Part 22

390 51 13
                                    

Happy Reading
.
.
Typo tandain
.
.

Mimpi buruk.

Raya tiba-tiba terbangun dengan peluh keringat membanjiri tubuh Raya. Ia ngos-ngosan. Nafasnya tidak lancar. Segera saja Raya mengambil gelas yang berisi air putih tepat samping kasurnya dengan tangan gemetar.

Mimpi itu lagi dimana saat ia berumur 2 sampai 5 tahun dan berakhir ia berada di rumah sakit jiwa sampai ia menginjak umur 10 tahun. Masa kecil yang sangat kelam. Dan tidak ada yang tau masa kelam itu selain dirinya. Ia tidak pernah menceritakan hal itu ke siapapun.

Setelah meminum air putih sedikit demi sedikit Raya sudah tenang. Nafasnya sudah mulai membaik. Ia menoleh ke jam weker dekat kasurnya.

04.45 WIB

Masih terlalu pagi untuk siap siap ke sekolah. Tetapi karena Raya tidak bisa tidur kembali, Raya putuskan untuk mandi. Jika ia bangun jam segini akan sempat sarapan bukan?

Mengaca di kaca full body yang berada di sudut ruangan kamar. Raya sudah rapi menggunakan seragam hari Senin. Menggunakan bedak padat dan lip balm. Mengecek jam tangan yang ia gunakan sudah menginjak pukul 05.30 WIB. Menenteng tasnya dan segera bergegas keluar kamar, turun menuju ke bawa.

"Mba!" Panggil Raya kepada salah satu pembantu rumah.

"Eh! Non Raya sudah siap-siap. Bentar ya, Non. Sarapannya bentar lagi matang."

Raya mengangguk, "Ayah udah pulang?" Tanyanya.

Mba Lusi, pembantu bagian dapur itu menoleh ke belakang dimana Raya sudah duduk anteng di meja makan.

"Tuan besar tidak pulang, Non. Ada pekerjaan di Chicago dan mengharuskan Tuan besar kesana." Ujar Mba Lusi.

Raya pun menghela nafas tenang. Jika Ayahnya pergi ia sedikit lebih leluasa meskipun tetap merasa di awasi.

Raya pun mengangguk dan tersenyum tipis, "Makasih mba." Ujarnya setelah Mba Lusi menyerahkan semangkuk nasi goreng seafood dan susu putih.

###

"JEN! BANGUN! DAH JAM BERAPA INI?!"

DUK!

DUK!

DUK!

Terdengar suara gedoran pintu dan teriakan membahana dari seorang yang telah melahirkan perempuan cantik yang saat ini masih tertidur lelap seakan-akan tidak mendengar suara ribut dibalik pintu putih kamarnya itu.

BRAK!

"DASAR ANAK DURHAKA! DIBANGUNIN DITERIAKIN MALAH GA BANGUN-BANGUN! JENNY AGUSTINUS! BANGUN KAMU! KALAU GA BANGUN MAMA SITA SEMUA FASILITAS KAMU!"

Gawat! Tanda alarm berbahaya Jenny berbunyi saat mendengar kata sita fasilitas miliknya. Seketika itu pun Jenny langsung bangun dari tidur kebonya itu.

"Mama! Jangan sita fasilitas Jenny dong." Rengek Jenny memeluk tubuh sang Mama yang sudah ingin keluar kamar.

"Makanya anak perawan kalau dibangunin itu bangun malah tidur kek kebo! Sana mandi sekolah! Nanti kamu di jemput Kris." Ujar Mama Riana. "Jangan ngebantah! Kalau bantah sita." Sambungnya saat melihat sang anak ingin membantah perintahnya.

Jenny pun yang tidak bisa mengelak hanya mengangguk dengan bibir dimajukan. Mama nya pun keluar dan Jenny masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Jenny kalau mandi lama apalagi yang akan menjemput adalah Kris tambah akan Jenny lama-lamakan agar senep sendiri Kris nantinya. Licik sekali.

30 menit berlalu dan waktu sudah hampir menuju set 7 lebih. Jenny akhirnya selesai mandi dan menggunakan seragam dengan rapi. Menggunakan make up tipis dan mencangklong-kan tas miring kecilnya. Memang tidak mencerminkan anak sekolahan sekali. Bahkan Jenny tidak membawa buku. Katanya bukunya semua ada di laci meja.

TEENAGER | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang