HP | 22

29.5K 2.1K 35
                                    

"Lebih baik diam, dari pada menjelaskan namun tak pernah di dengar."

***

Maura melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumahnya. Sudah jam 9 malam lebih tetapi Maura baru saja pulang kerja. Gadis itu memegang tali tasnya dengan kuat takut-takut akan di marahi lagi oleh Abangnya.

Dia menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya membuka pintu rumahnya. Gadis itu menghela nafas lega saat lampu-lampu di rumahnya sudah mati. Itu tandanya keluarganya sudah tidur semua.

Maura kembali menutup pintunya lalu menguncinya, gadis itu dengan langkah pelan mulai menaiki satu persatu tangga di rumahnya untuk pergi ke kamarnya. Lalu dengan perlahan membuka pintunya.

"Dari mana lagi kamu?"

Suara dingin dan tajam yang menyapu telinganya membuat tubuh Maura langsung membeku. Dengan perlahan dia membalikan tubuhnya.

"Bang Damas,"cicit Maura pelan.

Damas hanya menaikan sebelah alisnya seolah-olah meminta penjelasan kepada Maura. Lelaki itu berdiri di hadapannya dengan kedua tangan yang di masukkan kedalam saku celana dan tatapan tajamnya.

"Maura abis dari luar, Bang."

"Kamu tu kenapa, si? Abang bisa maklumin kalo kamu mau cari hiburan di luar. Tapi gak harus sesering ini kan, Ra? Kamu emang kalo di diemin lama-lama ngelunjak, ya,"murka Damas.

"Maaf Bang, Maura cuma bosen dirumah. Maura pusing sama tugas sekolah makanya Maura mau ngrefresh otak,"jawab Maura lagi-lagi berbohong.

"Main boleh. Tapi ada batas waktunya Ra, dan kamu udah kelewatan sampe pulang malam gini."

"Iya ma---"

"Jangan kebanyakan minta maaf, tapi lakuin apa yang udah Abang izinin, dan jangan lakuin apa yang Abang larang. Jangan suka jadi pembangkang,"tegas Damas segera berlalu meninggalkan Maura yang masih terdiam.

Maura menghela nafas lega, dia kali ini bisa menyelesaikan masalahnya. Walaupun harus berbohong akan Maura lakukan, meskipun dia akan sering mendapatkan tamparan dari Dion atau bahkan Mamanya akan Maura terima asal mereka tidak mengetahui tentang Maura yang kerja.

*****

Maura dan Bella sedang menikmati makanannya di kantin, karena 15 menit yang lalu waktu istirahat di mulai.

"Ra, lo mau kuliah di mana?"tanya Bella di sela-sela kesibukannya yang sedang memakan bakso.

Untuk beberapa saat Maura hanya diam, dia tak yakin umurnya akan bertahan lama, jadi tak mungkin bisa melanjutkan kuliah."Gak tau. Mungkin gak kuliah,"jawab Maura yang sedang asik memakan batagornya.

"Kenapa? Sayang banget, lo kan pinter Ra."

Maura terkekeh pelan mendengar pujian yang keluar dari mulut sahabatnya."Baru kali ini ada yang muji gue pinter."

"Yeee, tapi jujur emang lo tu pinter Ra."

"Pinter bohong!"lanjut Bella seraya tertawa pelan membuat Maura mengerucutkan bibirnya kesal.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang