Typo bertebaran
Happy Reading
.
.
.Bel istirahat berbunyi. Para guru pun mengakhiri pembelajaran dan melenggang keluar menuju ke ruang guru.
Koridor kelas ramai dengan anak-anak yang berlari menuju ke kantin serta nongkrong di kursi depan kelas yang memang disediakan.
Seperti keempat gadis yang entah sedang apa, mereka hanya duduk diam di kursi depan kelas dengan melakukan hal-hal yang dibuat kebingungan siswa siswi yang lewat.
Zai yang bengong sembari menyenderkan tangannya pada tongkat pel. Jenny yang membuka jendela yang menghadap ke lapangan dengan lebar dan membelakanginya. Raya yang menutup matanya sembari memegangi sapu serta serokan sampah Dan yang terakhir Billa duduk di pinggiran kursi dengan tangan terbalut sarung tangan karena sehabis membuah sampah didepannya saja ada tong sampah kelas yang sudah bersih.
"Capek!" Lirih Jenny merenggangkan otot-otot tangannya membalikkan tubuhnya dan menatap luar jendela.
"Pak Anggoro kalau kasih hukuman gak main-main emang." Ujar Zai. Billa mengangguk menyetujui sembari membuka sarung tangan dan membuangnya di tong sampah yang sudah bersih dan sudah ia ganti plastik baru.
"Ke kantin yuk." Kata Jenny menatap ketiganya disebelahnya.
Raya mengangguk menyetujui, menyimpan sapu, serokan sampah serta pel kepada kelasnya. Mereka berempat mengembalikan alat-alat kebersihan milik kelas Raya.
"Kuy."
Mereka pun langsung berjalan menuju ke kantin yang ramai dengan anak Wijayakusuma saja.
"Duduk di sana aja." Tunjuk Billa pada kursi belakang. Jenny mengangguk dan menggandeng Raya untuk kesana diikuti oleh Zai serta Billa.
Baru saja keempatnya duduk, ada suara yang mengagetkan mereka berempat.
"HEH!"
Keempatnya terlonjak kaget dan siap-siap memarahi sang pelaku.
"Dio asu!" Umpat Zai menatap sengit Dio.
"Eh! Gak boleh gitu jadi cewek, Zai." Saut Aiden. Mengambil tempat duduk di sebelah Billa.
"Cewek jadi-jadian, iya." Gumam Agam yang dapat di dengar oleh Zai. Ia mulai duduk disebelah Aiden.
Zai membelalakkan matanya, ia berdiri menatap taja Agam. "Lo ngajak tawuran bilang. Sabi gue, yok dimana!" Hardik Zai sembari menggulung lengan seragam.
"Diem."
Ketujuhnya tersentak kaget apalagi Zai yang langsung dijejalkan-nya roti pada mulut Zai karena tidak dapat diam sedari tadi.
"Brengsek ya Lo!" Ujar Zai tidak jelas. Zai fokus mengunyah makanan di mulutnya agar tidak tersedak saat ia menelannya. Ia kembali duduk dengan tenang.
"Makan dulu yang bener, beb." Kata Dio yang hanya dibalas tatapan tajam Zai. Zai sudah memberi ancang-ancang untuk melemparkan botol saus kepada Dio tetapi terhalang oleh Agam karena Dio bersembunyi dibalik tubuh Agam.
"Wah! Si bos dari tadi ilang tiba-tiba kasih makanan sebelum kita pesen. Gratis kan ini?" Aiden menatap lapar pada makanan di hadapannya.
"Kalau gratisan aja gercep ya." Sindir Billa. Aiden mengangguk antusias, "Iya dong harus namanya juga kebutuhan tapi kalau neng Billa mau di gercepin, aa Aiden siap kok." Balas Aiden dengan gombalan tak bermutunya serta wajah tengilnya itu.
"Haram." Balas Billa acuh. Ia mulai memakan makanan di depannya.
Vian sang pelaku atas kdptn (Kekerasan dalam pertemanan) kepada Zai serta sang pelaku pembawa makanan gratis. Menatap malas kedua manusia berbeda jenis kelamin ini. Ia masih berdiri karena tadi ia sempat membayar terlebih dahulu makanan lainnya. Dengan tidak adanya belas kasih, Vian mendorong pelan Jenny agar bergeser tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENAGER | End
Teen FictionApa jadinya musuh bebuyutan dijadikan satu? Spooky dan Swart adalah musuh bebuyutan. Tidak ada api kalau tidak ada asap. Kedua kubu itu berbeda sekolah tapi masih saja ada pertentangan antara keduanya apa lagi saat kedua sekolah mereka dijadikan sa...