Part 05

2K 317 28
                                    

Happy Reading
.
.
.

Sesuai hukuman dari Pak Anggoro pagi-pagi mereka sudah ada di sekolah sebelum para murid lainnya datang.

Mereka disini merujuk ke dua manusia berbeda genre. Zai dan Nathan. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 06.18. Sebentar lagi murid-murid lainnya pasti sudah tiba tapi yang lainnya belum tiba-tiba juga.

"Weh! Gorila Lo ngelap jendela aja. Biar gue yang nyapu." Ujar Zai melempar kain lap yang langsung ditangkap oleh Nathan meskipun tadi sedikit terkejut.

"Anjir! Nama gue Nathan. Orang tua gue sudah payah mikir nama buat gue malah seenaknya Lo ubah."

"Ya suka-suka gue lah." Ujar Zai dan berlalu begitu saja mengerjakan tugasnya.

Nathan menggerutu kesal dan mulai mengelap jendela sembari sesekali melirik Zai.

"Apa lirik-lirik?"

Ternyata Nathan tertangkap basah.

"Geer siapa juga yang lirik Lo." Ucap Nathan gugup.

Zai memicingkan matanya dan mengidikkan bahunya. Mulai melakukan aktivitasnya kembali. Sedikit menghela nafas, Nathan kembali mengelap jendela.

Butuh waktu 25 menit untuk bisa menyelesaikan tugas mereka. Murid-murid yang lain sudah mulai berdatangan. Zai melempar sapunya ke lantai. Ia duduk untuk mengistirahatkan tubuhnya. Pagi-pagi sudah bau keringat saja dia. Disebelahnya ada Nathan yang sama-sama melakukan sepertinya. Mengipas-ngipas bajunya agar tidak tubuh bagian dalam kering.

"Ini yang lain emang kompak gak datang apa gimana?" Gumam Nathan. Kesal dalam dirinya, hukuman ini bersama tapi malah ia dan gadis disebelahnya yang mengerjakan.

Zai menggeleng. Lelahnya sampai membuatnya malas berbicara.

Nathan menoleh ke arah Zai yang sedang menutup mata serta nafas yang masih tersengal-sengal. "Lo mau air gak?" Tanyanya.

Zai membuka matanya sedikit dan mengangguk. Lupakan sebentar tentang mereka adalah musuhan. Bisa-bisa ia dehidrasi kalau masih mengingat itu.

Nathan langsung berdiri dan berlari ke arah kantin. Kantin dan koridor utama ini tidak terlalu jauh. Kantin terletak di belakang gedung ini. Lebih mudah saat kita ingin ke kantin dan masih berada di lantai dasar ini.

Tidak butuh lama. Nathan dengan nafas tersengal-sengal menyerahkan botol minum tidak dingin kearah Zai.

Zai dengan senang hati meminumnya sampai habis setengah. Mengelap bekas air minum di bibirnya. Ia menatap Nathan yang sudah duduk disebelahnya.

"Lo beli satu aja?" Nathan mengangguk.

"Bego kok dipelihara. Nih minum, gue gak mau Lo dehidrasi terus mati. Gak lucu nanti jadinya." Zai menyerahkan botol minumnya.

Nathan menatap tajam botol minum yang diserahkan oleh Zai. Menatap Zai yang masih menunggu agar botol minumnya diambil.

Zai ini polos apa blo'on?

"Gak usah, buat Lo aja." Tolak Nathan.

"Ini kan juga yang beli Lo. Jangan-jangan..... Gue kayaknya tau yang Lo pikirin apa."

"A-apa apa?" Gugup Nathan.

"Kan gugup. Berarti Lo mikir yang aneh-aneh," Zai tertawa pelan.

"Ditegak aja kan bisa, Nyet! Pikiran terlalu kebanyakan ples ples ya gini." Ujar Zai menyerahkan botolnya.

"Oh! Iya-ya, gue gak ke pikiran." Nathan tertawa gugup dan menerima botol minuman yang diserahkan Zai.

"Bego jangan dipelihara makanya." Sindir Zai. Ia bangun dari duduknya dan ingin pergi tapi terhenti karena suara Nathan.

TEENAGER | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang