"Apa kalian sedang mempermainkan keluarga kami? Aris, saya tidak akan pernah bisa memaafkan semua ini. Kalau memang anak mu tidak setuju, kenapa bukan dari awal?"
Orangtua Habib dan Shanum kini sedang duduk bersama dirumah gadis itu. Shanum tidak mengeluarkan suara sejak pembahasan ini dimulai, tapi dia tak berhenti menatap wajah lelaki yang sudah mempermalukan nya kemarin. Habib benar-benar melakukan ucapan nya untuk tidak meneruskan perjodohan, dia marah tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk menunjukkan betapa dia membenci pria itu. Setelah apa yang mereka lewati, Habib ingin meninggalkan nya begitu saja. Shanum tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
"Maafkan atas kesalah pahaman ini, Fandi. Saya yakin meski pun tidak bisa menjadi keluarga, kita masih rekan dan teman yang baik. Aku tidak bisa memaksa anak ku untuk melakukan yang tidak dia sukai".
"Tidak!"
"Papa. Cukup ya? Aku juga sebenarnya gak cinta sama Habib, kami berdua gak cocok jadi pasangan pa. Habib lebih asik dijadikan sahabat, bukan tunangan. Papa terima aja ya pembatalan ini, demi aku juga pa." Shanum memberikan tatapan penuh keyakinan, Haena dan semua yang ada disana seolah tersihir dengan kelapangan dada gadis itu. Habib tahu bahwa yang dikatakan Shanum adalah kebohongan, kalau dia memang tidak mencintai lelaki itu maka kemarin tak akan terjadi insiden mempermalukan Shaina. Seharusnya Shanum bisa berbicara baik-baik tanpa meninggikan suara dan menunjuk pada Shaina seakan gadis itu adalah perebut.
"Sayang, kamu yakin? Mama kira selama ini kamu suka sama Habib."
Shanum menggeleng dengan senyum yang begitu tulus, dia memang pandai ber-akting. Harusnya jadi aktris saja.
"Enggak ma, kalian salah sangka. Aku sama Habib lebih nyaman jadi teman, ya kan?" Shanum melihat kearah pria itu meminta jawaban.
"Iya tante, om. Aku dan Shanum sudah nyaman dengan hubungan kami sebagai teman, aneh rasanya kalau harus jadi pasangan. Aku yakin Shanum juga punya keinginan lain untuk mencari pria idaman".
Setelah mendengar pengakuan dari peran utama dalam perjodohan ini, barulah hati ayah Shanum sedikit terbuka. Dia menyadari kalau menjodohkan Shanum sama saja melarang gadis itu mencari kebahagiaan nya sendiri, ia melirik wajah putrinya. Mereka saling melemparkan senyuman.
"Baik lah, saya setuju. Jujur saya sedikit kecewa dengan keputusan ini, tapi apa boleh buat. Kebahagiaan Shanum adalah yang utama, maafkan papa sayang karena sudah membatasi keinginan kamu". Shanum memeluk ayah lalu mencium pipi lelaki itu, ia menunjukkan sisi anak-anak yang memang kerap dilihat oleh Habib pada Shaina, tapi mereka berdua tidak sama. Habib adalah lelaki, dan dia tahu gadis seperti apa Shanum.
Perjodohan antara Habib dan Shanum telah usai, mereka sudah bisa merasa lega terutama Haena karena setelah ini dia akan semakin gencar menjalankan rencana untuk membawa Shaina menjadi menantu dirumah nya. Ia mengusap punggung Habib, mengedipkan sebelah mata dan tertawa.
"Mama jadi kepikiran buat dapat cucu dari kalian, pasti menyenangkan kalo Shaina punya kembaran. Ya kan mas?"
Haena tidak sadar kalau dia baru saja membisikkan kalimat yang berisi racun kegilaan pada putranya sendiri. Bayangan Shaina mengandung tiba-tiba saja menghampiri kepala Habib, astaga dia pasti sangat cantik sekali jika memiliki bayi perempuan. Apalagi bayi laki-laki tentu harus mirip dengan diri nya, Habib jadi ingin meniduri Shaina secepat yang dia bisa. Tapi bagaimana?
![](https://img.wattpad.com/cover/259375737-288-k856743.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE (COMPLETED)
ChickLitCover by : Pinterest (Edit by Me) Author note : NO CHILDREN (21+) Sedang Revisi (◍•ᴗ•◍)❤ Start : 1 Agustus 2021 End : 10 Agustus 2021