HP | 12

30.2K 2K 36
                                    

"Aku terlalu haus kasih sayang, perhatian, hingga aku lupa bagaimana harusnya aku bersikap."

***

Pengibaran bendera mulai di lakukan diiringi dengan petugas paduan suara yang menyanyikan lagi Indonesia Raya. Acara upacara terus berjalan diisi berbagai macam kegiatan, lalu di akhiri dengan doa bersama sebelum akhirnya para siswa-siswi di bubarkan untuk meninggalkan halaman sekolah.

Maura menghela nafas lega, akhirnya setelah hampir satu jam di jemur di bawah teriknya matahari pagi, upacara pun berakhir. Kini lorong-lorong sekolah di penuhi oleh siswa-siswi, ada yang kembali ke kelas, ada yang ke kamar mandi sekedar untuk merapikan penampilannya, dan ada juga yang pergi ke kantin untuk membeli minum sebagai upaya untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Di sekolahnya, setiap selesai upacara di beri waktu setengah jam untuk istirahat.

Seperti murid-murid yang lain, Maura dan Bella pun langsung ke kantin untuk makan. Karena kebetulan mereka berdua belum sempat sarapan di rumah.

"Bel, gue ke kamar mandi dulu, ya,"ucap Maura di tengah-tengah kegiatannya yang sedang menikmati nasi gorengnya.

Bella yang sedang makan pun menatap Maura lalu mengangguk pelan, membuat sahabatnya itu langsung pergi meninggalkannya menuju kamar mandi.

Sesampainya di kamar mandi, Maura langsung masuk ke dalam toilet lalu menyandarkan tubuhnya di dinding sembari meringis pelan, saat merasakan pinggang belakangnya yang nyeri sehingga kini membuat tubuhnya lemas.

"Duh, kenapa sakit banget, si. Padahal gak ngapa-ngapain kenapa rasanya capek banget,"gumam Maura sembari memejamkan matanya. Dia memukul-mukul pinggangnya guna menghilangkan rasa pegal disana.

Gadis itu menggigit bibirnya menahan agar tidak meringis, saat rasa sakit di pinggangnya semakin menjadi."Maura, ayok lo pasti bisa nahan ini,"ucap Maura menyemangati dirinya sendiri lalu segera keluar kamar mandi.

Setelah merasa lebih baik dia langsung keluar, menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin kamar mandi. Bibirnya terlihat pucat, Maura mendengus pelan saat sadar tak membawa lipstik sehingga tak bisa menutupi kepucatan di bibirnya. Karena tak mau terlalu lama membuat Bella menunggu, akhirnya dia memilih untuk segera kembali ke kantin.

"Sakit pe—"Bella menghentikan ucapannya begitu melihat wajah pucat sahabatnya, buru-buru dia menarik tangan Maura membuat gadis itu langsung terduduk di sampingnya."Lo sakit, Ra?"tanya Bella dengan perasaan khawatir yang sangat kentara.

Melihat kepedulian Bella membuat Maura tersenyum penuh haru, Bella tak pernah berubah sejak dahulu. Rasa kepeduliannya terhadap dirinya masih sangat kental, sehingga membuat Maura berkali-kali merasa sangat beruntung dan bersyukur karena memiliki sahabat setulus Bella."Enggak, Bel. Cuma agak pusing dikit, mungkin karena kelamaan tadi di jemur."

Bella menghela nafas pelan."Kalo sakit bilang. Kita udah sahabatan lama banget! Jangan pernah sungkan buat bilang sesuatu,"ujar Bella.

"Akhir-akhir ini gue perhatiin kayaknya lo gak seaktif dulu, kaya wajah lo lebih keliatan beda. Pucet gitu, lo beneran gak sakit, kan?"Bella kembali bertanya, dia masih ingin memastikan keadaan sahabatnya.

Untuk beberapa saat Maura hanya diam, merenungi ucapan Bella yang ada benarnya. Dia sendiri pun merasakan perubahan pada dirinya. Akhir-akhir ini Maura sering merasa kelelahan padahal tak melakukan hal-hal berat, pinggang belakang yang sering terasa pegal, perut nyeri tiba-tiba, dan banyak lagi hal-hal mengganjal yang terjadi. Namun Maura pikir itu hanya efek dirinya yang terlalu kelelahan.

"Ra?"panggil Bella saat melihat Maura hanya diam, tak menanggapi ucapannya.

"Ha? Gue gak papa, emang mungkin akhir-akhir ini lagi kecapean aja. Kan lo tau sendiri kita lagi di keroyok sama tugas-tugas yang memusingkan,"jawab Maura.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang