My Brother, Lovely! 5

297 49 15
                                    

⍤⍣⍤
(5)

Identitas Donghae menjadi misteri yang menggelisahkan bagi Jiwon dan Kyuhyun. Mereka mulai terusik akan keberadaannya yang hampir setiap hari dilihat. Bagaimana tidak, kembali lagi dipertemukan dalam kelas yang sama.

“Donghae, bukankah kau sudah mati?” Kyuhyun dengan terus terangnya bertanya. Duduk di belakang Donghae dengan sengaja hingga ia berani mengeluarkan kalimat itu.

Donghae menoleh. Mengangkat alisnya seolah kembali bertanya “Nuguya?? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

“Ya, jangan menipu kami lagi..”

“Menipu apa? Sungguh! Aku tidak mengenal kalian.. tapi, darimana kalian tahu namaku? Bukankah kita belum pernah saling sapa?”
Astaga! Lelucon apa yang sedang ia mainkan?
Haha..
Donghae tertawa dalam hati..
Drama baru memulai scene-nya!!

“Lee Donghae!!” nada panggil itu meninggi, sepertinya Kyuhyun terbawa emosi..

“Maaf, namaku Kim Donghae..” ujarnya datar memasang wajah polos “apa kau salah mengenali orang?” senang sekali ia mempermainkan orang..
Dan.. betapa serunya saat ia mengingat jika nama-nya selalu berkaitan dengan marga?
Masih ingat kan? Lee Donghae yang menjadi pewaris keluarga Jang, dan tinggal bersama keluarga Choi sekarang sudah menjadi seorang Kim..

“…Kim??” Bahkan Jiwon hampir tidak percaya “Bagaimana mungkin?”

“Er… itu mungkin sekali” entengnya menjawab “apa aku  harus memiliki nama lain sementara semuanya adalah Kim?” –maksudnya ayah dan kakaknya-

“Kau benar-benar tidak mengingat kami?” perempuan itu masih penasaran.

Donghae menggeleng “Maaf, aku bukannya tidak mengingat tapi memang tidak pernah mengenal kalian..” ujarnya sembari menata semua buku, memasukkan dalam tas lalu beranjak pergi. Membiarkan dua orang itu semakin di penuhi pertanyaan yang tak terjawab.

Setelah menjauh, nampak Donghae tersenyum licik dengan tipis. Tatapan tajam penuh dendam..
“Aku bukan Donghae yang dulu kalian kenal.. harusnya kalian tahu itu..” monolognya sinis.

⍥⍣⍥

Donghae menarik kasar rambutnya. Memukul kepalanya..
Ingatan itu masih merekam lekat bagaimana penolakan yang ditujukan padanya. Hidupnya tidak berguna kala itu. tidak punya tujuan.. bahkan ia tidak memiliki sesuatu untuk dipertahankan.

Begitu masuk ke dalam rumah.. berlari cepat.. membanting pintu kamar dan..

Brakkk!!
Srakkk!!
Tlanggg!!

ARRRGGHHH!!!

Seorang maid menjadi ketakukan melihatnya. Segera ia menghubungi salah satu kakaknya. Berharap mereka bisa segera pulang. Seperti yang sudah dipesankan pada mereka semua..
Untuk melaporkan secepat mungkin apapun yang terjadi pada adiknya..

…………….

Kai meninggalkan pekerjaannya begitu ia mendengar kabar. Tidak peduli jika ada pertemuan penting dengan rekan bisnisnya.. setidaknya, sang ayah nanti yang akan menyelesaikan masalah itu.

“Donghae masih di kamar?” wajah cemas meliputi rautnya.

“Iya tuan..”

Langkah panjang membawa Kai dengan cepat ke kamar adiknya. Kamar yang tidak pernah dikunci.. ya, memang tidak ada kuncinya.. karena sengaja begitu.

“Donghae…”
Panggilan lirih itu sampai ke pendengaran Donghae. yang kini meringkuk di samping ranjang dengan keadaan kamar yang tidak karuan. Beberapa benda sudah bertaburan di sekitar..

Tergeletak begitu saja di lantai dengan kaki yang ditekuk dan dipeluknya. Matanya sembab. Pipi memerah.. dan pandangan nanar.. ada bekas luka di tumit, mungkin ia sudah menginjak tidak sengaja salah satu benda dengan ujung tajam di sana.

“Ayo ke kamar kakak dulu..” Kai ringan membawa tubuh Donghae dalam gendongannya. Sementara anak itu seperti kembali balita, memeluk leher kakaknya erat dan menyembunyikan kepalanya di pelukan itu. Ia tidak menolak.

“Bersihkan kamarnya..” sebelum ia membawa Donghae ke kamarnya sendiri, masih sempat memberi perintah pada Maid yang mengikutinya sejak tadi.

“Baik tuan..”

……..

Sudah menjadi lebih baik. Kini ia duduk bersandar di ranjang Kai. Meneguk segelas Teh Gingseng hangat.. “Maaf kak..”

“Ada apa?”

“Hanya teringat masa lalu.. mungkin aku belum terbiasa untuk menghadapi mereka..”

Ya. Kai tahu, sakit Donghae bisa kambuh kapan saja. Obat yang paling mujarab hanya menemaninya dan membuatnya percaya bahwa ia tidak sendirian lagi sekarang. Tidak ada yang akan meninggalkannya lagi..
“Mereka berbicara kasar lagi?”

Donghae menggeleng “Aku bahkan mengatakan tidak mengenal mereka..”

“Itu bagus… kau bukan lagi Donghae yang mereka kenal dulu. Jadi jangan kalah hanya dengan kecurigaan mereka.. kau harus siap, jika mulai sekarang mereka akan terus mencoba mencari informasi tentangmu..”

“Kurasa Pama Choi dan Kakak itu.. maksudku, Siwon.. mereka tahu soal ini..”

“Mereka hanya tahu Ayah membeli tubuhmu untuk dijual organ-nya..” astaga, bahkan Kai mengatakan dengan santai soal mengerikan itu “mereka tidak pernah tahu jika kami berusaha menyelamatkanmu selama ini..”

“Bagaimana jika mereka tahu?”

“Biarkan saja. Ayah tidak suka berbohong.. kami juga. Akan kami katakan yang sebenarnya.. tapi tidak akan kami biarkan mereka mengambilmu dari kami.. kau paham itu? kau Kim Donghae.. ingat Hae!!”

Ia suka sekali jika Kai menekankan hal itu. sampai tertawa pelan menanggapinya.. “Aku senang…”

“Eoh.. tentu saja..” sindirnya “seperti kesepakatakan kita di awal, kau harus menunjukkan taringmu.. jangan lemah.. jangan mengakhiri hidup dengan tidak elit.. mereka justru bahagia melihatmu menderita. Sekarang saatnya kau membuatnya menderita dengan membiarkan mereka tahu jika kau bahagia..!!”

Hanya senyum yang terpancar.. tentu saja senyum yang menyiratkan sesuatu.. dan hanya mereka yang paham maknanya.

⍣⍣⍣

My Brother Series ❇️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang