Senter Maut

25 5 2
                                    

""Maafkan kami berdua"" Ucap Saria dan Ikaru.

"Tidak masalah" ucapku.

Aku membawa mereka kembali ke benua tengah.

"Mereka langsung trauma..." Ucap Rim.

Apa yang terjadi?
.
.
.

"Pisauku hampir meleleh" ucap Ikaru.

"Logam apaan yang kau pakai???" Tanyaku.

"Katanya Tungsten"

"Kena tipu kau, tungseng itu meleleh saat bersuhu 3000an Celcius" ucap Rim.

Kami sudah berjalan agak jauh, dengan suhu yang panas kami tidak mungkin bisa tidur dengan nyenyak, jadi aku memakaikan mereka mp charger.

Dengan penangkal panasku suhu nya menjadi lebih bisa di toleransi, jadi seperti di depan oven kompor.

Tiba tiba sebuah gelembung besar keluar dari lava dan meledak, kami langsung menghindarinya, lalu sesuatu yang besar keluar dari genangan lava.

Sebuah tangan raksasa, tangan itu memiliki daging yang gosong dan terbakar bakar, kami semua langsung menjauh.

Tangan itu memegang perisai sihir bekas kami berjalan dan menarik sengangkat seluruh tubuhnya keluar.

Sebuah gumpalan daging gosong bulat dengan satu mata besar di tengah dan mulut yang berapi api serta 1 tangan di kiri kanannya.

Makhluk itu naik ke perisai sihir kami dan mengangkat gumpalan badannya dengan tangannya dan mulai membuka mulut.

Aku melihat ke Rim dan Harve, mereka siap untuk menghindari semua serangan makhluk itu, dan di sisi lain, Saria dan Ikaru hanya bisa mematung karena ketakutan.

"GWRAAAAAAAAAAAA!!!!!"

Mosnter itu berteriak dan ratusan buih lava naik ke atas dan berubah menjadi lizardman lava.

"Oh oh.." ucapku.

Monster itu kemudian memuntahlan lava, aku langsung menggendong Saria dan Ikaru lalu melompat sangat jauh, sedangkan Rim dan Harve melompat lebih tinggi dan membuat perisai sihir di kaki mereka.

"Rim, Harve, segera masuk ke portal yang ku buka di dekat kalian"

"Baik!" "Ok!"

Aku membuka tiga portal dan aku masuk ke dalam, kami berlima keluar di pelabuhan benua tengah.

Aku kemudian menurunkan Saria dan Ikaru yang masih shock, aku kemudian menggoyang goyangkan mereka agar mereka sadar.

"Kalian sudah aman"

""Maafkan kami berdua""

"Tidak apa apa, kalian pulanglah"

""Baik, terimakasih""

Aku melihat ke Harve.

"Kamu ngak takut?"

"Tidak setakut di kejar penjaga warisan di benua asalku"

"Ahahaha, iya juga"

Aku kemudian melihat mereka berdua.

"Jadi bagaimana?, Mau tunggu aku selesai ngebunuhnya baru lanjut lagi atau pergi sama sama?"

"Pergi sama sama lah" ucap Rim.

"Aku ikut ikut saja" ucap Harve.

"Ok!"

Aku meneleportkan kami bertiga kembali ke titik terakhir monster itu sudah menghilang, tapi kami yakin pasti akan kembali.

Benar saja, monster itu kembali lagi.

I Will Fulfill All My To-Do Lists In This Fantasy World  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang