My Brother, Lonely! (4)

221 48 16
                                    

*Note*

Ada banyak hal tak layak untuk disebut sebagai cara hidup yang baik.
Sebaiknya jangan diteladani, telaah saja untuk sebaiknya.
Ingat dan percayalah!
Ini hanya fanfiction!



(4)


Paman Jang tidak menjemput mereka. Digantikan oleh Siwon yang sudah berada di depan sekolah. Tentu membuat Jiwon bahagia namun tidak dengan dia -Donghae- yang malah mendatarkan wajah.
Berhenti agak jauh dari jarak mereka dan hanya menatap hampa. Ia tidak yakin mereka akan mengajaknya juga.

"Kau pulang sendiri, aku akan mengajak Jiwon pergi dulu.." tutur Siwon padanya.
Donghae tak menjawab. Memberikan kata pun tidak akan berguna. Ia hanya akan menjadi bahan hinaan.

Setelah mobil itu menghilang dari pandangan matanya. Hanya helaan napas yang terdengar.
"Begitu tidak sukanya mereka padaku? Benar-benar saudara yang aneh.. eoh, mereka bukan saudaraku. Hampir saja aku lupa.. kami memiliki orangtua yang berbeda.." ia bermonolog.
Akhirnya Donghae memutuskan untuk melangkahkan kakinya. Tujuan halte bus terdekat seperti biasa. Tapi entah jiwanya enggan untuk pulang. Ia merasa bahwa rumah itu bukan rumah. Karena tidak ada yang menyambutnya di sana. Tidak ada yang menyapanya dengan tulus disana. Semua hanya formalitas belaka.

"Sepertinya aku harus memikirkan cara lagi untuk pergi dari sana.."
Ide itu muncul kembali. Dulu ia mengira semua akan berubah. Ibunya akan menyayanginya dan menerimanya. Nyatanya semua itu palsu. Kata-kata manis yang palsu. Perlakuan yang palsu di depan orang. Bahkan cerita palsu mereka sajikan untuk menjadikan Donghae sebagai bagian dari hidup mereka.

-----

"Apa mereka tidak mengajakmu?" sang ibu bertanya begitu ia pulang sekolah. perempuan nampak sibuk seperti biasa menyiapkan makanan untuk keluarganya -setidaknya yang diakui sebagai keluarga baginya-

"Apa itu perlu? Kurasa ibu sudah tahu alasannya. Dan ibu akan setuju bukan?"

"Benar sekali" senyumnya indah "jangan mengusik kebahagiaan mereka Hae-ya. Kakak dan adikmu sudah menerima ibu, adalah hal yang membahagiakan. Jadi jangan membuat hubungan kami semakin buruk dengan kau memaksa mereka semua.."

"Apakah aku sebegitu buruk di mata ibu? Benarkah dulu kau yang melahirkanku?"
Donghae berdiri sambil menatap wajah ibunya. Keduanya sama-sama menetap pada posisi itu.

Sang ibu menatap lekat.. "... aku yang melahirkanmu. Tidakkah kau berterimakasih? Dengan taruhan nyawa aku memberimu hidup.. jadi jangan membuatku marah dengan sikapmu"

Donghae menunduk "jadi ibu memintaku membalas kebaikan itu? kenapa? Kalau ibu tidak menyukaiku.. jangan lahirkan aku.. gampang kan? Kau bisa membunuhku sebelum aku terbentuk.."

Ibunya, yang sudah menjadi Nyonya Choi tersentak. Akankah ia terkejut dengan pernyataan itu?
"Aku tidak bisa membunuhmu waktu itu, tapi sekarang.. aku bisa melakukannya kapan saja.."

"kalau begitu cepatlah!" sahutnya tak kalah cepat "lakukan secepatnya! Membunuhku! Aku sudah tidak peduli.."

"Tidak sementara ini.."

"Karena warisan itu? kau menginginkannya? Lebih dari nyawa anakmu sendiri?"

"Heum.. apa kau keberatan? Aku tidak mau terlalu dituduh jika kau mati sekarang. Walau suamiku pasti akan membantuku mengatasinya.."

"Karena dia Mafia? Ah.. benar.. aku lupa jika orang yang menikahi ibuku adalah seorang Mafia.." sindirnya.

PLAKKK!!

Secepat itu ia mendapat tamparan di pipinya.
Mata Donghae memanas. Hatinya terluka. Bahkan kini fisiknya menjadi korban dari keserakahan ibunya sendiri? apa tidak cukup penderitaan yang ia berikan selama ini?
Donghae tidak peduli lagi..
Ia memilih menghilang dari hadapan ibunya saat ini.
Masuk kamar. Menguncinya dari dalam.. dan membenamkan diri di sana.

Sendiri..

Ia benar-benar sendiri sekarang..
Tidak ada siapapun yang akan membelanya?
Bahkan takdir mungkin sudah membencinya?

-----

Tempat duduknya selalu tersedia. tapi mereka seakan buta. Walau begitu Donghae bertahan diantara mereka saat ini. seperti biasa, menikmati makan malamnya tanpa ikut bicara. Hanya memperhatikan dan sesekali ia tahu jika dirinya disindir.

"Hari ini kakak membelikanku tas baru.." tutur Jiwon membuka percakapan itu "sebagai hadiah karena aku sudah mengikuti prosedur rumah sakit.."

"Eoh benarkah? Bagaimana keadaannya sekarang Siwon-ah? Jiwon baik-baik saja?"

"Dia baik, Bu. Cukup stabil.."

"Baguslah. Ibu takut kau sakit lagi.. mulai sekarang lebih hati-hati Jiwon-ah.. jangan terlalu lelah. Kau tidak perlu terlalu keras belajar.. ibu yakin kau anak yang cerdas.. jadi mampu menyerap pelajaran dengan baik.."

"Euhm.. ibu tidak perlu cemas.."

Percakapan itu kemudian disambung Tuan Choi "Aku juga senang, kau sangat perhatian pada mereka.."

"Tentu saja, bukankah mereka anak-anakku?"

"Euhm, benar.."

Entah karena sudah biasa atau sudah menjadi kebal, Donghae tetap mengunyah makannya dengan baik. Melahap semuanya dengan tenang.
Kembali ia menganggap itu sebagai -drama rutin yang ditontonnya-




⍣⍣⍣

My Brother Series ❇️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang