HP | 48

32.3K 1.9K 58
                                    

"Kadang sampe bingung apalagi yang bisa gue lakuin selain ngeluh? Selain nangis tiap malem? Rasanya cuma pengin sembuh padahal gak sakit apa-apa. Rasanya cuma pengin tenang padahal gak ada masalah apa-apa. Dan setiap mau tidur, isi kepala rasanya rame banget padahal gak tau mikirin apa. Jadi jangan lo tahan-tahan kalo lo emang masih sedih gak papa nangis aja."

***


"Dari mana kamu?"

Maura langsung menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Dion."Main,"jawab Maura santai.

"Main kamu bilang? Jam 5 baru pulang? Otak kamu di mana si, Ra? Berkali-kali aku bilang kamu tu harus banyak belajar biar gak semakin bego!"murka Dion.

"Aku juga butuh waktu buat refreshing, Bang,"sahut Maura.

Plak!

"KALO KAMU KAYA GITU ABANG BAKAL NYURUH PAPA BUAT CARI BODYGUARD BIAR KAMU GAK SEENAKNYA!"bentak Dion.

"Hal bodoh apa lagi yang mau Abang lakuin?"

Maura menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya."Abang tau? Gara-gara kebodohan Abang nyuruh Raka buat mata-matain aku. Aku hampir di lecehin sama dia! APA ABANG PERNAH MIKIRIN GIMANA TRAUMANYA AKU?!"

Maura menatap Dion dengan sendu."Berkali-kali aku bilang. Aku ke kekang sama sikap Abang! Kamu gak pernah tau gimana ketakutannya aku setelah hampir di lecehin sama Raka? Yang kamu tau cuma aku yang bodoh, biang masalah dan beban di mata kamu,"ungkap Maura berapi-api.

"Ini ada apa Dion?"tanya Atika yang baru keluar kamar bersama Bayu.

Maura menatap Atika, mata gadis itu sudah berkaca-kaca."Mama tanya sama anak kesayangan Mama sendiri. Gara-gara dia aku hampir di lecehin orang!"

Setelah mengatakan itu Maura langsung pergi menaiki tangga untuk ke kamarnya.

"Dion ada apa?"tanya Atika saat melihat Dion hanya diam.

Dion menggelengkan kepalanya pelan."Ini urusan Dion sama Maura, Ma,"jawab Dion segera berlalu pergi.

*****

Maura terdiam sudah hampir setengah jam dia hanya diam duduk di kursi panjang yang ada di belakang rumahnya.

Tatapannya lurus tetapi kosong, gadis itu mengusap lengannya naik turun dengan lembut. Bibirnya bisa tersenyum setiap saat bahkan saat dia sedang tidak baik-baik saja pun senyumannya masih bisa terbit.

Tapi mata Maura tidak pernah bisa berbohong. Karena disaat dia sedang tidak baik-baik saja matanya selalu berkaca-kaca seperti sekarang.

"Aku bahagia gak, si?"gumam Maura.

Senyumannya kembali melebar."Bahagia, lah. Ngapain gak bahagia? Punya orang tua lengkap, keluarga yang selalu ngumpul di rumah? Terus apa alasan buat aku gak bahagia?"tanya Maura pada dirinya sendiri.

Lalu gadis itu tersenyum kecut saat mengingat sesuatu."Oh iya, gue lupa kalo selama ini gue gak pernah di anggap sama mereka. Itu yang bikin gue gak bahagia."

Maura mengusap sudut matanya yang berair."Kasian banget si, Ra. Bahkan orang-orang aja selalu bilang 'bahagia bangett hidupnya, beruntung banget hidupnya'. Apa mereka gak tau gimana beratnya jadi gue?"

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang