"Shain, kamu didalam? Makan yuk, mama udah siapin. Papa udah pulang loh?"
Aisyah memanggil putri nya sambil mengetuk pintu kamar gadis itu, ia tidak tahu apa yang terjadi tapi sore tadi saat ia melihat Shaina cemberut kesal ia segan untuk bertanya. Maklum mereka masih baru jadi keluarga, jadi Aisyah masih harus mengenali anak-anak tiri nya lebih dulu sebelum masuk kedalam dunia mereka. Tidak sahutan dari Shaina namun Aisyah mendengar bunyi kunci pintu di buka, dan benar saja gadis itu muncul dengan wajah khas orang tidur, Aisyah tersenyum.
"Maaf ya udah ganggu tidur kamu, papa udah pulang jadi kita makan bareng yuk. Shaka juga udah nunggu kamu".
Shaina mengucek mata nya masih belum sadar, nyawanya masih belum terkumpul sempurna. Entah dia sadar atau tidak, ia mendekati Aisyah dan memeluk wanita itu.
"Peluk ya ma, aku masih ngantuk". Shaina mengalungkan tangan nya ke badan Aisyah, wanita itu pun menahan Shaina agar tidak jatuh. Mereka berdua berjalan menuju ruang makan, kejadian itu tak lepas dari pandangan Shaka dan papa nya, mereka tidak terkejut dengan sikap manja Shaina namun melihat yang jadi sandaran nya bukan Shane, membuat ayah Shaina berdeham pelan. Apalagi Shaka yang menaikkan sebelah alis nya melihat tingkah sang kakak.
"Manja banget sih kak, cepat udah laper nih. Ayo pa makan". Shaka menatap tajam kakak nya yang masih bergelayut, begini lah seharusnya sebuah keluarga dimana ada ayah dan ibu yang menjadi saksi pertumbuhan anak-anak mereka, Aisyah menyuruh Shaina duduk dan mengisi segelas air putih untuk anak itu.
"Minum Shain", Shaina mengangguk namun rasa kantuk nya masih enggan hilang. Ia menyandarkan kepala ke kursi, kedua orangtua nya menggeleng tak percaya. Shaka sudah memulai makan malam nya tanpa peduli Shaina.
Aisyah bergerak melayani suami nya, sekali lagi Shaka terkejut atas sikap Aisyah yang tidak pernah ia bayangkan sebelum nya. Hanya Shaina yang tahu hal ini, karena Shaka tidak pernah ingin melihat kebaikan ibu tiri mereka jadi sangat aneh melihat interaksi kedua orang itu. Shaka juga melihat Aisyah menunggui papa makan, lalu ia juga mengambil nasi milik nya. Ia sadar kalau selama ini mama hampir tidak pernah melakukan hal itu, sebenarnya Shaka sudah banyak melihat ketulusan hati Aisyah namun tetap saja ego nya sebagai anak laki-laki sendirian, Shaka gengsi mengakui bahwa Aisyah adalah ibu tiri yang baik.
"Kak, dimakan nasi nya. Kayak pekerja keras banget sumpah, dirumah doang juga". Shaka menegur kakak nya yang sudah terlelap lagi dimeja makan, demi menutupi rasa kagum nya pada Aisyah ia terpaksa mengalihkan rasa itu.
"Berisik! Bentar lagi".
Shaka menoleh kearah orangtua nya, masih mendapati hal seperti tadi. Papa nya terlihat sangat menikmati makanan, begitu juga mama tiri nya. Shaka lupa kapan terakhir kali dia menyaksikan kedamaian seperti ini, untuk pertama kali setelah bertahun-tahun ia merasa sangat nyaman duduk bersama dengan ayahnya, makan bersama.
Shaina memaksa membuka mata, menguap selebar mungkin dan mengambil gelas yang tadi diisi oleh ibu nya. Minum untuk membasahi tenggorokan yang kering, Shaina sudah bangun seratus persen. Apalagi ia melihat ada bakwan goreng yang diletak udang tengahnya.
"Wah. Tumben banget ada gorengan, mama yang buat?" Shaina mencomot satu bakwan dan memasukkan seluruh nya kedalam mulut.
"Pelan-pelan, Shain. Gak akan ada yang makan bakwan itu kecuali kamu dirumah ini". Shaina meringis mendengar kata-kata papa, mulut nya penuh oleh makanan.
"Enak banget, aku suka!" Ujar gadis itu senang, mereka bertiga hanya melihat hal itu dengan ekspresi berbeda apalagi Shaka yang merasa risih dengan kakak nya itu.
"Aku jadi ragu umur kakak udah duapuluh tahun". Shaina mendelik tajam kepada Shaka, ia mendengus tak suka.
"Sewot banget sih".
"Bocah!"
"Shaina, Shaka". Tegur ayah nya, dalam hati ia rindu melihat pertengkaran kakak-beradik itu.
"Shaka! Nyebelin".
"Dasar bocah! Gak nyangka punya kakak begini amat".
"Papa, ish Shaka nyebelin sumpah!"
Pemuda itu memutar mata mendengar Shaina mengadu seperti anak kecil, yang benar saja. Ia sudah tidak pernah melihat kakak nya bertingkah seperti ini, keajaiban seperti apa yang sudah mengubah isi rumah ini. Ia melirik sosok Aisyah yang duduk disebelah Shaina, saat wanita itu menangkap basah dirinya sedang memandang Shaka buru-buru mengalihkan perhatian.
Apa dia harus menerima kehadiran Aisyah seperti Shaina yang sudah meng-akrabkan diri?
Shaka masih ragu tapi jika melihat kakak nya yang selalu takut pada orang asing maka sekarang sangat dekat Aisyah ia yakin wanita itu memang baik dan tulus.
"Makan dulu, nanti baru berantem lagi".
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE (COMPLETED)
ChickLitCover by : Pinterest (Edit by Me) Author note : NO CHILDREN (21+) Sedang Revisi (◍•ᴗ•◍)❤ Start : 1 Agustus 2021 End : 10 Agustus 2021