Ha-Shain (49)

134 10 0
                                    

Kabar bahwa Shanum kecelakaan sampai ketelinga keluarga, orangtua berjalan tergesa-gesa mendatangi rumah sakit tempat putri mereka dirawat. Polisi yang menghubungi mereka karena kecelakaan terjadi dijalan raya, mereka sempat melakukan pemeriksaan pada Shanum untuk mencari bukti bahwa kejadian yang menimpa gadis itu murni karena kelalaian, dan beruntung tak memakan korban jiwa.

Dokter menerangkan kondisi Shanum pada aparat kepolisian, lalu mereka pergi setelah mendengar penjelasan. Orangtua Shanum tiba, langsung disambut oleh seorang pria yang memakai pakaian dokter. Shanum sudah sadar ketika pintu terbuka yang menampilkan wajah cemas orangtuanya, ibu memeluk tubuh Shanum sambil terisak.

"Mama khawatir sama kamu, kenapa bisa kecelakaan? Kamu pasti capek kerja". Wanita tua memegang wajah putri dengan sayang, ayah hanya memandangi dengan sedih. Tapi dokter belum mengatakan apa-apa.

"Maaf menyela pembicaraan kalian sebentar, pak bu. Saya sebagai dokter yang menangani Shanum, hanya mau memberitahu jika kondisi putri anda baik-baik saja, pihak rumah sakit juga melakukan beberapa tes untuk memastikan kalau Shanum tidak mengkonsumsi alkohol dan sejenis nya. Surat keterangan kesehatan telah kami berikan kepada pihak berwajib, tapi Shanum masih belum diizinkan keluar dari sini karena kandungan nya lemah dan hampir mengalami keguguran".

Shanum melupakan fakta itu, dia terkejut bukan main saat dokter secara jelas dan tegas mengatakan perihal kehamilan pada orangtuanya. Wajah ayah mengeras, tatapan gelap penuh amarah menyelimuti lelaki itu. Shanum gemetar, ibu terdiam mencerna berulang kali perkataan dokter yang menyebutkan putri mereka sedang mengandung.

"Kalau begitu, saya permisi dulu ya pak bu. Jika Shanum membutuhkan sesuatu, ada suster yang berjaga diluar". Dokter tidak sadar perubahan yang terjadi dalam ruangan, ia berlalu pergi meninggalkan keheningan mencekamn meliputi keluarga ini. Shanum bergerak mendekati ayah tapi ditepis kasar oleh pria tua itu.

"Apa ini Shanum?"

"Aku bisa jelasin pa, gak seperti yang papa pikirin". Dia merengek dengan airmata yang mengalir. Ibu tidak bersuara karena terkejut dan tak menyangka anak kesayangan mereka mengandung tanpa suami, apalagi pernikahan.

"Kamu memang harus menjelaskan semuanya, Shanum! Kamu membuat kami kecewa, kurang saya mendidik kamu agar menjadi gadis baik-baik hah?! Apa kamu sangat tidak menghargai diri sendiri sampai bisa hamil diluar nikah? Ya Tuhan. Kamu benar-benar keterlaluan, papa kecewa dengan kamu."

Shanum berusaha bangkit dari tempat tidur untuk memegang tangan ayah, tapi kakinya tersandung selimut yang membuat nya terjatuh. Tak menyerah dengan rasa sakit yang dirasakan, Shamum memeluk kedua kaki ayahnya sambil menangis meminta maaf. Tapi kecewa orangtua terhadap anak yang melakukan kesalahan, lebih menyedihkan dari putus cinta. Ibu Shanum menutup wajah melihat pemandangan menyakitkan yang ada didepan mata, tidak sanggup menerima kenyataan bahwa anak yang selalu menjadi kebanggaan telah mencoreng wajah mereka sendiri.

"Bawa lelaki itu datang kerumah, minta dia bertanggung jawab atas kalian. Papa tidak ingin mempunyai cucu tanpa seorang ayah, pastikan jika tidak ada orang yang tahu kamu hamil. Atau, jangan harap kamu bisa kembali kerumah dengan menyandang nama belakang keluarga ini". Lelaki itu melepaskan pelukan Shanum pada kaki kemudian pergi meninggalkan dua wanita yang kini tengah menangis pilu.

"Ma, mama maafin aku ma. Aku gak bermaksud buat kalian kecewa, maafin aku maa". Dia merayu ibunya untuk membela tapi tak seperti yang diinginkan, dia sakit hati. Dari bayi hingga sebesar ini merawat dan menjaga anak, takut kalau sang putri terluka. Tapi justru Shanum sendiri yang menghancurkan kepercayaan orangtua, sebagai seorang anak tidak harus selalu menjadi yang terbaik. Setidaknya menjaga maruah keluarga, itu sudah lebih baik.

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang