HP | 11

30.7K 2.2K 33
                                    

DI PART INI MENGANDUNG BEBERAPA ADEGAN KEKERASAN! MOHON JANGAN DI TIRU, KARENA INI HANYA SEBUAH CERITA FIKSI!

Mohon kerjasamanya yagesya, kalo ada adegan kekerasan atau hal-hal buruk yang ada di cerita ini jangan di tiru. Kalian cukup membaca saja, buang hal buruknya dan ikuti hal positif nya🙏

"Betapa sulitnya diriku memiliki seorang keluarga yang membuat pertengkaran semakin mudah hanya karena harta."

***

Damas memijat pelipisnya pelan, akhir-akhir ini banyak sekali problem yang berhasil membuat dirinya pusing. Terutama masalah perusahaan, apalagi sering melihat mama dan papanya bertengkar. Lelaki itu menatap foto yang ada di layar laptop di hadapannya dengan nanar, seorang gadis dengan dress kuning polos sedang tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi, membuat matanya menyipit. Gadis itu Maura, adik kecilnya yang kini sudah tumbuh menjadi seorang gadis cantik hebat dan kuat.

Damas menyesal kemaren kelepasan sampai membentak Maura, bahkan dengan teganya dia membiarkan Maura di tampar berkali-kali oleh Dion. Dia mengakui bahwa dirinya terlalu bodoh, hanya karena sedang banyak masalah sampai dia tak bisa mengontrol emosinya sendiri. Akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang sedang Damas hadapi, dan semuanya membuat dia hampir gila karena kerumitan itu.

Damas menghela nafas berat, lalu beranjak dari kursi kebesarannya. Dia berjalan keluar meninggalkan ruang kerjanya menuju kamar Maura.

Tok tok tok

Karena tak mendapat jawaban dari dalam, Damas memutuskan untuk masuk begitu saja. Saat tak mendapati Maura di dalam kamar, dia berjalan menuju balkon yang terbuka. Dan menemukan gadis itu tengah berdiri merenung disana."Ngapain malem-malem di situ?"

Maura membalikan tubuhnya terkejut."Bang Damas?"

Damas semakin mendekati Maura lalu berdiri di samping gadis itu."Ngapain malem-malem masih ngelamun di sini?"

"Bang Damas udah gak marah sama aku?"tanya Maura takut-takut, mengingat kemaren Damas yang terlihat sangat membencinya.

Damas terkekeh pelan, tangannya terangkat untuk mengusap kepala Maura dengan lembut."Maafin Abang, ya. Kemaren lagi banyak masalah di kantor. Jadi gak bisa ngontrol emosi Abang,"ucap Damas.

Maura menyunggingkan sudut bibirnya. Lalu mengangguk pelan, binar senang terlihat jelas dimatanya."Gak papa. Maura juga minta maaf, udah bikin Abang marah, ya."

"Kamu gak salah. Kita cuma gak mau Ra kalo kamu terlalu bebas. Apa lagi seharusnya sekarang ini waktunya kamu buat fokus sekolah. Jangan mikirin cowok dulu. Jangan terlalu banyak main-main, waktunya udah singkat banget. Kamu juga harus mikirin masa depan kamu, kalo kamu kaya gini-gini terus kamu gak akan maju. Kamu bakal stuck di tempat, dan gak punya tujuan,"tegur Damas menasehati.

"Iya, Maura cuma gak suka di mata-matain."

"Yaudah. Tidur, ya. Udah malem."

Maura menganggukkan kepalanya pelan."Bang Damas baru selesai kerja, ya?"tanya Maura saat melihat Damas masih mengenakan setelan jas kerjanya.

"Iya, Abang mau bersih-bersih dulu. Kamu tidur,"titah Damas.

Seperti biasanya sebelum pergi dia menyempatkan untuk mencium kening Maura dengan sayang. Karena Damas berharap dengan begitu Maura bisa merasa di sayangi. Damas sangat menyayangi Maura jika boleh jujur.

*****

Di hari minggu seperti ini biasanya Maura bangun kesiangan. Tetapi kali ini dia bangun lebih pagi. Gadis itu beranjak dari ranjangnya, lalu segera membersihkan wajahnya. Setelah selesai Maura berjalan keluar kamar. Niatnya ingin ke dapur dia urungkan saat melihat keributan di bawah. Gadis itu berdiri mematung di tengah tangga menatap mama, papa dan Dion serta Damas yang sedang beradu mulut.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang