Ha-Shain (28)

118 15 10
                                    


Shaina melayani semua pelanggan yang datang dengan wajah tersenyum, ia berhasil menguasai ketakutan nya meski melalui tahap sulit untuk bersuara tapi ia bisa melakukan nya. Rani juga selalu memberitahu soal perkembangan kemampuan Shaina beradaptasi dengan semua yang ada disini. Cukup mengejutkan bagi nya karena seperti kata Aisyah jika anak tiri nya itu mengalami syndrom yang menyulitkan diri nya berbaur dengan orang asing. Saat tertentu memang Rani bisa melihat bagaimana raut ketakutan wajah Shaina, lalu dengan cepat Rani menghampiri gadis itu untuk sekedar mengingatkan bahwa mereka yang datang adalah pelanggan dan hampir semua dari mereka Rani mengenal nya. Maka Shaina pun kembali tenang.

Shaina masih sulit untuk berbicara lantang dihadapan orang lain, jadi sebisa mungkin Rani tak memaksa nya. Untuk bagian melayani Rani memang sudah menyediakan orang lain dan itu sudah menjadi tugas nya, mengajari orang seperti Shaina yang nol dengan pengalaman harus ekstra sabar. Apalagi Shaina tipe orang yang tidak memiliki semangat, Rani hanya beruntung karena hobi mereka sejalur jadi mengambil hati gadis itu bukan lah hal yang sulit.

"Shain, kamu belum istirahat? Gak mau makan siang dulu, bareng tante yuk". Rani menawarkan makan siang bersama, sebentar lagi suami nya juga pasti kesini tapi melihat Shaina yang kelelahan ia jadi ingin mengajak anak itu keluar.

"Nanti aja tante, aku belum lapar. Makasih ya tan tawaran nya". Rani mengangguk, ia melihat Shaina mengusap kening nya yang berkeringat tapi tak terlihat raut tertekan dari wajah itu. Semoga Shaina betah kerja disini walaupun ia tahu suami Aisyah bukan lah orang sembarang, namun ia sadar bahwa melatih anak untuk mandiri juga perlu.

"Sayang. Kamu dimana?" Suara bariton itu memecah keheningan diantara Shaina dan Rani, mereka sama-sama menoleh kearah pintu. Disana berdiri sosok pria tampan dan gagah, yang Shaina kenal sebagai suami Rani.

"Disini rupa nya kalian, jadi kan makan diluar?" Lelaki itu memeluk istrinya, bergerak untuk mencium bibir tapi langsung ditahan oleh tangan Rani.

"Kamu kebiasaan. Shaina masih kecil, gak lihat ada dia disini". Ujar Rani cemberut, namun ia membalas pelukan suami nya yang terkekeh melihat wajah malu Shaina.

"Maafin om ya, Shain. Maklum berasa pengantin baru terus".

Shaina menahan senyum nya dengan mengalihkan pandangan, membuat Rega gemas dengan tingkah gadis itu. Mengingatkan nya pada Rani dulu.

"Kamu sih. Shain, yakin gak mau ikut tante makan? Kita bisa mampir beli seblak loh". Tawar Rani sekali lagi, tapi Shaina masih tetap dengan keputusan nya.

"Kalo dibelikan seblak, aku mau tante. Tapi gak ikut yah keluar, disini aja. Takut diculik orang soal nya".

Suami-istri itu tertawa melihat wajah Shaina yang berkata dengan percaya diri, wajah polos nya membuat mereka berdua tak bisa menahan senyum.

"Kalo yang culik pangeran cakep, gak apa-apa lah ya."

"Takut nya malah genderuwo yang culik tan, jadi serem bukan nya fallin in love". Shaina ikut tertawa, tak menyangka ia bisa memiliki candaan seperti itu. Ia senang, tentu saja.

"Ya udah deh kalo gitu, kita pergi dulu ya. Kamu kalo ada apa-apa langsung panggil kakak diluar, dia tahu semua nya". Rani menunjuk karyawan nya yang lain, seorang perempuan berhijab yang sedang membereskan kain. Shaina mengangguk, mereka pun meninggalkan gadis itu keluar. Shaina melihat kemesraan kedua orang itu hanya bisa menggeleng, di usia yang terbilang sudah cukup dewasa mereka masih mampu melakukan yang anak muda biasa lakukan. Om Rega selalu menggoda istrinya, mencuri ciuman dari wanita itu saat tak ada yang melihat, atau bahkan mengelus perut membuncit milik Rani yang mulai kelihatan. Tadinya Shaina tidak tahu kalau wanita itu tengah hamil, hingga kejadian beberapa hari lalu dimana tante Rani tersandung kain nya sendiri dan hampir jatuh, om Rega segera datang karena laporan dari kakak Sila orang yang lebih dulu bekerja disini. Pria itu bahkan sangat kesal dan marah, untung saja dewi fortuna masih berpihak hingga kandungan Rani baik-baik saja saat diperiksa. Meski ada perdebatan kecil tapi Shaina melihat cinta yang besar dimata lelaki itu untuk istrinya.

Dan hal itu mengingatkan nya pada seseorang, bagaimana kabar nya? Sudah selama ini tapi Shaina belum mendapat pesan apapun dari lelaki itu.

LIMERENCE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang