HP | 50

43.5K 2.7K 128
                                    

"Aku kuat tapi aku lelah. Cukup temani aku, dengarkan aku, pinjami aku bahumu sebentar saja. Aku terlalu lelah, anak bungsu perempuan ini terlalu malu untuk terus menerus mengeluh. Padahal tidak sekuat yang mereka kira."

***

"Atika, kenapa Maura bisa sampe pingsan?"tanya Wati yang baru saja tiba di rumah sakit. Dia sedang ada di rumah salah satu anaknya yang ada di Jakarta, dan tadi di beri kabar oleh Dara jika Maura masuk rumah sakit.

Atika bangkit dari kursinya lalu mencium punggung tangan sang bunda."Maaf, Bu. Tika juga gak tau kenapa Maura bisa pingsan."

"Kalian bertengkar lagi?"tebak Wati.

Atika mengangguk pelan."Ternyata Maura sudah tau semua tentang rahasia yang kita sembunyiin, tapi dia tetep milih diam. Seakan-akan gak tau apa-apa,"jelas Atika dengan air mata yang mulai menetes.

Wati menghela nafas kasar lalu segera duduk diikuti Atika."Kemana suamimu?"tanyanya saat melihat hanya ada Dion dan Dara di sini.

"Lagi di jalan, dari kemaren di luar kota ngurus perusaahan. Aku udah ngasih kabar,"jawab Atika.

"Dion kamu kenapa?"tanya Wati saat melihat wajah resah Dion.

Dion menolehkan kepalanya lalu menatap nenek dan mamanya secara bergantian."Dion takut Maura kenapa-napa, Nek. Dion yang salah,"gumam Dion.

Jujur, entahlah tiba-tiba Dion merasa resah seperti ini. Ada banyak rasa salah yang tiba-tiba menghampirinya, seakan-akan dia sadar sudah sangat keterlaluan selama ini. Laki-laki itu terus menatap tangan yang biasanya dia gunakan untuk menampar Maura.

Wati yang mendengar itu langsung menghela nafas berat."Kalian semenjak nenek bilang itu, udah gak ngasarin Maura lagi, kan?"

Atika langsung merasa bahwa tubuhnya membeku. Kini perasaannya jadi campur aduk, dia teringat ucapan bundanya pada saat itu bahwa dirinya tak baik menjadi seorang ibu.

"Bu, Tika ma---"

Ceklek

Suara pintu yang terbuka membuat ucapan Atika terpotong, mereka langsung berdiri menghampiri dokter yang keluar dari ruangan Maura. Bersamaan dengan itu Bayu tiba.

Melodi keluar dari ruangan Maura lalu menghampiri keluarga Maura. Dia menyempatkan untuk menyium tangan nenek Maura terlebih dahulu, karena keluarga mereka juga sangat dekat.

"Tante, ada yang mau Melodi bicarakan dengan kalian. Kalian boleh masuk,"ucap Melodi mempersilahkan keluarga Maura untuk mengikuti langkahnya masuk ke dalam ruangan gadis itu.

Setelah Melodi mengucapkan itu Atika dan yang lainnya langsung menyusul langkah Melodi memasuki ruangan Maura.

Atika bisa melihat tubuh Maura yang masih terbujur tak berdaya di brankar dengan wajah pucat pasi, mata gadis itu masih terpejam. Di tangannya juga sudah terpasang infus.

"Maura udah lama sakit Tante,"cletuk Melodi sembari menatap wajah Maura lekat, ucapannya mampu membuat semua perhatian kini tertuju kepada Melodi.

"Maksudnya, Mel?"tanya Atika tak mengerti. Dia jadi takut, takut apa yang ada di pikirannya benar-benar terjadi.

"Maura di fonis kena Gagal ginjal kronis. Dan itu sudah sangat lama, Tan."Melodi bisa melihat mereka semua sempat shock ketika mendengar ucapannya. Tapi ada sedikit rasa benci karena mengingat bagaimana mereka memperlakukan Maura.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang