Sudah hampir satu bulan Maura di sembunyikan oleh neneknya. Dan gadis itu pun sudah kembali masuk sekolah, hanya saja di kawal oleh beberapa bodyguard suruhan neneknya. Agar keluarganya tak bisa menemui Maura.
Wati benar-benar tak tanggung-tanggung memberi pelajaran kepada keluarganya, selama itu juga Atika selalu memohon-mohon agar mau mempertemukannya dengan Maura. Namun Wati tak menanggapinya, karena belum waktunya.
Maura, gadis itu melangkahkan kakinya melewati lorong-lorong sekolahnya untuk menuju ke kelasnya. Dia memang sudah beraktifitas seperti biasanya, dan Bella sama sekali tidak Maura kasih tau tentang penyakitnya. Dia tak ingin membuat Bella khawatir.
Waktu itu saat pertama kali dia masuk sekolah lagi, banyak pertanyaan bertubi-tubi yang Bella lontarkan. Tetapi dengan cerdasnya Maura sudah menyiapkan jawabannya. Dia hanya bilang selama tidak masuk dia pergi ke Bali ke rumah neneknya dan dengan mudahnya Bella percaya begitu saja.
"Ra, lo berangkat sama siapa?"tanya Bella saat melihat Maura yang baru saja duduk di kursinya.
Maura meletakkan tasnya di meja lalu tersenyum menatap Bella."Sama nenek,"jawab Maura.
"Nanti jalan, yuk?"ajak Bella.
Cukup lama Maura terdiam sampai pada akhirnya dia menghela nafas berat."Kapan-kapan, ya? Gue kayaknya nanti ada acara, deh,"alibi Maura.
Bella hanya bisa menganggukan kepalanya pelan, dia sangat tau bagaimana keluarga Maura. Gadis itu pasti sulit mendapatkan izin agar bisa keluar rumah selain sekolah.
"Gue ke toilet dulu, ya,"pamit Maura seraya beranjak dari kursinya.
Bella hanya menganggukkan kepalanya pelan. Sedangkan Maura segera keluar kelas menuju ke kamar mandi. Maura yang sudah selesai dari kamar mandi pun berjalan keluar menuju kelasnya kembali. Saat di belokan gadis itu di kejutkan dengan tangan kekar yang tiba-tiba menarik lengannya. Maura sempat memberontak tetapi begitu tubuhnya di sudutkan ke dinding gadis itu langsung tak bisa berkutik.
Tubuh Maura langsung bergetar hebat saat melihat wajah orang yang ada di hadapannya saat ini."Ra-Raka,"cicit Maura dengan rasa takut.
Raka menyeringai tajam lalu dengan kurang ajarnya membelai pipi Maura."Hai cantik, gimana kabarnya? Udah lama banget Dion gak pernah ngabarin gue suruh mata-matain lo,"gumam Raka.
Maura dengan kasar langsung menepis tangan Raka yang bertengger di pipinya."Jangan pegang-pegang gue!"
"Wow! Berani, ni? Yakin bisa bebas?"Laki-laki itu menelusuri sekelilingnya."Disini sepi, Ra. Gimana kalau kita main-main sebentar?"
Maura benar-benar takut sekarang, tubuhnya bergetar tetapi sebisa mungkin dia tutupi. Dia muak melihat tatapan menjijikan Raka kepada dirinya."Gue gak sudi main-main sama cowok brengsek kaya lo!"
"Banyak bacot lo,"geram Raka lalu dengan kasar menarik rambut Maura membuat gadis itu meringis pelan.
Raka mencengkeram wajah Maura dengan kuat."Lo gak bisa kaya gitu sama gue, Ra! Karena apa? Karena gue bisa aja bikin lo menyesal seumur hidup. Gue suka lepas kontrol kalo sama cewek pemberani kaya lo,"bisik Raka.
Maura yang geram, mengangkat tangannya berniat menampar Raka tetapi laki-laki itu berhasil menepis tangan Maura.
Plak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Pain
Teen FictionDari sekian banyaknya rasa sakit, kenapa dari keluarga yang paling mengesankan rasa sakitnya. *** #Highest Rank 3 in Brokenhome [26Sep2021] #Highest Rank 1 in Anaksma [10Okto2021] #Highest Rank 3 in Brokenhome[23Okto2021] #Highest Rank 2 in Brokenho...