Hallo!
Apa kabar kalian semua?
Masih stay disini kah?
Ya semoga masih ya, hehehe
Happy Reading
.
.
."Mana mungkin~ diriku seperti ini dijadikan babu sekolah baru ku....."
"Tak ada estetok estetoknya~ hu a a...."
"BISA DIEM GAK?" Sentak Billa. Menatap jengkel Al yang sedari tadi bernyanyi dengan suara sumbang.
"Gue nyanyi itu biar kita gak bosen, suara gue juga bagus." Bantah Al.
"Cih, bagus apaan? Suara kayak toa pos kamling aja bangga." Cibir Billa.
Mereka berdua, bukan hanya mereka tetapi semuanya diberikan hukuman membersihkan lapangan dan mendapatkan surat undangan orang tua untuk ke sekolah.
"Idih, emang suara Lo bagus? Pasti jelek juga, malah lebih jelek dari gue pasti." Balas Al yang tak mau kalah.
Billa hanya memutar bola matanya malas dan menoleh kearah Zai yang asik menyabuti rumput. Rajin sekali ini anak, pikir Billa. Ia saja menyapu dengan asal-asalan tapi tetap bersih. Tidak mau ia nanti dihukum lagi.
"Zai, kira-kira Raya kemana ya?" Tanya Billa pelan agar tidak ada yang dapat mendengarnya.
Zai menoleh dan mengidikkan bahunya, "Gak tau tapi, gak mungkin Raya kabur dari sekolah. Tasnya aja masih ada di kelas, mungkin dia di rooftop." Jawab Zai berbisik pula.
Billa menghela nafasnya dan mengangguk. Kembali menyapu dengan bersih. Disini mereka tidak bertengkar atau mengeluarkan suara emasnya mereka masing-masing dikarenakan ada yang memantau dari lantai 2.
Jenny saja hanya menatap tajam Kris dan dibalas tatapan lebih tajam juga. Mereka seperti sedang mengikuti lomba tatapan paling tajam. Sedangkan Zai ia tidak melakukan apa-apa fokus memetik rumput liar. Padahal sedari tadi Nathan mengganggu Zai.
Reza memasukkan bola basket hanya sendiri karena tadi bertepatan lapangan sehabis digunakan olahraga basket dan bola-bola masih berserakan di lapangan. Sella, Adel dan Silfi pun tidak jauh berbeda. Mereka menyirami semua tanaman yang ada disekolah.
###
"RAY!"
Panggil Jenny.
Bel pulang sudah berbunyi sejak 5 menit tadi. Dan Jenny dengan cepat-cepat membereskan barang-barangnya dan keluar kelas. Menghampiri kelas Raya untuk melihat kondisi sang sahabat.
Bertepatan Raya keluar kelas, Jenny tidak segan-segan berteriak memanggil nama Raya dan menghampirinya. Raya berhenti dan hanya diam di tempat sembari menatap Jenny yang sedang menetralkan nafasnya.
"Lo gak apa-apa kan?" Tanya Jenny tersirat nada khawatir dan tatapannya.
Raya mengangguk dan sedikit memaksakan senyuman meskipun sangat tipis.
"Ini surat dari BK." Jenny memberikan sebuah amplop putih dengan stempel sekolah mereka.
Raya tertegun melihat amplop itu. Ia sudah tau akan mendapatkan surat panggilan orang tua.
Mengangguk, "Makasih." Ucapnya pelan.
"Lo bakal ngasih sama bokap Lo?" Tanya Jenny.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENAGER | End
Teen FictionApa jadinya musuh bebuyutan dijadikan satu? Spooky dan Swart adalah musuh bebuyutan. Tidak ada api kalau tidak ada asap. Kedua kubu itu berbeda sekolah tapi masih saja ada pertentangan antara keduanya apa lagi saat kedua sekolah mereka dijadikan sa...