Extra Part

56.6K 2.2K 161
                                    

5 Bulan Kemudian

Hari ini tepat 5 bulan kepergian Maura. Dan selama itu yang Dion lakukan adalah menyibukkan dirinya dengan bekerja. Laki-laki itu pergi ke kantor pagi dan akan pulang pagi lagi, terus seperti itu. Bahkan bisa di hitung berapa kali dia bisa tidur tenang. Setelah kepergian Maura, Dion benar-benar tak bisa tidur dan hidup tenang. Rasa bersalah, penyesalan terus menghantuinya. Membuat dia tak bisa memaafkan dirinya sendiri.

Kini Dion sedang berada di jalan mengendarai mobilnya membelah kota Jakarta yang terlihat padat di sore hari. Siapapun yang melihat wajahnya, mereka akan tau bahwa Dion salah satu orang yang kekurangan waktu tidur. Kantong mata menghitam, wajah kusut, sampai dia tak pernah mau merawat penampilannya. Setelah menempuh perjalanan hampir 1 jam akhirnya mobilnya kini sudah terparkir indah di garasi rumahnya. Dia turun lalu berjalan memasuki rumahnya.

Deg

Langkah Dion terhenti tepat di depan pintu saat melihat siapa laki-laki yang kini berdiri di hadapannya. Tangannya terkepal kuat saat mengingat bagaimana kejamnya dirinya yang dengan sengaja menyelakai laki-laki di hadapannya. Rasanya Dion ingin memeluk orang itu, ingin bersujud di kakinya memohon ampun, namun rasa malu dan gengsi lebih mendominasi membuat dia terpaksa harus kembali menjadi laki-laki egois, kejam dan tak tau malu.

"Masih hidup?"gumam Dion sinis. Jujur dari lubuk hatinya yang paling dalam, dia terkejut melihat orang yang sudah hampir 1 tahun lebih di kabarkan meninggal, lalu kini ada di hadapannya dengan wujud manusia.

"Gimana kabar kamu?"

Seketika hati Dion terenyuh mendengar pertanyaan Damas, apa abangnya ini akan tetap mempertanyakan hal yang sama jika tau ternyata dirinya penyebab kecelakaan laki-laki itu."Seperti yang bang Damas liat,"balas Dion tanpa mau menatap Damas.

"Dion,"panggil Atika dengan suara tercekat. Matanya berkaca-kaca lalu menghampiri kedua anaknya."Kamu pasti seneng, kan? Liat Damas ada di sini? Kamu kenapa gak pulang selama 3 hari ini? Padahal mama bener-bener nunggu kepulangan kamu, kamu liat ternyata Damas masih hidup. Ini seperti mimpi, kan?"ungkap Atika seraya tersenyum menatap Damas dan Dion secara bergantian.

Dion terkekeh pelan, lalu menatap mamanya tajam."Bukan ini yang Dion mau, Ma. Dion mau dia tetep mati,"ucapnya membuat semua yang ada di sana terkejut.

Raut wajah Atika yang semula tersenyum kini berubah menjadi marah, dia menatap Dion bingung."Kamu apa-apaan Dion?"

Suara derap langkah kaki yang memasuki rumah membuat perhatian mereka semua teralihkan. Dan betapa terkejutnya mereka saat ada 4 polisi yang mendatangi rumahnya, kecuali Damas.

Damas masih tenang di posisinya, dia menatap Dion dan keempat polisi itu secara bergantian."Bawa dia, Pak."

"Baik,"balas salah satu polisi yang langsung memborgol paksa kedua tangan Dion. Namun tanpa di duga, Dion justru diam tanpa melakukan perlawanan.

"Damas apa-apaan ini?"tanya Bayu yang sedari tadi hanya bungkam.

"Kamu apa-apaan? Kenapa adik kamu di tangkap polisi?"tanya Atika dengan perasaan yang sudah tak karuan. Baru saja dia merasakan bahagia melihat kehadiran Damas, namun kini perasaan khawatir kembali menggerogoti hatinya saat melihat Dion di tangkap polisi.

"Dia pantes di hukum, Ma. Karena melakukan kekerasan dan percobaan pembunuhan,"jawab Damas seraya mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia memiliki bukti kuat sehingga bisa melaporkan segela tindakan gila Dion ke polisi.

Hidden PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang