My Brother, Lonely! (7)

213 42 9
                                    



GRAP!!!
Kyuhyun mencegat langkah Donghae, menarik.. eoh, yang tepat adalah menyeretnya ke ruang seminar kosong.

"Wah, pagi-pagi kau sudah merindukanku?" senyum Donghae walau ia tahu bukan itu maksud Kyuhyun.

Cih! Kyuhyun melepaskan cekalan tangannya hingga Donghae sedikit terhuyung mundur "Ya, aku merindukanmu untuk ku pukul.."

"Astaga! Apa salahku? Kita tidak pernah ada masalah. Aku tidak pernah ikut campur urusanmu.." sedikit mendongak karena teman sekelas yang lebih tinggi itu.

Kyuhyun bersedekap. Dengan tenang kemudian ia berkata "Mulai saat ini kita tidak akan menjadi teman.. aku tidak mau kau menghancurkan hubunganku dengan Jiwon.."

Degh. Tentu ia terkejut namun berusaha menampakkan wajah tenang. Lalu dengan datar dan dingin ia menjawab "Sejak kapan kita menjadi teman? Jadi kau tidak perlu mengatakan soal hubungan kita.. aku tidak akan tersinggung dengan perkataanmu.. jadi menyingkirlah.." ia mendorong Kyuhyun ke samping, sebelum kemudian ia melewatinya dan pergi dari ruangan itu.

Kelihatannya ia sangat dingin. Tidak punya perasaan bahkan kehidupan. Tapi ia tetaplah manusia. Donghae terlahir sempurna dengan semua inderanya. Nyatanya ia bisa menangis, membenci bahkan tertawa.

Mendengar apa yang dikatakan Kyuhyun. Bohong jika ia tidak sakit hati. Lihat saja sekarang ia malah menangis dalam diam. Membuatnya enggan masuk kelas. Memilih bersembunyi di gudang kesayangannya.
Ada satu tembok yang sudah runtuh. Di reruntuhan itulah ia duduk sementara tangannya ringan melempar tas dengan kasar.

"Benar. Sejak kapan aku punya teman? Aku juga tidak butuh mereka!!" Penipu.. sekarang ia bahkan menipu dirinya sendiri. bibirnya mengatakan semua itu. sementara air matanya mengatakan hal lain..
Jika ia, kesepian dan butuh sandaran..

Tlak!

Kembali ia melampiaskan persoalannya..
"Sial.. aku harus membeli lagi.. atau aku mencurinya saja?" ia tahu benar, tidak mudah mendapatkan rokok itu. mengingat usianya yang masih dalam pengawasan. Sementara sekarang tinggal sebatang saja?

Ahli sekali saat ia menghisap.. sepertinya ia sudah menjadi mahir. Ya. Terkadang karena keterpaksaan, membuat orang menjadi lebih lihai melakukan sesuatu yang bahkan tidak ia sukai.

-----

Jiwon semakin menempel pada Kyuhyun bahkan setelah ia mendengar pengakuannya jika ia memutuskan berhenti berteman dengan Donghae.
"Itu lebih baik Kyu, dia tidak cocok berteman denganmu.."

"Jiwon-ah, kenapa kau begitu senang?"

Jiwon mengangguk "Tentu, aku senang karena setelah ini kau hanya akan menjadi murid baik yang penuh prestasi. Jadi jangan cemari predikat itu karena berteman dengan Donghae.." senyumnya menggembang indah, padahal dalam hati penuh kelicikan.

Donghae mendengar. Nampaknya Jiwon sengaja berbicara agak keras supaya ia tahu. Atau sebenarnya sedang memancing emosi saja?
Sayang, Donghae tidak terpengaruh. Ia sudah jera dengan semua sikap mereka. Karena mulai saat ini, bagi Donghae.. semua orang sama.

Penipu!

"Hmm, dunia ini sangat munafik.." bisik batinnya "seakan ketika manusia lahir, dijanjikan dengan keindahan dan kebahagiaan hidup. Nyatanya, ini penipuan besar-besaran.. sungguh, aku tertipu dengan akal dunia ini.. baiklah, kau pikir ini menarik? Sungguh! Aku sudah tidak tertarik lagi dengan tawaran yang akan kau berikan.." umpatnya pada kehidupan.

Donghae melihat sekejab, Jiwon sempat meliriknya sebentar sebagai bentuk penghinaan. Karena mulai sekarang ia benar-benar sendirian.

Alone!

Kau tidak punya siapa-siapa lagi.

Jadi jangan berharap ada orang yang bisa dengan gratis menyediakan pundaknya untuk kau sandari disaat masalah datang.

-----

Baiklah ia mulai memikirkan sebuah cara untuk menghapuskan semua luka yang didapat. Bagaimana? Menambahi luka lagi sampai jera dan akhirnya kebas dengan rasa sakit? atau menghilangkan bagian dari tubuh yang luka? Ah, tidak.. itu malah membuat luka baru...

Pandangannya kosong. Sejak kapan ia tidak tertarik dengan penjelasan guru di depan? Nyatanya itu tidak ada gunanya.
"Apa kalau aku pintar itu bisa mengatasi semuanya? Kurasa tidak.."
Bahkan entah sejak kapan ia bermonolog sendiri. Orang bisa saja menganggapnya gila jika mendengarnya bicara tanpa lawan.

Donghae menunduk memandang buku tulisnya yang justru tidak pernah tercoret apapun.
"terlalu sia-sia aku membeli buku ini.." sesalnya dengan wajah lesu "Hah.. ku coret pun terlalu sayang!" lalu ia memasang wajah imut. Mengerucutkan bibir sambil menggembungkan pipi.
Sungguh, itu jiwa lain yang mampir ke tubuhnya saat ini. Karena nyatanya tidak demikian cocok dengan pikiran jahat yang selalu menguasainya.








⍣⍣⍣

My Brother Series ❇️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang