HP | 25

30.5K 2.2K 62
                                    

"Aku lagi gak pengin cerita apa-apa, karena aku sendiri gak tau apa yang lagi aku rasain sekarang. Aku cuma mau di peluk aja, tapi ternyata aku cuma punya diriku sendiri."

***

Maura terbangun dari tidurnya saat mendengar suara alarmnya berbunyi. Setelah nyawanya terkumpul Maura langsung berjalan menuju ke kamar mandi untuk segera membersihkan tubuhnya.

Sudah beberapa hari ini Maura memilih untuk menghindari keluarganya, semenjak kejadian di pagi hari saat Maura berhalusinasi. Karena semenjak itu dia merasa gerak-geriknya selalu di perhatikan oleh Damas atau mamanya. Damas juga berkali-kali bertanya kepada dirinya, ada apa dengan dirinya. Tetapi Maura tak pernah mau menjawabnya. Dion juga sepertinya menghindar, mungkin takut di curigai oleh Damas dan mamanya. Dia merasa sedikit lega karena tak merasakan siksaan dari Dion lagi untuk beberapa saat ini.

Setelah penampilannya rapi Maura segera keluar kamar berjalan menuruni tangga untuk segera berangkat ke sekolah.

"Maura,"panggil Damas menghentikan langkah Maura.

Gadis itu membalikan tubuhnya menatap Damas yang sedang berjalan mendekatinya.

"Abang anter,"ujar Damas seraya menarik lengan Maura membawanya keluar rumah.

Maura hanya bisa menurut, lalu masuk ke mobil duduk di kursi penumpang samping kemudi. Begitu menghidupkan mesinnya Damas langsung melajukan mobilnya membawa keluar meninggalkan pekarangan rumahnya.

"Nanti gak pulang malem lagi, kan? Biar Abang jemput, kamu juga gak bisa dong main sampe malem terus,"ucap Damas di sela-sela kesibukannya mengemudi.

Maura yang tadinya sedang fokus ke jalanan kini menatap Damas. Dia hari ini tak kerja, itu tandanya bisa pulang siang."Maura gak main hari ini, lagian banyak tugas sekolah yang harus di kerjain di rumah."

Damas mengangguk pelan. Mereka berdua kembali bungkam sampai pada akhirnya Damas menghentikan mobilnya di depan pekarangan sekolah Maura.

"Makasih, Bang,"ungkap Maura lalu segera turun dari mobil. Sedangkan Damas kembali melajukan mobilnya.

Maura berjalan melewati lorong-lorong sekolahnya menuju ke kelasnya berada. Sesampainya di depan kelas dia langsung masuk menuju ke kursinya berada.

"Pagi, Ra,"sapa Bella yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya.

Maura meletakkan tasnya ke meja lalu duduk di kursinya."Pagi, lo lagi ngerjain tugas?"

Bella mengangguk pelan tanpa menatap Maura."Tugas IPA gue belom selesai, gara-gara semalem gue maraton watpad."

Maura mendengus pelan lalu mengeluarkan ponselnya dari saku seragamnya."Suka banget baca watpad. Paling-paling nangis lo kalo baca cerita yang sad,"ledek Maura.

Bella menutup bukunya setelah selesai mengerjakan tugasnya. Dia menatap Maura sengit."Enak aja, gue lagi suka baca cerita yang nikah SMA gitu. Bagus tau mereka tu di jodohin ter---"

"Stop! Gue gak mau denger lo cerita, itu cuma bikin halu doang Bella. Ntar ujung-ujungnya gue pengin nikah muda kalo lo cerita,"potong Maura. Gadis itu mematikan ponselnya lalu meletakkannya ke dalam laci mejanya.

Bella tertawa pelan melihat reaksi Maura. Memang dari dulu Maura paling malas jika di suruh mendengarkan cerita Bella tentang cerita yang gadis itu baca di Watpad.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang