Ha-Shain (53)

148 16 0
                                    

"Lo yakin mau nikah sama gue? Dengar ya mas Habib, kalo lo beneran tahu apa yang gue pikirin sekarang, sebenarnya gue belom minat untuk menikah."

"Gue gak akan memaksa lo untuk setuju menikah sama gue, Shaina tapi kita tetap tunangan."

Shaina mengelap mulutnya yang berceceran bekas pancake durian, ia sudah menghabiskan tiga porsi besar dan masih kekurangan. Seblak mungkin bisa memuaskan hasrat lapar yang ada dalam perut Shaina, Habib menggeleng saja melihat kelakuan sang kekasih yang selalu makan seperti anak kecil.

"Stop makan nya, Shain. Lo bisa sakit perut, si bego makan banyak amat". Shaina tidak peduli tatapan mencemooh Habib, lagi pula mereka sudah mengetahui tabiat masing-masing.

"Nanti, gue masih laper. Kok lo makin hari, makin cerewet ya? Pusing gue sama mulut lo yang lemes kayak pepes!"

"Gak boleh gitu ya sama calon laki, gue perkosa juga nih ngomel mulu". Habib menarik ujung hidung Shaina, dibalas pukulan oleh perempuan cantik itu.

"Makin berani lo ya nyentuh gue, gue laporin ke nyokap baru tahu rasa".

"Alah, udah ada bodyguard sekarang mah beda. Gak jadi deh tunangan, langsung nikah aja biar gak ada yang marah kalo gue asewewe sama lo".

Shaina memasukkan ceker ayam kedalam mulut, tak mau peduli dengan perkataan Habib yang semakin tidak jelas.

"Bahasa mana yang lo pakek, asewewe apaan sih? Kayak Vicky Prasetyo lo, ngeluarin kosa kata mandiri yang sok intelijen". Habib tertawa keras mendengar Shaina bicara dengan satu kali tarikan nafas, sejak mereka resmi menjadi kekasih banyak kemajuan yang dialami oleh Shaina. Dia tidak setakut dulu jika berada ditengah keramaian, Aisyah selalu mengajak nya kepasar tradisional jika libur kerja. Haena pun tak mau kalah, mall adalah tujuan mereka saat ada waktu luang. Mami Habib sudah menyiapkan tiket untuk berlibur keluar daerah jika mereka sudah resmi bertunangan.

Melihat tak ada lagi gangguan dari Shanum, maka mereka mengubah rencana pernikahan menjadi pertunangan. Habib tahu dia sangat mencintai Shaina, namun ia juga sadar kalau Shaina perlu merasakan kebebasan lebih dulu sebelum menjadi istri. Apalagi selama ini ia memang tak memiliki tujuan apapun, sekarang Shaina sedang bersemangat mendalami dunia fashion, rayuan untuk melanjutkan kuliah dulu akan selalu ditolak mentah-mentah oleh Shaina tapi sekarang gadis itu sudah banyak diam mempertimbangkan. Walau ia memiliki gambaran yang bagus untuk desain pakaiann, Shaina masih membutuhkan belajar agar bisa bersaing dan menciptakan usaha baru. Meski sekarang ia belum sepenuhnya setuju dengan melanjutkan pendidikan tapi setidak nya Shaina sudah menunjukkan kalau dia berminat.

"Intelligent, Shain."

"Whatever."

Mereka tidak berhenti berdebat, setiap kata yang terlontar maka akan ada jawaban yang keluar dari mulut masing-masing. Habib dan Shaina adalah gambaran dua orang aneh yang memiliki prinsip teguh, keyakinan dan kepercayaan pada suatu hubungan. Meski sempat dihadapkan pada godaan seperti Shanum, mereka tetap bisa bersama. Shaina bukan lemah, dia hanya malas melakukan kegiatan yang mengeluarkan keringat termasuk meladeni orang keras kepala dan tidak tahu diri seperti mama dan Shanum.

"Shain, ada bu Jeki nih. Katanya kalian mau arisan dirumah bu romlah". Panggil Aisyah dari ruang tamu, gadis itu langsung menghabiskan makanan. Tidak peduli wajahnya masih belepotan, ia ingin segera pergi kerumah bu Romlah. Dengar-dengar mereka membuat pempek dan rujak mie, membayangkan wangi ikan dari pempek membuat gadis itu menelan ludah.

"Gue pergi dulu ya, babe. Jangan kangen".

"Oi si bego, makanan lo aja belom habis! Shaina, bakso nya belum dibuka!"

"Biarin buat nanti malam, tolong simpen ya babe!"

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang