My Brother, Lonely! (11)

216 48 11
                                    

Bagaimanapun bunyinya, sebuah kebencian itu membekaskan luka dan guratan. Akan sulit untuk dihapus. Bohong jika Donghae bisa menerima kebencian dengan lapang dada. Ia kini bahkan sudah menjadi penipu unggul dengan senyum yang sudah ia tampakkan sejak tadi. Wajahnya palsu. Sikap cerianya hanya topeng. Bahkan semua kata bahagianya hanya di mulut belaka..

"aku akan mendengarkan semua alasan kalian membenci keberadaanku.. walau saat ini aku penuh kekecewaan. Dulu, aku hidup sendiri dan aku bahagia.. tapi setelah pernikahan ibu dan paman Choi, kalian membuatku berada di rumah ini. jika sejak awal memang bukan itu yang diinginkan, kenapa tidak melemparkanku dan mengambil warisan itu saja?"

Dengan nanar ia menatap ibunya..
"Ibu, aku tahu kau cukup hebat untuk melakukan itu. Tanpa alasan -tidak mau membunuhku lebih awal- atau dengan alasan -menjaga nama baikmu- kurasa Ibu bisa menyingkirkanku.. itu kenapa aku bertahan hingga saat ini. karena ku pikir ada satu hal kebaikan untukku tersisah.."

Kini matanya sudah penuh dengan air mata. Sementara mereka terdiam tak bisa menimpali. Bahkan ibu-nya tidak bergerak sama sekali. Raut wajahnya tidak bisa dibaca...
Apakah ia akan tersentuh?
Atau ia akan kembali mengingat dan sadar bahwa Donghae anak kandungnya, yang seharusnya ia perjuangkan.. yang sepatutnya ia sayangi? Bukan malah diabaikan seperti orang lain yang tidak pernah ada dalam hidupnya..

"Aku seperti peran lain dalam keluarga ini.. dan tidak akan pernah menjadi tokoh utama dalam bagian pentingnya.. terlewatkan begitu saja dan tidak teranggap.."
Kali ini suaranya merendah..
"Jadi.. biarkan aku tahu semua alasan kalian.. sebutkan satu per satu.. aku akan menghitungnya.."

"Apa yang kami dapatkan dari permainan ini?"
Ah. Rupanya mereka masih memikirkan hal itu..

Donghae berdecih.. menghela napas panjang.. menahan ego..
"Tenang saja Paman.. setelah ini.. aku akan melakukan apa yang kalian minta.."

"Menghilanglah!" ketus Jiwon "menghilanglah dari pandangan kami.. dari kehidupan keluargaku. Kau tahu, aku sangat tidak menyukaimu!!"

Euhm..
Donghae mengangguk "Ya.. itu permintaan mudah.." jawabnya ringan walau manik wajahnya penuh kepedihan.

Paman Choi.. menggeser duduknya hingga ia menjadi lebih tegap..
"Aku tidak pernah menganggapmu anakku, jadi aku membenci keberadaanmu di rumah ini.. jika bukan karena ibu-mu yang meminta.."

Aahhh.. rupanya ia sudah memulainya!

Donghae memberikan senyum untuknya. Ia akan menahan pernyataan yang menyakitkan itu sedemikian rupa..
Dan itu baru awal..

Ia menoleh pada Jiwon..
"Aku tidak membutuhkanmu menjadi kakak atau saudaraku, jadi enyah saja!! Kau bisa saja kan berkhianat lalu merebut semua yang kumiliki?"

Menunggu beberapa saat, tapi tidak ada tambahan.. kini ia menatap Siwon. Seseorang yang tidak terlalu dekat dengannya.. Donghae merasa tidak ada masalah dengannya.
Tapi..
"Kau mengacaukan kebahagiaan keluargaku.. apa kau tidak merasa?" tanyanya dengan nada menghakimi "karena dirimu, hampir setiap hari kami merasa tidak nyaman.. jika bukan karena Ibu, kami tidak akan menahan lagi.."

Hhahss..!!
Kedua pundak Donghae melemas.. tak ada harapan lagi untuknya mendapatkan satu pembelaan..
Kesempatan terakhir ada pada ibunya..

"Ibu, tidak adakah sedikit kasih sayang untukku?" ucapnya memelas "benarkah kau sangat membenciku? Kau yang mengandungku dan melahirkanku..?"

"Tidak pernah sekalipun aku mengharapkan kehadiranmu.. waktu itu adalah sebuah kesalahan.."

Donghae tak kuasa.. jadi, kelahirannya adalah kesalahan untuk ibunya? Hidupnya sungguh tidak diinginkan.. ia tidak berharga?

"Bahkan ketika kau lahir, aku berharap kau tidak selamat jadi aku tidak punya tanggungan.. sayangnya kau malah hidup sehat.. sampai kemudian, semua kasih sayang itu kau dapatkan dari keluarga Jeong.. kau mendapatkan hak waris sepenuhnya dari keluargaku.. kau pikir bagaimana perasaanku? Aku anaknya, bahkan aku melakukan semua yang orang tuaku inginkan. Dipaksa melepaskan semua impianku.. aku rela. Tapi rupanya apa yang kuterima tidak sesuai dengan yang ku lakukan untuk keluarga itu.."

Donghae menunduk. Terisak. Ia sungguh tidak mengerti!
Seorang ibu bersikap seperti itu pada anaknya sendiri? Donghae tidak punya kalimat untuk menimpalinya..
Ia sudah menyerah..

Hiks...

"benar-benar menyedihkan.." ungkapnya pilu "aku terlalu percaya diri selama ini.. aku menganggap, akan ada hal baik yang aku terima suatu hari nanti. Nyatanya harapan itu tidak pernah ada.."

Dihapusnya air mata dengan kasar. Kepalanya diangkat.. menatap mereka satu per satu..
"Paman... kau bisa menembakku sekarang juga.. bunuh aku!" pintanya..

"Tidak.. aku tidak mau mengotori tanganku untuk orang sepertimu.."

Hah! "baiklah..." ujarnya pedih "kalian ingin aku menghilang.. tapi tidak satupun yang berani membunuhku? Ibuku harusnya membuatku tidak lahir dan menikmati hidup.. tapi ia masih bertahan walau dengan kebencian.. ayahku, juga tidak peduli sama sekali.. ia tidak pernah mencariku, memilih bahagia dengan hidupnya sendiri.. sekarang, keluarga ini.."

Donghae masih memaksakan diri untuk tersenyum..
"Euhm, terimakasih untuk tumpangannya selama ini. Terimakasih karena sudah membuatku sadar bahwa tidak ada satupun yang menginginkanku.."

"Kau akan pergi sekarang?" Jiwon masih sinis.

"Euhm.." angguknya dengan senyum penuh luka "Aku akan pergi.."




⍣⍣⍣

My Brother Series ❇️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang