Para orang tua bercengkrama di meja yang telah tersedia makanan, semua di hidangkan untuk dinikmati. Bu Jeki dan suami nya yang pulang pun langsung dihubungi untuk segera mampir kesini ikut acara makan bersama. Shaka dapat tugas membakar ayam yang sudah dibumbui oleh ibu nya, Shaina memanggang sosis dan kawan-kawan, sedangkan Hagne sengaja tak diberikan pekerjaan apapun selain membantu Shaina karena aunty Haena sudah memberi peringatan bahwa kompor dirumah hampir meledak karena ulah Hagne jadi demi menghindari kejadian yang tak diinginkan, gadis itu hanya mengambil daging atas sosis yang sudah matang. Habib memasukkan arang kedalam pemanggang milik Shaina, hanya ada mereka berdua. Rasa rindu yang sudah tertahan beberapa hari belum berkurang karena Shaina tidak tersenyum sekali pun padanya, bahkan gadis itu sengaja menghindar, Habib pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu momen yang pas untuk menarik gadis itu ke sudut tempat, mencium bibir Shaina adalah candu bagi Habib. Yang orang lain tidak pernah tahu adalah, bahwa Habib hampir setiap ada kesempatan selalu mencuri ciuman diam-diam dari Shaina saat gadis itu tidur.
Hagne memberikan daging yang matang pada ibu nya untuk dimakan, ia juga mengambil beberapa potong lalu dimasukkan semua kedalam mulut. Kemudian ia memberikan bagian lain kepada sang kakak.
"Aaaaa. ." Habib membuka mulut dan menerima suapan dari Hagne, hal itu tak lepas dari tatapan Shaina yang hanya diam. Gadis itu sudah tidak bisa menahan diri untuk tak menegur Habib tapi ia masih ingat bagaimana wajah syok aunty Haena beberapa hari lalu saat menangkap basah mereka berciuman. Shaina merasakan panas di pipi, rona merah itu menjalar hingga ketelinga.
"Kak na? Kok pipi nya merah, panas ya? Sini gantian aku yang jagain".
"Eh gak kok, kamu ambilin yang mateng aja. Biar kakak yang jaga api". Shaina mengusap pipi nya yang tanpa sadar meninggalkan bekas hitam, Hagne tertawa melihat wajah gadis itu celemotan arang. Habib tersenyum geli tapi tak mau membuat Shaina semakin marah maka ia menahan diri. Berbeda dengan Shaka yang menatap kearah mereka dengan wajah kesal, dirinya mendapat bagian paling susah.
"Ngapain pada ketawa? Buruan bantu gue. Hagne lo dari tadi berdiri aja, sini cepat". Hagne memegang perut nya masih dengan tawa yang sama, Shaina menyuruh nya berhenti dan bertanya.
"Hagne ih kenapa? Kenapa ketawa? Apa sih yang lucu?" Dia semakin meraba wajah yang mana itu juga menambah pekat warna hitam disekitar pipi dan hidung. Astaga! Shaina tidak sadar wajah nya sudah hitam.
"Muka lo bikin bengek, coba ngaca". Kata Habib santai tapi itu menyulut kekesalan Shaina, ia melirik tajam lelaki itu tak mau mendengarkan namun Hagne mengangguk setuju dengan ucapan kakak nya.
"Iya kak Na, mending ngaca abis itu cuci muka. Item semua muka nya astaga lucu".
Shaka yang kesal mendengar tawa Hagne pun bangkit lalu berjalan mendekati mereka.
Belum sempat ia bicara, Shaina berbalik kearahnya dan tawa pemuda itu pun menggema.
"Bangsat! Muka kakak kenapa? Hahahaha . ."
Shaina yang mendengar kata kasar keluar dari mulut adiknya memukul pemuda itu dengan keras.
"Lambe mu ya Shaka, bagus banget. Hasil sekolah duabelas tahun ya?" Shaka tidak mendengarkan kalimat Shaina yang sarkas ia semakin tertawa.
"Mending kakak ngaca sana, astaga!" Shaka mendorong tubuh Shaina menjauh dari nya, keributan yang diciptakan oleh Shaka dan Hagne mengundang perhatian orang tua mereka. Melihat semua baik-baik saja mereka pun melanjutkan obrolan.
"Biasa anak-anak, suka keributan". Ujar Haena yang juga penasaran kenapa putrinya bisa tertawa sekencang itu.
Shaina segera berlari masuk kerumah menuju kamar mandi untuk berkaca. Sial nya ia justru membulat karena kaget melihat wajah cantik nya sudah berwarna hitam.
"Huwaaaahhhhh!!!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/259375737-288-k856743.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE (COMPLETED)
ChickLitCover by : Pinterest (Edit by Me) Author note : NO CHILDREN (21+) Sedang Revisi (◍•ᴗ•◍)❤ Start : 1 Agustus 2021 End : 10 Agustus 2021