Ha-Shain (9)

140 15 0
                                    

Selama hampir dua minggu aku disibukkan dengan persiapan acara pernikahan papa, lelah yang kurasakan sangat menyiksa. Tenaga dan pikiran ku rasanya terkuras, tapi tidak ada siapa lagi yang bisa dihandalkan kecuali aku. Shaka tidak pernah menampakkan dirinya kerumah ini setelah hari itu, tapi dia selalu menanyakan kabar ku dan perkembangan acara ini. Aku tahu kalau adikku itu anak yang baik, meski ia terlihat sangar dan tak berperasaan sebenarnya dia pemuda yang penyayang. Ku harap Shaka memiliki sifat penyayang seperti papa, tanpa kebodohan. Aku menatap semua orang yang kini sedang mendekorasi ruang tamu kami, di sulap menjadi ruangan yang sangat berbeda dari biasa nya. Banyak bunga dan hiasan disetiap tempat, seperti yang ku pikirkan sebelumnya kalau ternyata papa menurunkan semua gambar mama. Memindahkan nya keruangan khusus yang hanya aku pemegang kunci, kata nya untuk melepas rindu aku bisa kesana. See? Papa sangat menghargai semua kenangan bersama mama, meski sebagai seorang perempuan yang suatu hari nanti aku juga akan menikah, pasti tidak mudah menerima lelaki yang sudah pernah menikah. Bagiku tante Aisyah benar-benar wanita baik.

Mereka menyusun kursi dan meja yang akan dipakai oleh para tamu, memasangkan kain putih dan pita berwarna merah muda. Semua sudah rampung dikerjakan, aku bisa bernafas lega karena akhirnya semua ini beres. Kaki ku sudah sangat pegal, ditambah lagi ngilu dipergelangan kaki akibat terlalu lama berdiri. Mbak datang membawa segelas jus mangga, aku mendekati tangga dan duduk disana sambil menghilang rasa haus yang sejak tadi ku biarkan saja.

"Shain, nanti mbak mau ngundang teman-teman dari rumah lain. Boleh ya?"

Aku menurunkan gelas dan mengembangkan senyum, mbak sudah bekerja disini selama belasan tahun. Seumuran dengan Shaka, dia sudah ku anggap seperti keluarga sendiri. Sejak dia masih muda sampai sekarang sudah punya suami dan anak, dia masih setia bekerja dengan keluarga ku. Kehadiran nya menjadi salah satu hal yang patut aku syukuri.

"Boleh mbak, sekalian suruh mereka dandan biar dapet calon suami juga. Banyak tuh teman papa yang masih muda, siapa tahu kan nemu jodoh". Dia tertawa sambil menepuk lengan ku, aku pun ikut tertawa.

"Bisa aja kamu, nanti kalo teman mbak dapat pengusaha sukses. Bisa jadi cerita kayak novel dong, kisah upik abu modern". Aku tidak bisa menahan tawa karena raut wajah mbak yang begitu serius, dia memang sepolos itu. Aku sangat menyayangi nya, memeluk tubuhnya dan bersandar. Tidak ada pemisah antara aku dan mbak, sebagai orang yang telah banyak menyaksikan kejadian baik buruk dirumah ini, aku juga mempercayai mbak kalau diia tak akan meninggalkan ku sendirian dirumah ini. Pak Ranto adalah ayah mbak, suami mbak sendiri bekerja sebagai satpam komplek. Anak yang masih sekolah dasar, kadang juga bisa ku jadikan teman untuk datang ke acara arisan. Kalian pasti sangat penasaran bagaimana seru nya berkumpul dengan ibu-ibu yang memiliki selera humor receh, apalagi bu Jeki yang selalu bicara memakai logat batak nya. Kadang aku tak bisa menahan geli untuk tertawa saat ia mengungkap kekesalan nya.

"Mbak kebelakang dulu ya, bantuin yang lain beres-beres".

Aku melepaskan pelukan dan membiarkan mbak kembali ke dapur, aku ingat saat terakhir kali rumah ini ramai ketika papa dan mama bertengkar sampai mendatang ketua RT untuk berdamai, lalu setelah nya kejadian menyakitkan yang menimpa ku. Semua orang berdatangan untuk melihat kondisiku, aku sangat malu waktu itu tapi karena menghargai niat baik mereka aku jadi membiarkan diriku menjadi sosok yang sangat pantas dikasihani.

Ngomong-ngomong soal Habib, aku sudah lama tidak melihat nya. Bahkan aku juga tidak berniat mencari nya, aku hanya menelpon aunty Haena dan memberi tahu pada nya kalau papa akan menikah tidak bisa datang kerumah karena sakit. Alasan yang paling sering ku gunakan, aunty Haena percaya dan ia mengutus pembantu mereka untuk membantu mbak disini. Ia bahkan sudah mengirim dua kali foodtruck untuk semua pekerja yang membereskan rumah kami, walau pun aku tahu mbak selalu membersihkan rumah tapi tetap saja saat acara seperti ini pemilik rumah harus membersihkan pekarangan dan seluruh tempat, menampilkan suasana baru.

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang