My Brother, Lonely! (10)

223 43 11
                                    


Licik!
Sebenarnya siapa yang licik? Donghae atau ibunya? Atau siapa?
Picik?
Donghae tidak sempat untuk berpikir seperti itu. Yang ada di dalam otaknya hanya -membuat ibunya bertindak sebagai ibu sebagaimana mestinya- walau ia kehilangan seluruh hartanya. Uang dan kekayaan bisa ia cari.
Kali ini ia sudah menyimpan semua amunisi untuk menyambut hari yang paling ditunggu. Tidak seperti tahun sebelumnya, ia sudah bersiap dengan segala kenyataan.

Kemarin, hampir saja rencananya kacau. Saat ayahnya tiba-tiba muncul menemuinya. Memberikan kata-kata manis dan lembut. Mengambil hati dan pikirannya untuk masuk dalam rengkuhan tangannya. Donghae sempat tergiur, karena ia pula merindukan keberadaan dan kehadiran ayahnya.

Sayang.. ia kembali membuka mata, jika tidak ada.. -baik ayah maupun ibunya- yang menginginkannya. Mereka punya maksud lain ketika bersikap baik padanya.

-----

Sungguh keajaiban yang tidak disangka. Ibunya menepati janji. Membawanya duduk di depan meja makan bersama beberapa menu. Bukan hanya itu. Keluarganya lengkap!

"Apa rencanamu setelah menjadi miskin?" Jiwon bertanya kasar, apa ia sedang menunjukkan jati dirinya selama ini? dimana ia bersembunyi di balik wajah manis dan sikap lembutnya?

Donghae tertawa kecil "Aku tahu kau sangat senang melihatku tanpa harta.. ah, tentu saja itu karena kau tidak bisa hidup tanpa uang kan?"

"Benar.. aku memang menyukainya!" jawabnya terang-terangan

"Bagus! Kenapa tidak bersikap begitu juga pada Kyuhyun? Kau tahu dia tidak suka dibohongi.. hati-hatilah, jika ia mengetahui semuanya.. kau bisa kehilangannya.." cibirnya

Jiwon tak menggubris..karena itu tidak akan pernah terjadi. Ia tahu Ayah dan kakaknya tidak akan tinggal diam jika Kyuhyun mulai menjauhinya.

"Bisakah cepat selesaikan acara menyebalkan ini? aku masih banyak pasien.." ujar Siwon sambil melirik pada ibunya "Ibu~ bagaimana?"

Sang ibu, yang tentu saja menyambut dengan senang. Dalam sekejab ia akan mendapatkan yang diinginkan selama ini tanpa susah payah.. dan inilah harinya..
"baiklah, kita mulai makan bersama kita.."

Tuan Choi juga mulai gerah dengan hal itu, jika bukan karena isterinya, ia tidak akan melakukannya. Lagi pula warisan itu tidak terlalu berpengaruh padanya yang sudah kaya.
"Usiamu sudah 19 tahun.. sebentar lagi selesai sekolah.. jadi, urus dirimu sendiri setelahnya.."
Ah. Rupanya ia mengusir dengan cara yang halus.

Donghae mengagguk "Aku akan memberikan hadiah untuk kalian semua.. tenang saja!" ujarnya "setelah aku mencicip sup rumput laut pertama-ku"

Lalu tanpa ragu dan bimbang ia menggeret mangkok kecil, mengambil sesendok besar sup di depannya.
"Selamat makan..." ucapnya dengan nada lembut dan manja. Bahkan ia membiarkan bibirnya melengkung dengan senyum bahagianya "Woooaahhh... ini sangat enak, terimakasih ibu.. aku tidak akan melupakan hari ini bahkan sampai aku mati.." dengan sangat ringan tanpa beban ia terus berceloteh.

Sementara ke-empatnya menatap Donghae aneh. Dirasa ada yang membeku paku, mereka bahkan tidak bergerak sama sekali. Membiarkan hanya dia menikmati makanannya..

"Ada apa denganmu sebenarnya? Kau akan kehilangan warisanmu.. kehilangan ibumu, dan kau masih bisa tertawa?" sindir Siwon

"Bagi seorang pasien di ambang kematian, tidak ada pilihan lain, kecuali satu jam terakhir yang bisa ia nikmati sebagai orang yang hidup.. walau ia akan kehilangan semuanya.."

Siwon paham soal itu. Sudah berkali-kali ia menghadapi pasien dengan terminal. Tidak ada yang bisa dilakukan..

"Jangan banyak bicara!" Dingin dan datar. Selalu begitu ketika Tuan Choi berucap. Wajah seram itu memang mencerminkan kepribadian.
Donghae tahu, di luar sana.. Paman Choi-nya itu bahkan tidak segan dan tidak dengan hati, menyiksa sampai membunuh orang. Kekejamannya sudah melebihi batas. Kadang menjual tubuh manusia hanya untuk organnya saja.

Hah. Donghae bergidik dengan senyum tipis..
Entah mengapa ia tidak takut sama sekali dengan mereka..

Srrruuppppp!!

"Baiklah, ini suap terakhir.." tangannya mengusap sudut bibir dari sisah makanan. Kemudian membenahi posisinya lebih nyaman. Ia tahu, mereka menatapnya sejak awal. Menunggu itu pasti menjengkelkan bagi mereka.

"Ayo bermain!" binar wajahnya justru menyulutkan amarah bagi yang mendengar ajakannya "Tunggu!! Jangan menolak dulu.. kalian akan menyukainya.."

Tapi ia sempat mendengar umpatan Jiwn "Kekanakan!"

Tlak!!
Lebih baik mengabaikan saja semua perkataan mereka. Donghae meletakkan gelas kosong yang tadi sudah ia habiskan isinya. Lalu mengisi kembali dengan air yang hanya setinggi setengah gelas.
"Aku tahu, kalian sangat membenciku.. bahkan hubungan kita tidak baik sebagai keluarga. Tapi aku senang, setidaknya aku pernah memiliki seuatu yang disebut sebagai keluarga walau hanya formalisasi hukum saja.. jadi, supaya tidak ada kesalah pahaman lagi. supaya aku mengerti kenapa kalian bersikap seperti itu.. aku ingin mendengarkan semuanya.."

"Apa maksudmu?"

"Tolong katakan semua alasan kalian.. kenapa bersikap seperti itu.. aku tidak akan mengadu. Memangnya aku punya tempat untuk itu? aku akan kalah oleh paman Choi, dalam sekali tebas andaikan aku melakukan hal itu.."

Sraakkk!!
Dari saku hodie yang dipakainya, Donghae mengeluarkan pula surat yang sangat dinantikan sang ibu "Aku sudah menandatanganinya, sudah ku stempel juga.. pengacara kakek tidak akan mengajukan tuntutan.. ini hadiahku untuk ibu.." namun ia tidak terburu menyerahkannya, malah meletakkannya di atas meja. Menindihnya dengan gelas tadi..
Kini ia kembali tersenyum.. senyum yang tidak bisa diartikan oleh mereka semua..

Apa rencanamu sebenarnya? -batin Siwon-




⍣⍣⍣

My Brother Series ❇️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang