MY BROTHER, Jealousies! 2

742 101 52
                                    

*

Seperti biasa Donghae hanya menjalani hari-harinya bak ritual wajib yang harus dilakukannya. Jika tidak, kemalangan akan menimpa hidupnya. Seakan karma itu menjadi senjata untuk mengancamnya.
Ia duduk dengan baik tanpa banyak bicara. Bahkan tidak peduli saat teman sekelasnya sedang ramai bercengkeramah. Mereka juga tidak berani mengusik Donghae jika tidak ingin langsung berurusan dengan pemilik sekolah ini. lalu mereka akan dikeluarkan tanpa menerima pembelaan.

Lee Taemin.
Seorang putra pejabat. ayahnya adalah seorang Menteri Luar Negeri. Yang semalam menjadi pembahasan ringan antara Donghae dengan Harabeojinya.
Ia menghampiri Donghae. menyeret tempat duduk di sampingnya hingga keduanya berdekatan.

“Kau Cho Donghae? cucu keluarga Cho yang terhormat itu?” sapanya.
Donghae menoleh pelan, lalu mengangguk singkat.

“hem.. persis seperti yang kudengar. Kau sangat angkuh dan dingin. Tapi aku suka orang sepertimu. Bagaimana kalau kita berteman? Aku Lee Taemin, kurasa kau sudah tahu siapa aku..”

“Hmm” jawabnya lebih singkat.

“woaaahh… kau benar-benar dingin!” kaget Taemin “yaakk.. Cho Donghae, kau harus belajar menghargai seseorang yang mau berteman denganmu. Apa karena kau cucu pemilik sekolah ini lalu kau mengasingkan diri eoh? Kau pikir kau tidak butuh orang lain?” sindirnya.

Sayang. Pernyataan itu tak mampu menguapkan amarah Donghae. ia sudah kebal dengan berbagai macam kalimat menyakitkan sejak ia kecil. Bahkan ada yang lebih menyakitkan dari itu.

“Apa begitu caranya keluarga Cho mengajarimu sopan santuh eoh? Kau tidak menyapaku sama sekali? Kau bahkan tidak pernah bicara dengan teman-temanmu? Kau pikir kau siapa hah? Kau bisa hancur kapan saja!!” malah Taemin yang tersulut emosi.

Donghae mendengus “hahss..” menatap Taemin yang sedikit takut dengan pandangan matanya “hidupku sudah hancur sejak aku lahir, jangan keluarkan tenaga yang akan menjadi sia-sia untuk menghancurkanku..”

Degh!!
Taemin merasakan sengatan listrik mendengar pernyataan Donghae. Entah kenapa sorot mata yang dipikirnya dingin itu malah terlihat sendu baginya.

“aku tidak bisa berteman denganmu. Kau akan kecewa jika bersamaku..” ungkapnya yang semakin membuat Taemin penasaran “mianhae, aku pergi dulu..” dan tiba-tiba ia meninggalkan Taemin sendiri.

*
*

Donghae lebih suka sendiri. Benar. Ia merasa lebih tenang jika sendiri. Tanpa seorangpun yang mengganggu pikiran dan perasaanya.
Ia menengadah ke langit.

“ah.. hari ini cukup cerah. Aku suka.. langit itu indah..” lirihnya.
Ia membenahi posisi duduknya. Menyandarkan punggung di pohon sakura belakang sekolah. daripada di atap sekolah ia memilih taman belakang yang jarang dikunjungi.

Plugh!!
Sebungkus roti isi cokelat terlempar kepangkuannya.
Donghae terkejut sampai ia mendapati seorang namja yang menjadi pelakunya. Namja yang kini malah duduk disampingnya tanpa permisi.

“Kim Kibum?”

“Hm. Kau belum makan siang kan? Roti itu kurasa cukup.. dan ini,.” Kibum memberinya sekotak susu “aku tahu kau tidak terbiasa membeli di kantin sekolah. hanya karena disana banyak orang.. tapi jangan sampai kau tidak mengisi perutmu..”

“Hm..”

“Sampai kapan Hae? Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?”
Kibum selalu menanyakan hal itu. namja itu adalah teman satu-satunya Donghae yang juga seringkali ia abaikan keberadaannya. Setidaknya Kibum tidak menyerah. Ia masih setia menemani Donghae. dan Kibum satu-satunya yang tahu masalah yang Donghae hadapi. Itu kenapa ia tak pernah mengusir Kibum atau menghindarinya.

“aku bisa apa?”

“kau bukan ROBOT Cho Donghae!!” bentaknya “aisshh…!! Sudah ku katakan berulang kali, cobalah untuk melawan. Kau berhak bahagia!!”

Donghae tahu Kibum benar. Tapi ia selalu tak punya keberanian untuk melakukan itu. jika tidak, sesuatu akan terjadi padanya..

“aku menyayangi hyungku. Jikalau aku harus melawan, akan kulakukan dengan caraku Kim Kibum. Aku juga lelah sebenarnya..”

Hah. Kibum tak habis pikir. Jika ia adalah Donghae maka ia sudah protes sejak awal.
“terserah kau saja,.”

“Taemin menemuiku tadi..”

“aku tahu. Dan kau malah menghindarinya. Aku tidak menyalahkan Taemin jika ia punya pikiran buruk tentangmu. Kau sendiri yang membuatnya begitu..”

“Euhm..” angguk Donghae setuju “gumawo, aku sedang lapar..” bukannya meneruskan perkataannya, Donghae malah menggigit roti pemberian Kibum, mengalihkan pembicaraan yang membosankan itu.

*
*

*
*

Donghae bertemu Kyuhyun saat ia menaiki tangga menuju kamar.
“Hyung…” panggilnya, namun justru diabaikan oleh Kyuhyun. Seolah ia tak ada disana. Namja itu terus menuruni tangga lalu pergi begitu saja.
“sampai kapan..” lirih Donghae “sampai kapan hyung akan mengakuiku?”

“Tuan Muda, sebaiknya anda ke kamar segera. Kami sudah menyiapkan air hangat dan baju anda untuk mandi..” seorang Maid menegurnya.

“Euhm..” angguknya lalu dengan gontai ia melangkah.
Semua pekerja di rumah itu tahu apa yang terjadi pada Donghae. seringkali mereka ikut miris melihat hubungan kedua tuan mudanya. Tetapi tak sampai hati untuk menceritakan pada sang Tuan besar.
Entah bagaimana, mereka seperti tidak peka dengan Donghae.

*
*

*
*

Tidak ada kenangan indah yang terangkai antara Donghae dengan Kyuhyun. Semenjak ia lahir Kyuhyun sudah mulai menjauhinya. Ia hanya akan melakukan tugasnya sebagai hyung jika diminta. Selebihnya tidak sama sekali. Kyuhyun hanya akan berbicara sekenanya jika di depan keluarga. Menyatakan tidak ada masalah antara dirinya dengan sang dongsaeng. Selalu ada alasan bagi Kyuhyun untuk mengelak.

Donghae cukup tahu diri. Ia juga tak pernah membuat masalah sampai Kyuhyun dimarahi oleh harabeoji atau eommanya. Ia akan diam atau malah membela sikap Kyuhyun yang salah dengan alasan positif.

Donghae sering menangis sendiri.. bahkan berusaha menutupi tangisnya..

“jangan bertindak konyol Cho Donghae!”
Malam itu dua orang pengawalnya terkejut mendapati Donghae berada di taman rumah dalam keadaan basah terguyur hujan. Rupanya anak itu sengaja membiarkan dirinya kehujanan.
Mendengar suara itu Donghae mendongak, ia melihat sebuah payung hitam menaunginya. Lalu ia menoleh dan mendapati seorang dari mereka yang ia percaya dekat.

“Hyung…” panggilnya lirih “aku mengantuk.. boleh aku tidur?”

Namja itu mengangguk “kau boleh tidur, tapi di kamarmu. Kajja..” bahkan tanpa menunggu jawaban Donghae ia membuang payungnya. Mengangkat tubuh Donghae. dan membiarkan anak itu memeluk erat lehernya. Menyembunyikan kepalanya di dekapan dadanya. Sementara satu pengawal lagi memanyungi mereka sekenanya. Setidaknya kepala mereka tidak lebih basah.

Choi Jinhyuk. Sudah bekerja untuk keluarga Cho sejak ia masih muda. Ia juga yang menjadi pengawal pribadi Donghae selama ini. hubungan mereka bahkan lebih erat layaknya hyung-dongsaeng. Namun mereka melakukan itu tanpa sepengetahuan keluarga Cho. Jika tidak, Jinhyuk akan terkena masalah besar. Bisa jadi Donghae tidak akan melihatnya lagi.

Jinhyuk mengangkat ringan tubuh Donghae. membawanya ke kamar. Mengganti baju basanya. Membuatnya terbaring hangat di tempat tidur. Sebelum ia membuat gingseng hangat untuk anak itu.
Donghae menurut. Bahkan tanpa keluarga Cho sadari, Donghae lebih menurut pada Jinhyuk. Itu kenapa juga, menjadi alasan Jinhyuk sangat dipercaya menjaga Donghae.

“tidurlah, jangan sakit. Kau harus lebih kuat Hae. Aku akan menjagamu sebisaku..”

“Euhm. Gumawo..” ia bicara sambil memejamkan mata. Ya. Ia butuh tidur saat ini. setelah hujan mengguyurnya, tubuhnya sedikit lelah. Membuatnya lelap hanya dalam sekejap setelah kepalanya bertemu bantal.

:
See_u_next
:

My Brother Series ❇️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang