HP | 43

28.9K 1.8K 26
                                    

Maura menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan teliti. Lalu setelah merasa sudah rapi dengan seragam putih abu-abu yang melekat di tubuhnya gadis itu langsung segera pergi meninggalkan kamarnya.

"Maura, kamu gak mau sarapan dulu?"tanya Atika seraya menghampiri Maura yang sedang menuruni tangga.

Gadis itu hanya diam lalu mencium tangan mamanya."Maura berangkat dulu,"pamitnya dan segera berjalan keluar rumahnya.

Maura langsung menghentikan taksi yang lewat dan segera menuju ke sekolahnya. Sesampainya di sekolah gadis itu langsung berjalan melewati lorong-lorong yang sudah mulai ramai menuju ke kelasnya.

"Pagi canteknya Rendra,"sapa Bella seraya tersenyum menggoda.

"Ekhmmm, yang habis jadian kayaknya seneng banget deh,"timpal Zelia ikut menggoda Maura.

"Aduh aduh senangnya yang cintanya udah terbalaskan."Gea ikut menimpali membuat teman-temannya tertawa.

Maura mengerutkan keningnya bingung sembari meletakkan tasnya di meja. Dia menjatuhkan tubuhnya dengan kasar ke kursi kayu miliknya."Apa sih, kalian semua gaje,"gumam Maura.

Bella menyenggol bahu Maura lalu mengedipkan sebelah matanya berniat menggoda sahabatnya itu."Jahat banget udah jadian tapi gak mau ngomong-ngomong,"ucap Bella.

Maura benar-benar di buat bingung oleh teman-temannya."Ra, tuh di tunggu pujaan hati di depan kelas,"pekik Zelia dari depan pintu.

Gea berjalan mendekati kursi Maura lalu menarik gadis itu agar berdiri."Ayo nak, bunda yang akan mengantarkan kamu ke sang pujaan hati,"goda gadis itu seraya membawa Maura keluar kelas.

"Kalian pada kenapa si, Ge?"bingung Maura.

Grizelle langsung ikut menarik Maura agar gadis itu berdiri di hadapan Rendra."Ren, temen gue ni awas aja kalo lo sakitin,"pesan Zelia lalu segera masuk ke kelas diikuti Gea dan Liora. Sedangkan Bella gadis itu hanya tertawa di kursinya melihat sahabatnya di goda teman-teman sekelasnya.

Rendra tanpa aba-aba langsung menarik lengan Maura, membawanya ke taman belakang. Banyak hal yang ingin dia bicarakan kepada Maura. Walaupun gadis itu terus memberontak tetapi Rendra tetap memaksanya sampai akhirnya Maura memilih untuk pasrah.

Kini Maura dan Rendra sudah duduk bersampingan di kursi panjang yang ada di halaman belakang sekolah. Dari tadi mereka berdua hanya saling diam tak ada satupun yang mengeluarkan suaranya.

"Lo nyebarin berita apa? Kenapa anak-anak pada ngeledek gue sama lo?"tanya Maura setelah cukup lama diam. Dia masih tak mengerti mengapa teman-temannya menggoda gadis itu.

"Cuma nempelin pengumuman di mading, kalo kita udah jadian."

Maura langsung melotot tajam mendengar ucapan Rendra, dengan spontan dia menolehkan kepalanya dan saat itulah rasanya ingin menelan laki-laki di sampingnya hidup-hidup. Bisa-bisanya Rendra sesantai itu?

"Cuma lo bilang? Gila banget gak si ngumumin berita yang sama sekali gak bener?"kesal Maura.

Rendra yang mendengar suara Maura sedikit tinggi langsung menatap gadis itu."Lo marah?"Dengan bodohnya dia masih bertanya seperti itu.

Maura mencebikan bibirnya sebal, ternyata sifat gak pekaannya Rendra masih ada sampai sekarang."Lo pikir aja sendiri!"

Rendra menarik tangan Maura ke dalam genggamannya."Plis Ra, jangan marah. Gue minta maaf uda---"

"Gue udah maafin lo. Jadi berhenti ganggu gue karena gue gak mau lo kasihani,"potong Maura, dia menarik tangannya dengan kasar berniat pergi tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat dengan kurang ajarnya laki-laki itu memeluknya dari belakang.

"Gue minta maaf, gue bohong Ra ngomong kaya gitu. Nyatanya perasaan gue ke lo lebih dari sekedar teman, gue punya perasaan yang sama kaya lo,"ungkap Rendra seraya menumpukan dagunya di puncak kepala Maura.

"Ren, apaan si! Lepasin nanti ada yang liat. Jangan aneh-aneh ini lagi di sekolah,"tegur Maura seraya melepaskan tangan Rendra dari pinggangnya.

Laki-laki itu melepaskan pelukannya lalu segera membalik tubuh Maura hingga kini mereka saling berhadapan."Gue cinta sama lo Ra,"ucap Rendra sungguh-sungguh.

Maura berusaha mencari kebohongan dari mata laki-laki itu, tapi yang dia dapatkan hanya ketulusan. Rendra tak bohong mengungkapkan perasaannya.

"Tapi kenapa lo dari dulu gak pernah mau ngelirik gue? Kenapa lo dari dulu nolak cinta gue? Kenapa lo bersikap seolah-olah benci sama gue? Atau karena kita temen? Atau karena janji gue dulu yang minta buat kita selamanya jadi temen? Hey asal lo tau Ren, gue juga kecewa sama diri gue sendiri karena ngingkarin janji gue sendiri. Tapi emang dari awal gue gak tau kalo lo adalah Rendra yang sama,"ungkap Maura berapi-api.

Rendra hanya diam membiarkan Maura berbicara sepuasnya."Lo tau apa alasan gue ngelakuin itu? Karena Bang Damas pernah bilang ke gue. Kalo gue serius sama lo datang ke rumah buat minta izin ke orang tua lo, tapi nanti kalo kita udah waktunya buat serius. Dan gue ngelakuin itu karena gak mau kehilangan dan nyakitin lo Ra,"jawab Rendra menjelaskan yang sebenarnya membuat Maura tercengang di tempatnya.

"Maksud lo? Jadi sebelum gue tau siapa lo, lo udah pernah ketemu sama Bang Damas?"

Rendra mengangguk-anggukkan kepalanya pelan."Waktu itu ada acara keluarga gue, dan ngundang keluarga lo karena bokap nyokap gue udah lama gak ketemu mama lo yang merupakan sahabatnya. Dan saat itu gue tau semuanya, tau siapa lo sebenarnya."

Maura benar-benar tak mengerti sekarang."Tapi kenapa lo gak bilang sama gue? Lo tega bohongin gue Ren,"gumam Maura.

"Karena gue gak mau kalo lo tau siapa gue. Lo bakal ngilangin perasaan lo itu,"ucap Rendra.

"Gue cinta sama lo Ra, jangan jauhin gue."Setelah mengatakan itu Rendra langsung membawa tubuh Maura ke dalam pelukannya yang hangat dan nyaman.

Dan saat itulah Maura rasa dinding yang sudah dia bangun untuk membenci dan melupakan Rendra hancur, gadis itu terbuai dengan pelukan menenangkan Rendra yang sangat membuat dirinya nyaman. Maura kembali jatuh dalam perangkap seorang Rendra Aditama, hanya karena sebuah pelukan yang tak pernah Maura rasakan.

{10:45}

"MAURA!"

Gadis yang namanya di panggil pun langsung menghentikan langkahnya, membalik tubuhnya lalu memutar bola matanya malas saat melihat Bella dari arah yang berlawanan.

"Apa?"

"Lo dari mana aja, si?"kesal Bella seraya memukul lengan Maura pelan.

"Gue di uks,"alibi Maura.

"Bolos lo? Gila banget gue kira lo di culik sama Rendra. Abisnya dari bel masuk sampai istirahat lo gak masuk kelas,"ujar Bella.

Maura terkekeh pelan, padahal tadi setelah kejadian di taman belakang dia dan Rendra langsung pergi ke roftop, mereka berdua bolos bersama.

"Gue agak pusing tadi."

Bella menghela nafas lega lalu memegang lengan Maura membawanya kembali ke kelas. Tadi dia terus mencari-cari sahabatnya itu kemana-mana, sampai akhirnya bertemu di lorong sini.

Sesampainya di kelas pandangan pandangan menggoda langsung teman-temannya berikan kepada Maura.

"Cemiwiwww, pjpj dong,"heboh Zelia dari kursinya yang langsung mendapat sorakan dari semua seisi kelas. Memang seluruh kelas Maura sudah tau jika dari dulu gadis itu menyukai Rendra.

"Aduh senangnya pasangan baru,"goda Liora sembari menyanyi.

"Ra, gimana rasanya pacaran sama orang yang lo idam-idamkan?"tanya Gea.

Zelia pun tertawa melihat seisi kelas kini menggoda Maura."Bahagia ya Ra,"timpal Liora.

"PASTINYA BAHAGIA LAH,"heboh Bella yang sudah duduk di samping Maura ikut menyahut.

"BAHAGIA BANGET,"pekik Maura membuat kelas menjadi ramai karena tawa mereka menanggapi jawaban Maura yang mengejutkan.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang