HP | 49

37.2K 2.6K 190
                                    

"Bahkan untuk nangis aja udah gak bisa, di bawa tidur berharap gak sakit lagi berharap rasa sedihnya hilang. Tapi malah semakin bertambah, air mata gak bisa keluar untuk jelasin pake kata-kata udah gak sanggup."

***

"Maura!"

"Apa?"

"Mau kemana?"

"Keluar bentar,"jawab Maura malas.

"Siapa yang ngizinin kamu keluar malem-malem!"Suara tajam yang memasuki pendengarannya membuat Maura langsung membalikkan tubuhnya.

"Mama,"cicit Maura.

Atika menatap tajam Maura."Ngapain kamu sering keluar malem? Ke bar? Mabuk-mabukan?"

"Mau---"

"Kenapa? Mau alasan apa? Percuma mama udah sekolahin kamu kalo jadinya kaya gini. Mending gak usah sekolah, nyusahin aja. Ta gak bisa banggain Mama,"sela Atika menohok.

Maura menatap mamanya tak percaya."Mama tega ngomong gitu ke aku?"

"Mama kaya gitu karena lo gak pernah mau nurut,"timpal Dion yang baru saja datang.

"Kenapa si kalian tu selalu nuduh aku? Kenapa gak pernah mau denger penjelasan aku?"tanya Maura.

"Apa yang mau di jelasin si, Ra? Kamu yang bandel? Kamu yang gak pernah nurutin orang tua? Atau kamu yang bisanya jadi beban doang? Itu yang mau kamu jelasin?"sarkas Dion.

"Bang, udah jangan nam---"

"Diem, Dara! Emang benar apa yang Dion katakan,"ucap Atika memotong ucapan Dara.

"Jadi kalian anggap aku beban? kenapa aku di lahirin kalo kalian aja gak pernah ngarepin aku? KENAPA?!"

Plak!

Tamparan keras yang mendarat di pipi Maura membuat gadis itu tercengang. Rasa sakit di tampar tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan sakit hatinya.

"Gak sopan, berani bentak Mama kamu! Apa selama ini kurang perhatian Mama ke kamu sampai kamu kurang ajar kaya gini?"murka Atika setelah menampar Maura.

Maura tertawa sumbang."Perhatian Mama bilang? Bahkan selama ini aku gak pernah ngerasain itu. Mama lupa kalau Mama selalu mengabaikan aku? bukannya yang Mama perhatiin cuma Dara, Dara dan Dara, ya?"Maura menghela nafas pelan rasanya dadanya sangat sesak, sangat sulit hanya untuk bernafas.

"Bahkan aku di sini selama ini tu cuma di perlakukan kaya anak tiri. Apa kalian pernah tau kondisi aku? Aku sehat atau gak? Aku bahagia atau gak? Aku ada masalah atau gak? APA KALIAN PERNAH MIKIRIN ITU?!"ucap Maura di akhiri pekikan nyaring.

Plak!

"MAURA! DIMANA RASA HORMAT KAMU SAMPAI BERANI BENTAK MAMA?!"bentak Dion setelah menampar pipi kanan Maura.

"Kenapa? Kok marah? Abang gak sadar selama ini juga sering bentak-bentak Mama?"sinis Maura membuat Dion langsung bungkam.

Atika terdiam membiarkan Maura terus berbicara bahkan gadis itu sama sekali tidak mengeluarkan air matanya walaupun suaranya terbata-bata. Dia sedikit terenyuh mendengar penuturan Maura. Mungkin selama ini dia tak sadar bagaimana cara dia memperlakukan Maura.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang