Ha-Shain (40)

124 16 1
                                    

Shaina menarik tangan nya dari pegangan Habib, melihat siapa yang berdiri didepan mereka adalah Shanum, ia menelan ludah kasar. Shaina dapat merasakan jika tatapan perempuan itu menggelap karena marah.

"Shanum".

Habib tidak terkejut dengan kehadiran Shanum yang tiba-tiba, tapi dia mengeraskan rahang saat gadis itu menuangkan segelas jus semangka pada rambut Shaina.

"SHANUM!" Pekik marah Habib menepis tangan gadis itu sangat keras, gelas dalam genggaman terjatuh dan pecah menimbulkan suara yang cukup nyaring. Para karyawan yang tidak menyangka akan melihat adegan dramatis ini menutup mulut mereka. Shaina memejamkan mata menerima guyuran air dingin dari Shanum, manis dan lengket. Butuh berapa lama ia harus membersihkan bekas jus ini dari rambut panjang nya? Sialan.

"APA? KAMU MAU BELA DIA GIMANA LAGI, UDAH CUKUP YA AKU COBA UNTUK PAHAMI PERSAHABATAN KALIAN. UDAH CUKUP AKU NGERTIIN SIKAP KAMU YANG SELALU PILIH DIA, AKU TUNANGAN KAMU HABIB! BUKAN CEWEK PENYAKITAN INI". Habib mencengkram lengan Shanum sangat kuat, gadis itu menahan sakit dengan masih menampilkan wajah angkuhnya. Sisi buruk yang tak pernah dia tunjukkan, sudah cukup Habib menganggapnya tidak ada. Kalau memang lelaki ini mau menguji kesabaran nya, maka dia berhasil.

Shaina tidak bersuara, dia masih bersikap santai dan tenang. Kalau dia membalas Shanum dengan sikap yang kasar, maka pasti akan terjadi keributan. Shaina yang seperti ini tidak seharus nya Shanum pandang lemah, dia juga memiliki sisi gelap yang tak pernah dilihat orang lain. Shanum salah mengira jika ia akan berdiam diri saja.

"Kamu mau tahu kenapa sikap aku kayak gini sama kamu? Kamu yakin ingin tahu semuanya, dengar baik-baik Shanum. Aku mencintai Shaina, sejak dulu bahkan hingga detik ini, cintaku untuk nya tidak akan pernah berkurang. Kamu bilang dia penyakitan? Kamu yang sakit jiwa, kita selesai. Perjodohan ini, aku gak akan melanjutkan nya". Tidak perlu dibayangkan bagaimana wajah Shanum sekarang, merah padam menahan kesal dan malu karena ungkapan Habib. Jadi disini dialah yang salah, padahal sudah jelas Shaina yang membuat lelaki itu berpaling dari nya. Jalang tidak tahu diri!

Shaina terkekeh sinis, memberikan tatapan menusuk pada Shanum yang kini melihat kearahnya.

"Lo dengar, dia cuma cinta sama gue. Gue rasa lo gak perlu penjelasan lain. Pintu keluar ada disana Shanum, lo tahu jalan pulang kan?"

Shanum melepaskan pegangan Habib dilengan, menunjuk wajah Shaina yang masih santai. Auranya sedikit berubah, membuat Shanum berpikir kalau gadis ini mungkin psikopat yang berpura-pura lemah. Shaina nampak sadis dengan wajah seperti itu. Tapi sudah kepalang basah, ia mengeratkan kepalan tangan.

"Lo murahan, Shaina! Lo adalah cewek murahan yang berkedok, gak nyangka ternyata sikap lo yang selalu lemah didepan semua orang cuma topeng. Wajar sih lo kayak gini, Shain. Gue dengar juga kalo nyokap lo itu suka jual diri cuka untuk biaya hidup, kerjaan bokap lo gak mampu ya ngidupin kalian serumah? Sedih banget sih lo, Shaina". Habib mendorong Shanum menjauh, kata-kata perempuan itu sudah sangat keterlaluan.

"Jangan sekali-sekali bicara omong kosong kalo lo sendiri gak tahu masalah nya, Shanum. Apa gue perlu ingatkan kalo lo yang menggoda gue?"

"Lo tahu apa beda nya Shaina dan lo? Shaina gak pernah menggoda gue untuk menyentuh dia, sedangkan lo? Lo tahu semua itu fakta, Shanum. Jangan coba-coba permalukan Shaina, karena lo akan menyesal."

"HABIB!" Teriak Shanum dengan wajah yang terluka, pria ini benar-benar tidak membela nya sama sekali. Dia hanya mengatakan kebenaran, seharusnya Shaina yang dipermalukan karena dia merebut tunangan orang.

"Pergi dari sini, sebelum lo makin malu karena sikap gak sekolahan kayak gini. Percuma lo kuliah dan jadi lulusan terbaik, Shanum. Lo gak menggambarkan wanita berpendidikan tinggi".

Shanum menganga mendengar kata-kata pedas itu meluncur dari mulut Habib, sudah Shaina katakan kalau dia tak perlu melakukan apapun karena Habib akan memberikan apapun yang di butuhkan bahkan tanpa bicara. Shanum hendak melangkah pergi, tapi Shaina dengan cepat berdiri mencekal tangan gadis itu.

"Jangan sentuh gue lonte!"

"Gue cuma lupa sesuatu, yang bisa lo kenang sampai kapan pun".

Shaina menganyunkan tangan nya, kejadian itu sangat cepat dan Habib tidak tahu jika gadis nya akan membalas perbuatan Shanum dengan sebuah tamparan.

"Shaina".

"Lo tahu, gue butuh berjam-jam untuk ngilangin bekas jus semangka nya. Tapi tamparan ini gak akan pernah bisa lo ilangin dari kepala lo, sampai kapan pun, Shanum".

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang