HP | 27

29.1K 2.1K 40
                                    

"Dari sekian banyak sumber rasa sakit, kenapa dari keluarga yang paling mengesankan rasa sakitnya."

***

Malam ini keluarga Maura akan mengadakan acara pesta untuk merayakan ulang tahun Dion yang ke 22 tahun. Dan acaranya di laksanakan di hotel yang sudah di sewa keluarganya. Maura menatap sekelilingnya yang sudah di hias sangat indah, banyak juga tamu undangan yang datang. Ada keluarga besarnya, ada rekan kerja Papa dan Abangnya, ada juga sahabat orang tuanya.

Gadis itu terlihat lebih cantik malam ini, dengan gaun putih selutut tanpa lengan, lalu rambutnya yang di biarkan terurai indah sepinggang. Dari tadi Maura hanya berdiri di tengah-tengah kerumunan orang-orang, karena tak ada satu pun keluarganya yang mengajak Maura untuk ikut kumpul.

Gadis itu tersenyum saat melihat Damas menghampirinya. Abangnya ini terlihat sangat tampan dan gagah dengan kemeja putih yang melekat di tubuhnya.

Cup

"Tadi berangkat sama siapa?"tanya Damas setelah mengecup kening Maura dengan sayang.

"Naik taksi,"jawab Maura.

"Gak di ajak bareng mereka?"

Maura menggelengkan kepalanya pelan, walaupun sedih tapi dia tetap tersenyum."Kata Mama kalo mau dateng berangkat sendiri, kalo gak yaudah."

Damas menghela nafas berat mendengar penuturan Maura, terkadang dia sedih melihat bagaimana adiknya di perlakukan oleh keluarganya. Tapi di sisi lain dia tak bisa berbuat apa-apa selain membela Maura jika sedang di sudutkan.

"Abang abis dari kantor, langsung ke sini."Damas mengelus rambut Maura pelan."Abang nemuin rekan kerja dulu, ya,"pamit Damas yang di setujui Maura membuat laki-laki itu langsung pergi.

Maura menghela nafas pelan lalu mulai melangkah keluar menuju kolam renang yang sudah ramai karena acaranya akan di laksanakan di sana.

"Tumben Bang Dion mau bawa lo ke acara kaya gini."

Maura langsung membalikkan tubuhnya saat mendengar suara seseorang, dia menghela nafas kasar saat ternyata Salsa biangnya.

"Gue adeknya, jadi berhak ada di sini."

Salsa tertawa pelan seakan-akan mengejek Maura."Adek yang memalukan, upss sorry, Ra. Keceplosan,"ejek Salsa.

"Cabe rawit diem aja deh, gausah cari gara-gara sama gue,"ucap Maura masih terlihat tenang.

Plak!

"Mulut lo tu cabe rawit,"marah Salsa setelah menampar Maura.

Maura yang tak mau kalah pun ikut membalasnya membuat semua mata kini tertuju ke mereka yang mulai berapi-api.

"Lo apa-apaan si!"Dengan kasar Salsa mendorong tubuh Maura ke belakang.

Byuurrrr!

Suara orang terjatuh ke kolam membuat orang-orang langsung mendekat, termasuk Atika dan lainnya.

Rendra, laki-laki itu yang dari tadi hanya memperhatikan keduanya dengan sigap langsung mendekat dan masuk ke kolam saat melihat Maura terjatuh.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang