Ha-Shain (30)

142 17 4
                                        


Aisyah menatap Shaina yang langsung masuk kekamar tanpa mengucapkan kata-kata, membuat perasaan nya jadi tidak enak begitu juga dengan ibu nya. Mereka berdua jadi kepikiran apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu, karena Shaina enggan memberitahu. Tak mau memaksa perempuan itu, Aisyah hanya bisa menghela nafas lelah, kehamilan membuatnya mudah merasa pegal dan letih. Ibu nya menyuruh agar Aisyah segera beristirahat, namun wanita itu masih melirik kamar Shaina yang tertutup rapat.

"Udah sayang, biarin dia istirahat dulu. Nanti kalo anak nya keluar, baru tanya lagi. Anak-anak jaman sekarang kan emang begitu, kamu juga dulu kan kayak Shaina". Ibu nya mengingatkan Aisyah pada sikap nya waktu masih seumuran Shaina, ia tersenyum lalu berpamitan pada sang mama untuk kekamar berganti pakaian sekalian mencuci muka. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, suami dan ayah nya belum pulang jadi Aisyah dan ibu masih memiliki waktu untuk masak menyiapkan makan malam.

Mereka berdua mengobrol, tertawa bersama. Mungkin saja sebelum ini Aisyah pernah mengalami luka dan masa lalu yang cukup berat, kehadiran orang tua yang menjadi penghibur lara menguatkan Aisyah untuk bangkit dan memulai kehidupan yang baru. Disinilah ia berada, dirumah besar yang sudah menjadi singgasana, dia ratu dirumah ini meski begitu tak membuat Aisyah berpikiran picik kepada anak-anak.

Keributan yang terdengar dari luar ruangan membuat Aisyah mematikan kompor untuk melihat apa yang sedang terjadi. Shaina yang juga mendengar kericuhan pun ikut keluar kamar, menyusul Aisyah dan oma.

"Kamu yang seharus nya sadar mas, aku ini ibu dari mereka. Aku gak mau tahu, pokok nya kamu harus tetap kasih aku uang belanja". Ibu Shaina berdiri angkuh dihadapan papa Shaina, dan jangan lupakan kehadiran mertua lelaki itu. Ia tidak menyangka kalau mantan istrinya masih nekad mengganggu, tingkah Shane bahkan jauh lebih kasar dari sebelum nya.

"Enggak Shane! Kamu tidak mempunyai hak apapun lagi, kamu juga tidak bisa menuntut ku. Silahkan pergi, kamu membuat kekacauan dirumah ku!"

Wanita itu tersenyum sinis, ketika matanya beradu dengan sepasang mata Shaina, maka dengan cepat ia menghampiri gadis itu dan menarik lengan nya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN SHANE?! LEPASKAN DIA". Papa Shaina mencoba melepaskan cengkraman mantan istrinya pada Shaina namun tidak berhasil, Shane benar-benar tidak waras, sadarkah dia menyakiti anak sendiri?

"Aku akan bawa Shaina bersama ku, kalau kamu tidak ingin memberiku uang bulanan maka biarkan Shaina bersama ku. Bukan kah dia sudah bekerja? Aku bisa menumpang hidup dengan nya, sebagai imbalan karena aku sudah melahirkan dia!"

Rahang pria itu mengeras mendengar kata-kata kasar yang keluar dari bibir Shane, ia melihat tangan putrinya gemetar. Wajah gadis itu memang tak menampilkan raut ketakutan tapi ia tahu bahwa putrinya sedang sekarat didalam sana. Wanita jalang!

"Aku bisa menuntut kamu, Shane. Kamu ingat kalau dulu siapa yang tidak mau merawat anak-anak, kamu tidak punya alasan untuk membawa Shaina keluar dari rumah ini. Langkahi dulu mayatku!"

Aisyah takut sekaligus khawatir melihat semua kejadian ini, apalagi sekarang ada orangtua nya. Kenapa hal ini lagi-lagi terjadi dalam rumah tangga nya, apakah nasib Aisyah memang tidak seberuntung itu. Wanita itu menangis, dia memeluk ibu nya sangat erat.

"Kamu pikir aku peduli? Shaina anak ku, aku berhak mengajak nya kemana pun, termasuk mati sekali pun. Jangan meremehkan ku, Aiden. Kamu tidak tahu seberapa nekad aku jika kamu menghalangi keinginan ku". Shane menarik Shaina dengan kasar untuk mengikuti langkah nya, gadis itu tidak mengenakan sendal bahkan baju nya pun belum berganti. Ia ketakutan sampai tak bisa mengeluarkan suara. Tubuh Shaina terhuyung kebelakang, papa memeluk nya dengan menepis kasar tangan Shane. Melindungi anak itu dari cengkraman Shane yang mulai hilang kendali.

"Lepaskan dia, bedebah kamu Aiden! Biarkan aku membawa nya, berikan dia padaku sialan!"

Shaina merasa kalau seluruh tubuh nya kehilangan tenaga, hampir saja terjatuh jika tak ditahan oleh ayah nya. Aisyah menahan pekikkan nya saat melihat Shane menarik rambut Shaina, semua orang terkejut bukan main. Tindakan wanita itu sudah sangat keterlaluan.

Ketika Shane mengangkat tangan untuk menampar wajah Aiden, seseorang lebih dulu menghalangi dan Shane tak menyangka jika Shaka lah yang terkena tamparan nya.

"Sha-Shaka."

"Cukup ma, cukup! Kenapa mama egois banget?" Pemuda itu meneteskan air mata kecewa, dia tidak mau berbuat kasar pada ibu kandung nya sendiri meski dia mampu melakukan nya. Shaka memandang wajah ibu nya yang syok, lalu teriakan Aiden membuat mereka semua menoleh.

"Shaina!"

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang