"Ternyata sumber sakit hatinya dari omongan dan perlakuan orang tua sendiri."
***
Maura menuruni tangga di rumahnya dengan perlahan. Gadis itu sudah mengenakan seragam putih abu-abunya dengan rapi, dengan tas yang bertengger di bahunya.
"MAURA!"
Plak!
"MASIH INGAT PULANG?!"murka Atika setelah menampar Maura.
"Mama,"cicit Maura terkejut.
"KEMANA AJA KAMU HAH?! DUA HARI GAK PULANG? ACARA APA?!"bentak Atika.
"Ma, jangan gitu,"tegur Bayu menenangkan istrinya tetapi Atika langsung menepisnya.
"Palingan tu ngelayap. Ra, Abang tu lama-lama gak ngerti sama kamu. Kenapa semakin kesini ngelunjak gitu?"sarkas Dion.
"Ma, Maura butuh liburan, Maura setres di rumah di kekang terus,"ungkap Maura jelas saja berbohong. Dia tak akan dengan gamblangnya bilang yang sebenarnya.
"Kamu tu setres di bikin sendiri!"cerca Dion.
"Terserah, aku capek mau jelasin apapun bakal tetep salah di mata kalian,"putus Maura.
"Mama capek Ra, ngeliat tingkah kamu kaya gitu. Mama diemin tapi lama-lama gak tau aturan. Kamu juga kenapa akhir-akhir ini sering pulang malem? Apa yang di bilang Dion bener, kamu ngelayap terus kerjaannya? Jual diri? Apa uang dari Mama sama Abangmu masih kurang? Sampe-sampe jual diri?"maki Atika.
Maura membulatkan matanya tak pernah menyangka Mamanya akan bicara serendah itu kepada dirinya."Mama.... Mama tega bilang gitu ke Maura? Apa serendah itu Mama mandang Maura?"
"Aku cuma butuh hiburan, aku capek di rumah setres. Dirumah tu gak ada yang bisa mahamin perasaan aku. Itu kenapa aku sering pergi, aku pergi cuma mau ngeluarin semua unek-unek aku,"ungkap Maura."Aku juga mau bahagia, apa dengan aku nyari kebahagiaan di luar salah?"
"Kamu punya keluarga, untuk apa cari kebahagiaan di luar? Apa dengan keluarga kamu sendiri kamu belum cukup bahagia?"sinis Dion. Selama dua hari ini dia terpaksa harus melampiaskan kemarahannya dengan cara bermain jalang, karena tak ada Maura yang bisa dia siksa seperti biasanya.
"Karena selalu di abaikan, itu yang bikin aku gak bahagia. Gak mudah buat aku tetep kuat bertahan di dalam keluarga yang gak pernah nganggep keberadaan aku!"Setelah mengatakan itu Maura langsung mencium tangan Atika, Bayu dan segera pergi meninggalkan rumahnya.
Atika masih terdiam menatap punggung Maura yang mulai menjauh. Entah mengapa ada rasa sakit di hatinya saat Maura mengatakan itu.
"Udah, jangan mikir aneh-aneh. Maura mungkin lagi capek sama tugasnya jadi dia cari hiburan,"ucap Damas yang sedari tadi hanya bungkam.
"Yaudah, ayo kita sarapan,"ajak Bayu membuat semuanya menyetujuinya.
Maura berjalan dengan tergesa-gesa mencari taksi untuk pergi ke sekolah. Gadis itu mengusap air mata yang tiba-tiba menetes dengan kasar. Jujur sakit rasanya di katakan serendah itu oleh Mamanya sendiri.
Jual diri? Apa uang dari Mama sama Abangmu masih kurang? Sampe-sampe jual diri.
Kata-kata itu terus berputar di otaknya membuat air mata Maura semakin mengalir deras, dia langsung menghentikan taksi yang lewat karena takut telat sampai di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Pain
Teen FictionDari sekian banyaknya rasa sakit, kenapa dari keluarga yang paling mengesankan rasa sakitnya. *** #Highest Rank 3 in Brokenhome [26Sep2021] #Highest Rank 1 in Anaksma [10Okto2021] #Highest Rank 3 in Brokenhome[23Okto2021] #Highest Rank 2 in Brokenho...