HP | 31

29.6K 1.8K 14
                                    

"Hal yang paling sulit adalah, mengikhlaskan kepergian seseorang yang sangat kita sayangi."

***

Sudah 7 hari Maura terus mengurungkan dirinya di dalam kamar, terus menyalahkan dirinya atas kepergian Damas. Dan sudah tujuh hari juga Damas pergi meninggalkan Maura.

Waktu selama satu minggu belom cukup untuk Maura terus menyalahkan dirinya sendiri. Selama itu juga sama sekali tak ada yang mempedulikannya, atau memang dari dulu tak ada yang peduli?

Setelah Damas pergi keluarganya lebih memilih untuk menyibukkan dirinya dengan menggilai kerja. Mereka selalu pulang larut malam, dan pergi sangat pagi.

Sempat beberapa waktu lalu Dion selalu menyalahkan Maura atas kepergian Damas, hal itu tentu saja membuat Maura semakin kuat untuk menyalahkan dirinya sendiri. Maura semakin gencar memberi berbagai hukuman untuk dirinya sendiri.

Dan sudah 2 hari ini keluarganya pergi ke Jogja, tanpa mau mengajak Maura tentunya. Gadis itu di rumah hanya bersama para pembantunya.

Maura juga selama itu tak pernah masuk sekolah, dia belum memiliki nyali untuk keluar dari kamarnya. Selama itu yang Maura lakukan hanya, menyalahkan dan menyakiti dirinya sendiri.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu berkali-kali tak Maura hiraukan, sampai pada akhirnya pintu itu terbuka. Menampilkan wanita yang sudah berumur, Wati. Nenek Maura dengan pelan berjalan mendekati ranjang yang sedang gadis itu duduki.

"Maura, kenapa gak ke rumah Nenek? Bibi bilang orang tuamu pergi ke Jogja?"

Dengan spontan Maura langsung menolehkan kepalanya, matanya tiba-tiba berkaca-kaca melihat wajah Neneknya.

"Nenek,"gumam Maura.

"Sini, Nak,"titah Wati seraya merentangkan kedua tangannya membuat Maura langsung berhambur ke dalam pelukannya.

Maura berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis di depan Neneknya."Nek, ini salah Maura ya makanya Bang Damas meninggal,"ungkap Maura lalu melepaskan pelukannya.

Gadis itu menatap Neneknya dalam."Maura minta maaf uda---"

"Udah, ini bukan salah kamu. Itu semua sudah takdir Allah, Nak. Siapa yang bilang salah kamu?"

Maura langsung bungkam."Nenek dari mana?"tanya Maura mengalihkan topik.

"Nenek mau pulang ke Bali, tadi abis dari rumah Salsa."Memang Neneknya itu tinggal di Bali bersama anak tertuanya sehingga hal itu juga membuat Maura jarang bertemu.

"Yaudah,"gumam Maura.

Mereka terus mengobrol, tapi Maura sama sekali tak mau menampakkan bahwa dirinya sedang sedih, karena sangat terpukul atas kepergian Damas.

[19:45]

Maura keluar dari kamar mandi karena baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Gadis itu berjalan ke ranjang lalu duduk di pinggiran sana menatap ke luar melewati kaca balkon yang di biarkan terbuka meskipun sudah malam.

Tadi Neneknya sudah ke Bali pada pukul 5 sore, dan Maura juga sudah makan bersama Neneknya.

Ceklek

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang