Ha-Shain (54)

142 15 2
                                    

Dirumah bu Romlah, semua orang sudah berkumpul saling bercerita dan berbagi pengalaman masa muda dan kehidupan mereka saat sudah menikah. Shaina sibuk pempek kapal selam yang dia makan, sejak Aisyah menjadi ibunya makanan khas kota Palembang ini masuk kedalam daftar favorit bagi Shaina. Ibu sambung Shaina sangat pandai memasak, dia sangat mengurus makan minum semua anggota keluarga. Seolah tak pernah kehabisan ide untuk mencoba menu baru, Shaina yang memang dasarnya hobi makan tentu saja suka ketika diminta mencicipi.

Ia makan dengan lahap, tidak ada kata kenyang bagi gadis itu. Bu Jeki yang duduk paling dekat dengan Shaina pun hanya bisa menatap iri, biar bagaimana pun Shaina memiliki tubuh yang sangat ideal bagi seorang gadis penyuka makan. Dia meminta agar Shaina pelan-pelan makan, tidak akan ada yang merebut.

"Suami saya selalu suka doggy style atau woman on top, katanya lebih jepit." Shaina tadinya tidak fokus pada pembicaraan para ibu-ibu, namun ketika pembahasan sudah mulai masuk kearea bahaya dia langsung waspada menegakkan tubuh.

"Iya, kata suami saya juga. Kalo saya yang pegang kendali, pasti enak. Nancep betul". Suara kekehan terdenger, yang barusan bicara adalah Bu RT. Obrolan emak-emak cukup mengerikan, terkadang Shaina ingin melarikan diri tapi tidak sopan rasanya kalau pergi disaat acara belum selesai.

"Shaina, saya dengar kamu sudah tunangan sama om bule tetangga sebelah. Hati-hati lo yah, punya blasteran suka gede lo". Shaina terbatuk-batuk memahami ucapan bu Siti, dari semua ibu-ibu disini hanya dia yang selalu memulai pembicaraan seperti ini. Gadis itu merasakan perih luar biasa ditenggorokan, airmata keluar. Bu Jeki menepuk punggung Shaina dan memberi minum.

"Bu siti kebiasaan deh, Shaina kan masih anak-anak mana ngerti yang begituan".

"Aduh bu Jeki, dua satu bukan anak-anak lagi loh. Harusnya sih Shaina gak sepolos itu". Nah yang bicara kali ini, adalah bu Santi. Dia adalah orang yang pernah bertengkar dengan ibu Shaina, sikapnya yang sering kali sinis dan menatap tak suka pada Shaina sudah bukan keanehan. Menurut cerita, itu dendam yang belum tuntas.

"Shaina memang sudah dewasa secara umur, tapi bukan berarti dia harus tahu semua hal itu. Lagi pula, dia kan belum punya suami. Aneh kalo dia memahami apa yang kita bicarakan". Bu romlah menengahi aura panas yang mulai terasa, Bu Jeki memang sangat sayang pada Shaina jadi ia akan pasang badan pada gadis itu jika ada yang mengganggu.

"Banyak kok anak-anak sekarang yang bersikap polos, eh gak tahu nya selangkangan los".

"Bu Shanti!"

"Loh kenapa bu Jeki marah? Memang begitu kenyataan, ibu nya saja perempuan gak benar. Apalagi anak nya, kita kan gak tahu".

Bu romlah dan bu Rt yang menyaksikan perdebatan ini mulai sakit kepala, mereka tahu betul seperti apa bu Shanti. Mulutnya memang kasar, tidak tahu situasi dan kondisi jika membicarakan keburukan orang lain. Jadi wajar dulu ibu Shaina sampai melabraknya kerumah dan mengamuk.

"Bunda Jeki, udah. Gak usah diladeni, kita disini buat kumpul menjalin silahturahmi bukan bertengkar." Shaina tahu jika keadaan semakin menegangkan, tapi dia bersikap biasa saja karena menurut nya apa yang dikatakan oleh Bu Shanti tidak salah. Dia memang tidak sepolos itu, tapi Shaina tahu batasan yang harus dia jaga.

"Memang nya mama saya orang seperti apa, bu Shanti? Kalau yang dilakukan oleh mama itu gak benar, terus yang ibu lakuin ke saya itu benar? Ibu punya anak perempuan kan? Saya dengar dari satpam komplek, katanya anak ibu sering ngajak cowok nya nginap dirumah kalo ibu gak ada. Yakin anak ibu masih perawan? Kita bisa melakukan tes jika ibu tidak puas dengan kata-kata saya, ayo kita buktikan ucapan ibu. Saya yang gak benar, atau anak ibu yang sukarela berbagi badan sama orang yang belum tentu jadi suami. Gimana?"

Semua orang mendadak senyap, kabar itu memang sudah lama berhembus tapi karena tak ingin saling mengurusi kehidupan orang lain maka mereka hanya menganggap sebagai angin lalu. Tapi melihat Shaina yang terus terang berkata seperti itu, mereka terkejut. Shaina bukan orang yang peduli.

"Gak sopan! Ngomong sama orang yang lebih tua, seharusnya kamu menjaga sikap!"

"Saya cuma menghargai orang yang tidak merendahkan, saya tidak perlu menghormati manusia yang tidak bisa memandang sama manusia lain. Maaf atas ketidak nyamanan ini, bu Romlah. Tapi saya berterima kasih karena sudah diundang, kalian bisa lanjutkan acaranya."

Bu Jeki menahan tangan Shaina agar jangan pergi, Shaina terkekeh melihat raut bersalah wanita itu.

"Dan biarkan saya melanjutkan makan, bunda gak perlu khawatir. Aku gak kemana-mana, rujak mie kelihatan sangat menggoda. Mungkin berada disini lebih lama akan membuat ku puas makan".

Mereka hampir tak percaya namun semua ini memang nyata, Shaina kembali pada dunia makanan dan mereka semua jadi hening. Bu romlah yang mencairkan suasana dengan mengajak mereka fokus untuk mengocok arisan, bu Jeki dan bu Santi saling menatap tanpa bicara lalu membuang muka.

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang