Part 03

3.2K 355 33
                                    

Happy Reading
.
.
.

Soraya memasukkan buku-buku pelajaran pertama tadi bertepatan datangnya guru pelajaran kedua yaitu Bu Ida, guru Biologi. Raya mengeluarkan buku biologi dan menaruhnya di meja.

"Anak-anak hari ini sesuai janji Ibu kemarin, kalian akan belajar di lap laboratorium," Anak 12 IPA-1 berseru senang. "Dan sedikit info agar kalian nanti tidak terkejut, kelas kalian akan Ibu gabung dengan anak 12 IPA-1 SMA Rajawali. Karena bertepatan anak IPA-1 SMA Rajawali sama-sama pelajaran Biologi. Ibu tunggu di laboratorium 5 menit dari sekarang."

Bu Ida keluar tanpa memperhatikan ekspresi tidak suka.

"Males gue." Dengus gadis berambut coklat.

"Sama njir! Gak sudi gue." Timpal gadis berponi.

"Ah! Kenapa harus digabung sih? Weeee...." Emma berteriak dengan bahasa Korea. Anak drakor beda.

"Udah biarin aja." Ujar santai Soraya.

Emma menatap Soraya yang sedang mempersiapkan alat tulis yang ingin di bawa, "Ray, kalau Lo denger anak pungut batin bilang ke gue ya." Ujarnya.

Soraya Aafreeda. Gadis tidak biasa, ia bisa mendengar apa yang dipikirkan serta diucapkan dalam hati. Bukankah keren? Ya sangat keren. Dari sini yang hanya mengetahui Soraya yang memiliki kemapuan seperti itu hanya sedikit. Sahabat-sahabatnya serta Emma teman sebangkunya. Tapi bagi Raya sendiri, itu sangat menyiksa. Tidak ada yang tau kehidupan Raya seperti apa karena kemampuan ini.

Raya mengangguk. "Ayo."

Emma berdiri dan membawa alat tulisnya. Berjalan berdua menuju ke laboratorium yang berada di lantai dua. Teman-teman sekelasnya pun ada yang sudah ke sana terlebih dahulu dan ada yang bersama keduanya. Menuruni anak tangga karena letak kelas 12 IPA-1 berada di lantai tiga.

Membuka pintu laboratorium. Emma berlari terlebih dahulu ke meja yang masih kosong. Diikuti oleh teman sekelas mereka. Semeja berisi 6 orang. Emma sudah menyuruh Raya untuk duduk disebelahnya. Tapi ia tiba-tiba ditarik oleh seseorang untuk duduk disebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Vian. Emma mendengus kesal dan berjalan ke arah meja Raya serta Vian yang hanya terisi oleh mereka saja karena perintah Raya yang menyuruhnya duduk di sana lewat ekor mata.

"Udah Lo duduk di sini aja." Kata Vian, kembali fokus untuk membaca materi.

Raya mengangguk. Kursi sebelahnya masih kosong dan didepannya sudah terisi oleh Emma.

"Ini kita dateng duluan ya? Belum ada batang hidung anak pungut." Emma celingak-celinguk kesana kemari.

Raya hanya menimpali dengan anggukan kepala karena fokus membaca materi untuk hari ini.

Yang ditunggu-tunggu datang. Reza serta antek-anteknya datang. Duduk di meja yang masih kosong. Reza serta Aldeo masih diam di pintu. Sampai Reza berjalan kearah meja Vian, Emma serta Raya. Diikuti oleh Al. Dirinya duduk di samping gadis itu, Raya. Dan Al duduk di depan Reza menyisahkan satu bangku di tengah-tengah Al serta Emma.

"Lo ngapain disini?" Tanya Vian menatap tajam Reza.

Reza mengidikkan bahunya santai, "Penuh, karena di sini masih kosong ya gue duduk di sini aja." Ujarnya.

Al mengangguk menimpali, "Gak ada yang ngelarang juga."

Vian ingin saja menyuruh Raya untuk menukar tempat duduknya sebelum gadis dengan mulut jahatnya itu duduk di kursi yang masih kosong itu.

"Oh! Disini ada Lo juga, Ray?" Tanya Kayla.

Raya hanya menatap Kayla datar. Tanpa minat menjawab ia kembali membaca materi. Meskipun terlihat tenang dan seperti fokus membaca materi sebenarnya Raya sedang mencoba untuk tidak menutup telinganya. Kepalanya terasa berisik serta telinganya.

TEENAGER | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang