My Brother, Lovely! 8

304 46 7
                                    

⍤⍣⍤
(8)

⍤⍣⍤(8)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kedua pasangan ayah dan anak itu duduk dipisahkan meja kecil dengan beberapa botol alkohol diatasnya. Selepas pertemuan yang mengejutkan itu. Keduanya pulang dengan kusam. Bahkan Siwon tidak berniat lagi menawarkan obat buatannya pada rekan mereka.

Asap mengepul kala Choi Yun menghisap sebatang rokok. Tampilannya sudah tak rapi lagi. Malam itu pikirannya kacau.
Jendela ruangan terbuka sedikit memberikan cela bagi udara yang mulai subuh. Sengaja dilakukan. Daripada di balkon mereka memilih tempat yang agak tertutup.

“Bagaimana bisa anak itu masih hidup?” geram Siwon

“Biarkan saja, dia dulu mati karena keinginannya sendiri.. bukan salah kita..”

“Apa perlu sekarang kita membantunya untuk mati yang kedua kali? Kenapa ia masih memilih hidup jika dulu menolak kesempatan?”

“Aku tidak mau berurusan dengan KL. Kau tahu posisi kita kan? Kurasa.. selama ia tidak menganggu pekerjaan kita, biarkan saja. Urusannya pasti dengan ibumu..”

Siwon menenggak alkohol dalam botol yang ia pegang tanpa ragu. “Kurasa mereka bahkan sudah mencuci otaknya. Tatapan matanya terlihat sinis dan kejam..” apa dia mulai takut sekarang?

“Siwon-ah! Katakan pada Jiwon untuk tidak mencari masalah dengannya. Aku tidak tahu apa alasan Kim Luo mengembalikan hidupnya.. semoga saja bukan untuk membantunya balas dendam..”
Ya. Rupanya mereka juga gentar dengan kenyataan itu. Mengambil sikap waspada lebih baik sekarang. Sebelum mereka bisa dihancurkan kapan saja.


……………….


Gerimis belum berhenti sejak tiga jam yang lalu. Udara dingin menyeruak bercampur dengan gelap malam. Donghae sudah meringkuk lelap dengan meletakkan kepalanya di pundak Krystal. Sementara Kai mengemudi lebih cepat untuk sampai di rumah. Kali ini Key bersama Kim Luo di kendaraan yang lain.

Entah karena terlalu senang dan puas dalam pertemuan malam ini. Bahkan ia tidak bisa dibangunkan lagi. Maksudnya, terlalu lelap dan enggan untuk membuka mata. Memaksa Kai menggendongnya masuk kamar. Membaringkan dengan tenang. Lalu perlahan memberikan selimut membungkus tubuhnya.

“Kurasa ia sudah lega sekarang.. membalas perlakuan mereka selama ini..” Lirih Krystal pada saudara kembarnya.

“Mereka pantas mendapatkannya. Dengan dikenalnya Donghae sebagai Klein, seharusnya tidak ada yang coba-coba untuk menyentuhnya..”
Tidak ada yang tahu pasti sejak kapan mereka begitu menyayangi Donghae. Yang jelas. Keberadaannya sekarang menjadi pelengkap dalam bagian keluarga Kim.

“Jangan lengah. Tugasmu terus mengawasi dan menjaganya.. Kai!” tiba-tiba suara terdengar diantara percakapan mereka.
Kim Luo. Baru saja sampai bersama Key.

“Aku tahu ayah..”


………………………..


Setelah membolos jam pertama perkuliahannya, akhirnya Donghae masuk di siang hari. Alasan klasik untuk mengelabuhi kakak-kakaknya berhasil tadi. Sehingga ia bisa bangun siang dan baru berangkat setelahnya.
Di kelas yang sama dengan Jiwon dan Kyuhyun. Dimana kembali mereka dipertemukan. Tatapan mata nampak berbeda di tunjukkan oleh Jiwon. Setelah mendengar perkataan Siwon tentang identitas Donghae yang membenarkan bahwa ia adalah orang yang sama. Yang pernah tinggal bersamanya. Yang pernah menjadi bagian dari keluarganya namun tidak diakuinya. Hal itu perlu digaris bawahi – tidak diakuinya sebagai saudara-.

“Jadi benar?” bisik Kyuhyun.

“Dia bisa bersikap arogan sekarang. Tapi memang sejak dulu bukankah ia begitu?” rupanya ia belum puas dengan perbuatannya di masa lampau. Selalu menyudutkan dan menghina Donghae?

“Apa yang akan dia lakukan sekarang? Setelah membunuh dirinya dulu.. apa dia akan balas dendam?”

“maksudmu apa?” Jiwon menelisik, ia takut dituduh sebagai salah satu penyebabnya –walaupun kebenaran berkata begitu-.

Kyuhyun mencoba menyimpulkan “Kurasa ia sedang menghukum kita..” ia masih ingat sedikit banyak tentang sifat Donghae yang pernah menjadi temannya. “Bagaimana dia bisa bertemu dengan Kim Luo dan menjadi bagian dari mereka?”
Kepolosan Kyuhyun dan Jiwon perlu diapresiasi. Benar. mereka tidak begitu mengenal siapa Kim Luo. Yang mereka tahu dan yang dunia normal tahu, Kim Luo adalah Presiden KL Group serta pemilik Rumah Sakit  terbesar di kota itu.

“Apa dia bangga sudah menjadi Kim Klein dan menyandang jabatan anak bungsu keluarga Kim?” Jiwon terus berusaha menyindir.

“Aku bangga!” tetiba saja, Donghae menoleh ke arah mereka yang duduk di bangku agak di belakangnya. Menampilkan senyum manisnya tanpa beban “dan aku menyukainya..” ia melanjutkan.. “Ayah dan kakak-kakakku sangat menyayangiku. Jadi, tidak ada alasan bagiku untuk tidak percaya diri. Sekarang bahkan dunia tahu siapa diriku.. sebaiknya.. mulai sekarang kalian tidak membicarakanku di belakang..” semacam ancaman halus, mungkin! “Donghae yang sekarang sudah menjadi Kim Klein, kalau kalian lupa!” seringainya tajam.

Degh!!
Keduanya terkesiap. Tidak berkomentar lagi bahkan tidak berani bersuara lagi. Entah karena terkejut karena seperti Donghae yang sedang –menantang mereka- atau memang benar-benar takut dengan pernyataan itu.
Bagaimanapun juga, tidak ada yang bisa menyentuh bagian dari –KL-!

Hampir tidak ada yang berani mendekatinya sekarang. Donghae suka duduk sendiri. Bahkan sederet kursi bisa saja kosong jika ia berada di sana. Sungguh tak tersentuh!
Mereka akan segan jika ia ada. Disamping karena kecerdasannya, keunggulannya di setiap kelas yang diikuti. Mereka tidak ingin mengambil resiko untuk –mencari masalah- dengan Kim Luo.

Ya..

Ia sendiri lagi..

Tapi kali ini ia menikmati dengan bahagia kesendiriannya. Tidak bersembunyi di tempat kosong. Menghabiskan beberapa rokok –karena akhirnya ia berhenti, dipaksa Kim Luo- seperti masa SMA dulu. Kini ia berdiri dengan kekuatan penuh dan kuasa besar. Menghancurkan apa yang ingin ia hancurkan.


………………


“Bagaimana harimu?” lewat panggilan video, wajah Kai nampak di layar ponselnya. Ia letakkan begitu saja di meja sementara ia menghabiskan makan siangnya.

“Menyenangkan.. sangat menikmatinya..” dengan senyum lebar ia berbangga. Sambil sesekali menyuapkan potongan udang ke dalam mulutnya.

Kai tertawa lepas “Kau benar-benar bisa hidup sekarang!” unjuknya “Baiklah.. nikmati apa yang bisa kau nikmati. Mereka akan gusar melihatmu santai begitu..”

“Bukankah kini giliranku untuk bahagia? Aku ingin menunjukkannya pada ibu nanti.. aku juga akan mengatakannya, jika ia salah saat memutuskan meninggalkan ayah pada waktu itu..”

⍣⍣⍣

My Brother Series ❇️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang