Shaina turun dari mobil sambil berlari, Habib pun tak kalah cepat mengejar gadis itu kedalam rumah. Dia menarik lengan Shaina yang berusaha menghindar, ia berhasil menahan Shaina.
"Lo gak bisa menghindar dari masalah kita terus, Shaina. Sampai kapan? Lo bakal lari kayak gini, gue capek harus selalu jadi orang yang mengejar lo. Apa lo pernah peduli sama perasaan gue?" Shaina menatap wajah Habib tanpa suara, matanya memandang intens ekspresi yang ditampilkan.
"Gue gak mau kita lebih dari sahabat, kenapa lo gak ngerti juga! Gue gak mau kita berakhir sama kayak orang tua gue, Habib. Sedikit aja, lo lihat diri gue dan pahami apa yang gue rasain. Gue takut, gue takut kalo sifat mama ada dalam diri gue. Kita gak akan pernah sama kalo lebih dari sahabat, Habib". Shaina berkata dengan nada suara tertekan, gadis itu merasa getir pada setiap ucapan yang keluar dari bibir. Shaina menginginkan Habib, itu sudah jelas tapi bayangan kalau dia tidak akan menjadi pasangan yang baik bagi Habib terus menghantui kepala Shaina.
"Lo beda sama nyokap, Shain. Kalian gak sama! Lo istimewa, lo punya sesuatu yang gak dimiliki oleh nyokap." Habib memegang bahu Shaina dan meluruskan pandangan nya, mereka saling bertatapan menunjukkan betapa keraguan itu sangat besar dalam diri Shaina tapi Habib tidak akan menyerah. Tidak setelah dia hampir gila karena mencintai gadis itu.
"Lo tahu apa yang membedakan kalian? Shaina, lo punya hati. Lo punya perasaan, lo punya pikiran yang baik sama semua orang. Gue kenal lo seumur hidup, jadi gue tahu persis cewek seperti apa yang gue cintai. Cuma lo, Shaina Sekar".
Shaina terharu, airmata nya menggenang dikelopak mata apalagi perlahan Habib membawa nya kedalam dekapan. Tubuh Shaina begitu pas dalam pelukannya, mereka serasi, tidak peduli apa yang orang lain katakan. Habib hanya untuk Shaina, begitupun sebaliknya.
"Gue cinta banget sama lo, Shain. Please! Jangan tolak gue terus, sakit banget Shain ditolak mulu. Maaf karena gue terlalu memaksa lo, tapi gue benar-benar gak rela lo sama orang lain."
"Lo jahat, Habib!" Pria itu mencium kening Shaina dan menyembunyikan wajahnya dileher perempuan mungil tersebut. Menikmati kenyamanan disetiap sentuhan yang mereka lakukan.
"Lo gak kasih gue kesempatan sama sekali untuk ketemu sama orang lain, lo menyita waktu gue selama bertahun-tahun dan selama nya".
Lelaki itu tersenyum, kalau ada yang berani mengambil waktu gadis itu maka dia pastikan orang itu tak akan mampu melihat matahari lagi. Habib ingat kalau Shaina pernah menaiki ojek, mungkin dia akan mencari tukang ojek tersebut dan menghajarnya karena sudah duduk begitu rapat dengan gadis pujaan nya.
"Selama nya, gak akan pernah ada cowok yang boleh buat lo berpaling. Melirik aja gak akan gue kasih, semua yang ada dalam diri lo itu milik gue."
Mereka terlalu hanyut, ungkapan perasaan yang setelah sekian lama ditunggu akhirnya terjadi. Shaina mampu mempercayai perkataan Habib bahwa ia tak akan sama dengan mama, Shaina bisa lebih baik dari wanita itu. Tanpa sadar mereka diperhatikan oleh dua orang lainnya yang menyaksikan bagaimana manis dan dramatis nya Habib membujuk Shaina. Mereka ikut tersenyum.
"Aku mungkin harus mempersiapkan acara lamaran sesegera mungkin."
Aisyah tertawa mendengar nya, lalu melihat putrinya yang masih merengek pada Habib.
"Aku cuma bisa berharap kalau Shaina akan lebih semangat jika Habib bersamanya, mereka berdua sangat cocok!"
Haena mengangguk laju, akhirnya dia resmi menjadi calon mertua Shaina. Setelah ini dia harus mengurusi pembatalan perjodohan bersama Shanum, mungkin akan ada drama baru lagi tapi Haena yakin Tuhan akan mempermudah urusan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE (COMPLETED)
ChickLitCover by : Pinterest (Edit by Me) Author note : NO CHILDREN (21+) Sedang Revisi (◍•ᴗ•◍)❤ Start : 1 Agustus 2021 End : 10 Agustus 2021