Patah Tulang

22 6 1
                                    

Aku turun dari kudaku.

"Pergilah, disini tidak akan ada yang memberimu makan"

Aku memukul pantat kuda itu dan kuda itu langsung berlari mengikuti jejaknya sendiri.

Pelayan itu melihat ke arah pedang kayuku.

"Apa?, Apa pedang kayuku begitu berbahaya?"

"Tidak, apa anda bisa teknik pedang?"

"Ntahlah, bolehkah anda yang berjalan duluan?, Ini bukan rumahku, aku tidak akan tahu arah hanya dengan menjadi bagian keluarga ini saja"

"Baiklah, maaf atas ketidakpekaan saya"

"Tidak masalah, soalnya anda tidak pernah menerima kerabat yang dari luar rumah kan?"

"Sebenarnya sudah 3 kali"

"Ooooh"

Dia kemudian berjalan masuk dan aku berjalan mengikutinya.

"Maaf, bisakah orang yang berada di belakang pintu menurunkan benda yabg anda pegang?, Jika anda menyerang duluan, jangan salahkan saya jika anda mendapatkan puluhan patah tulang"

"Wah wah, anak kecil bisa membuat patah tulang?, Berani juga bicaramu"

Seorang pria macho keluar.

"Aku tidak asal berbicara tanpa melihat lawan bicaraku terlebih dahulu, aku bahkan tidak perlu senjata untuk mengalahkan anda"

"Anak jaman sekarang benar benar bermulut besar ya"

"Lalu, orang dewasa macam apa yang berdiri di belakang pintu sambil mengintip dari celah dan memegang tongkat hah?"

"Bacot kau!!!"

Pria itu berlari ke arahku dan meninju ke arahku, aku langsung menangkap lengannya, berbalik dan membelakanginya dan membantingnya ke depanku.

Aku langsung menginjak dadanya dan menarik tangannya yang ku tangkap dan menendang siku tangannya dengan lututku hingga patah.

"AAAAARGHHH!!!!"

"Satu sendi patah"

Aku kemudian meloncat setinggi yang kubisa dan menusuk dadanya dengan siku tanganku dan tulang dadanya langsung retak.

"AAAAAARRGGGHH!!!!"

Aku langsung berguling menjauh dan berdiri.

"Ayo, berdiri lagi"

Pria itu berdiri lagi, kali ini dia belajar dari kesalahannya dan tidak mengarahkan tinjunya ke arahku, dia kali ini berencana menangkapku.

Aku langsung menendang telinganya, dia langsung kehilangan keseimbangannya dan berhenti dan aku menendang hidungnya.

"Tulang hidung dan tulang pelipis, sudah 4, kurasa sudah cukup"

Aku menendang badannya hingga dia menyamping ke arah kiri.

"Jangan tendang hati!!"

"Oh, rupanya kamu tahu apa yang bakal aku lakukan, jadi bagaimana rasanya dihajar oleh anak kecil, lalu bagaimana jika aku bahkan sampai memakai senjataku?"

Aku mengambil pedang kayuku.

"Jadi paman, paman ini siapa?, Anda tidak bisa menipuku dengan mengucapkan "ini hanya kejutan saja" karena aku bisa merasakan aura orang orang disekitarku, mau dia berbohong, atau tenang, bahkan niat membunuh"

Aku berjalan ke belakang pintu itu.

"Wah, ternyata ada yang lain rupanya" ucapku sambil tersenyum ke seorang pemuda yang terlihat ketakutan.

I Will Fulfill All My To-Do Lists In This Fantasy World  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang