang merasa lapar dengan terpaksa harus turun malam-malam. Gadis itu mengambil air minum terlebih dahulu sebelum makan.

"Maura!"

Prang

Karena terkejut gelas yang ada di genggamannya terjatuh membuat Maura langsung menolehkan kepalanya.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang