HP | 53

48.5K 2.4K 164
                                    

Maura menatap pantulan dirinya di depan cermin, gadis itu meringis pelan saat sakit di pinggangnya semakin terasa. Dia memoleskan lipstik di bibirnya untuk menutupi kepucatan disana. Setelah rasa sakitnya sedikit reda, gadis itu berjalan keluar kamar lalu menghampiri neneknya yang sedang duduk di sofa.

"Nek, Maura pengin pulang,"ucap Maura tiba-tiba membuat neneknya terkejut.

"Kamu serius, Sayang? Udah siap ketemu mereka?"tanya Wati ingin memastikan.

Maura menganggukkan kepalanya mantap."Maura kangen Mama, pengin pulang sekarang."

Pada akhirnya Wati hanya bisa menuruti kemauan cucunya. Dia mengabari supirnya untuk menyiapkan mobil dan langsung membawa Maura untuk keluar apartemen menuju ke rumah orang tua gadis itu. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya mobil yang Wati tumpangi berhenti tepat di depan pekarangan rumah Maura.

"Nenek turun dulu, Maura nanti nyusul."Mendengar ucapan Maura Wati hanya bisa menurut. Dia turun dari mobilnya lalu segera memasuki rumah anaknya.

"Ibu,"panggil Atika seraya menghampiri sang bunda yang baru saja memasuki rumahnya.

"Nek, nenek ke sini sama Maura, kan?"tanya Dion semangat seraya mencium punggung tangan neneknya.

Wati hanya diam lalu berjalan menuju ke sofa di susul mereka."Kemana suami kamu?"tanya Wati kepada Atika tanpa mempedulikan pertanyaan Dion.

"Mas Bayu lagi ke luar kota, ada urusan di sana,"jawab Atika. Meskipun matanya terus tertuju ke arah pintu, berharap kali ini ibunya datang membawa Maura.

"Bu, mau sampai kapan Maura di sembunyiin? Apa ibu gak kasian sama aku?"tanya Atika dengan tatapan sendunya.

Wati menghela nafas pelan, dia bisa melihat bagaimana kacaunya kondisi Atika dan kedua cucunya yang terlihat sangat berantakan. Sebenarnya tak tega menyiksa mereka terlalu lama, meskipun sebenarnya dirinya melakukan ini untuk memberikan mereka semua pelajaran.

"Maura hanya butuh waktu, dia akan menemui kalian jika sudah siap. Ibu mau pulang dulu,"pamit Wati membuat Atika, Dion dan Dara lagi-lagi menghela nafas berat. Mereka selalu berharap agar neneknya ke rumah dengan membawa Maura, tetapi semua itu hanya hal yang mustahil.

Maura menolehkan kepalanya saat pintu sampingnya terbuka, menampakkan Wati yang hendak duduk di sampingnya."Masuk kalo mau ketemu, nenek nunggu di sini."

Maura menganggukkan kepalanya pelan, lalu dengan langkah pasti dia turun dari mobilnya memasuki rumahnya. Sebenarnya dia sedikit takut bertemu dengan keluarganya lagi, tetapi entah mengapa dia ingin sekali bertemu mereka. Sebelum pergi, meskipun Maura tak tau akan pergi kemana setelah ini. Tetapi dia merasa akan pergi jauh.

"MAURA!"pekik Atika saat melihat Maura di ambang pintu, tanpa aba-aba wanita itu langsung berlari memeluk tubuh anaknya.

Anak gadisnya kembali, anaknya yang sangat dia rindukan. Anak yang selalu dia patahkan hatinya, Atika menangis sembari terus mengucapkan kata maaf tiada hentinya.

Maura melepaskan pelukan mereka lalu menatap Atika dalam."Mama kenapa?"

Atika menggelengkan kepalanya pelan, lalu memberi kecupan bertubi-tubi di wajah Maura."Kamu maafin mama, kan?"tanya Atika dengan suara bergetar sembari menangkup wajah Maura. Wajah gadis itu sangat berbeda, tak secerah dulu.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang