MY BROTHER, Jealousies! 10

907 114 38
                                    

Warning ; Typo! 😎

*

*

*

Bagi Donghae inilah kehancuran dunianya. Bukan saat ia tidak disapa Kyuhyun atau diabaikan keluarganya melainkan saat kehilangan sosok hyung yang selama ini menemaninya.
Ya.
Choi Jinhyuk. Demi melindungi Donghae dari kecelakaan itu ia merelakan nyawanya sendiri. Seperti janjinya, ia akan menjaga Donghae walau dengan melepaskan nyawa sekalipun.

Donghae hanya mampu duduk diam diatas ranjang rawatnya. Menatap jendela kaca yang menembus pandangnya ke arah luar hingga pucuk pohon sakura menjulang disana. Semilir angin membuatnya semakin ingin menangis mengingat begitulah rasanya jika Jinhyuk berada disampingnya. Sejuk.

Luka di kepalanya tak lagi ia pedulikan walau masih terasa sakit. Nyatanya hatinya jauh lebih dari sakit.

Akibat kecelakaan itu. beberapa orang meninggal termasuk Jinhyuk. Sementara Donghae dan Kibum selamat walau dengan cidera.

Klak!!
Seseorang membuka pintu kamar rawatnya. Donghae tak menoleh. Ia lebih suka dengan bungkamnya. Menekuk kedua lututnya dan memeluk dengan kedua tangannya.

Seorang dokter dan perawat hendak memeriksanya..

“dokter…” sang perawat menatap sendu pada pasiennya.

“iya.. aku tahu. Ia masih mengalami trauma yang berat. Kondisi fisiknya sudah mulai membaik tapi secara psikis ia masih butuh penanganan…” lirihnya. Tapi seorang dokter tidak akan menyerah pada pasiennya..
“Cho Donghae ssi… aku akan memeriksamu… berbaringlah…” ia membaringkan tubuh Donghae yang menurut begitu saja. Ia tak pernah melawan apapun yang mereka lakukan padanya.

Setelah berbaring dan memeriksa keadaannya. Sang dokter memberikan obat penenang. Ia hanya ingin Donghae tidur sementara ini. jika tidak anak itu akan betah bahkan seharian hanya dalam posisi yang seperti tadi tanpa bergerak sama sekali.
“tidurlah… kau butuh itu” ujarnya setelah memastikan obat itu mulai bereaksi.

Tak lama kemudian Jinhye dan Donghyun masuk.
“bagaimana kondisinya?”

“masih sama… seharusnya ia menangis sejak awal. Tapi ia bahkan tidak melakukan hal itu. Donghae menekan hatinya untuk tidak menangis dan itu tidak baik untuk mentalnya. Kehilangan seseorang itu wajar jadi… buat dia menangis. Karena setelah itu ia akan kembali baik-baik saja…”

Jinhye hanya mengangguk. Sebagai seorang eomma ia tentu tak tahan melihat kondisi anaknya seperti itu.

:
:

:
:

:
:

Ini hari ke empat. Bahkan Kibum sudah bisa pulang ke rumah. Sebelumnya ia sempat menemui Donghae tapi tatapan kosong yang ia dapatkan.
“aku akan datang lagi nanti Hae. jangan seperti ini.. kalau kau ingin menangis.. lakukan saja. Aku akan menemanimu… kau boleh bersedih…” pamitnya sebelum ia benar-benar pergi.

Keadaan ini membuatnya nyata bagai seorang robot yang bisa dimainkan siapa saja. Bahkan saat Kyuhyun dan Tuan Besar Cho menemuinya, Donghae tak menolak apapun yang mereka pinta.

Ia makan jika mereka memberinya makan. Tidur jika mereka membuatnya tidur…

Hanya satu pengakuannya hari itu yang membuat mereka kuatir…
“aku menyerah….” Lalu ia kembali tak bicara lagi.

:
:

:
:

:
:

Mereka memutuskan membawa Donghae pulang. Dengan begitu mereka bisa mengawasinya setiap saat.
Dua orang pengawal menuntun Donghae perlahan naik ke kamarnya. Membaringkannya di ranjang. Lalu Donghae merespon dengan menutup matanya, tidur.

My Brother Series ❇️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang